Ini Rahasia Dahysat Kaum Muslim di Perang Badar Padahal Mereka Haus dan Dahaga
“Itu semua yang memberikan energi perlawanan yang sangat dahsyat. Sebab mereka sudah memiliki jiwa yang kuat dan sudah menang sebelum bertempur."
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma
SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Tahkah anda bahwa Perang Badar, merupakan perang pertama bagi Umat Islam menghadapi kaum kafir terjadi pada bulan Ramadhan?
Mengapa pula hingga kini kemenangan pasukan yang dipimpin langsung oleh Baginda Nabi Muhammad SAW itu tetap menjadi rahasia yang sulit dipahami.
Sebuah rahasia di mana pasukan kaum muslimin dianggap kalah dalam segala-galanya, baik persiapan maupun jumlah pasukan maupun persenjatan.
Terlebih lagi, jumlah pasukan yang tengah menahan haus, lapar dan dahaga itu bisa menang dengan gemilang.

Disebutkan bahwa Pasukan Rasulullah yang bergerak dari Madinah berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang.
Baginda Rasul dan pasukannya bahkan bertempur habis-habisan sekitar dua jam, dan menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan, sebagian ada yang melarikan diri.
Itulah awal mulanya, Islam mulai menancapkan pengaruh dan menjadi kekuatan dahsyat hingga kini.
Tentang rahasia ini, Ustadz Atoillah, Mudir Ponpes Miftahul Huda mengungkapkan bahwa, kemangan yang monumental dalam sejarah itu, meski kaum Muslimin berpuasa, kalah dalam kekuatan fisik, juga persenjataan, bekal, dan strategi perang.
Tetapi ada kekuatan lain yang tidak dimiliki kaum kafir Quraisy kalah yakni, tekad baja, berani mati, pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Allah, menjadi kekuatan besar.

"Maklum umat Muslim kala itu menjalani puasa secara khusus untuk pertama kalinya. Rahasianya adalah terletak pada kondisi kaum Muslimin Madinah kala itu, sedang berada di puncak keimanan, bagaimana hati, jiwa dalam kekuatan keimanan luar biasa, mereka tawakkal, hasrat dan rindu mereka hanya terpaut ke surga, sehingga peperangan itu bagi umat muslim adalah bagian dari ibadah," ujarnya.
Bagaimana pula Nabi Muhammad berdoa dengan khusyu, membuat persiapan-persiapan, meski dengan pasukan kecil itu.
Maka itu, ketika perang berkecamuk itu Umat Mulsim dalam kekuatan puncak. Keteguhan hati dan persiapan yang matang membaut mereka menang dengan gemilang.
“Itu semua yang memberikan energi perlawanan yang sangat dahsyat. Sebab mereka sudah memiliki jiwa yang kuat dan sudah menang sebelum bertempur."
"Maka ketiga menghadapi perang itu, bagi mereka perang itu adalalah jalan mengantarkan mereka kepada puncak kemenangan yang sesungguhnya sebagai umat Islam. Kemenangan ini yang menjadi kunci hingga tercapainya kemenangan di medan fisik berupa kemenangan peperangan."
"Para sahabat telah memenangkan jiwa atas nafsunya. Mereka menjadikan motivasi akhirat sebagai yang utama, hingga keterbatasan-keterbatasan duniawi tak bermakna melemahkan bagi mereka," ujarnya.