Citizen Journalism
Kisah Ridwan Mukti dengan Kawan Lama Abang Becak
Salah satu hobi dari Ridwan Mukti adalah suka ngobrol, tak lupa kawan, dan tak membeda-bedakan orang.
Bayangkan saja, setiap hari rumahnya hilir-mudik manusia,dari mulai pejabat sampai rakyat biasa. Dengan senang hati dia menerima, bahkan meski hingga larut pagi atau mata sang tamu hanya tinggal 5 watt.
Kepada sejumlah kerabat di Musi Rawas, belum lama ini, dia buka rahasia. Kata dia, ngobrol dan menghadapi masyarakat justru menjadi energi tersendiri baginya. “Dengan ngobrol itu saya sepertinya dapat energi baru, sama sekali bukan beban,” katanya ketika ditanya mengenai “hobinya” yang satu itu.
Saking hobinya ngobrol, Ridwan Mukti mengaku justru akan merasa sepi jika tidak ada yang datang. Kalau sudah begini, dia lah yang berinisiatif untuk menelepon para kerabatnya. “Saya tidak tahu mengapa, saya ini paling tidak bisa diam. Justru kalau tidak ada yang datang berkunjung saya lah yang sering telepon mereka supaya datang untuk ngobrol, bahkan sampai larut pagi,” kata fungsionaris DPP Partai Golkar ini.
Dari obrolan semacam itu, menurutnya, justru banyak gagasan-gagasan kreatif yang muncul untuk pembangunan di daerahnya. Apalagi jika bertemu dengan rakyat kecil, dia sangat terbuka. Kata Ridwan, dia sama sekali tidak ingin orang lain susah jika perlu dengan dirinya.
“Justru berjumpa dengan rakyat kecil itulah akan melatih diri untuk terus jujur karena disitulah terletak banyak kejujuran. Itu juga yang mendorong saya suka menerima masyarakat dan membantu mereka. Saya akan semakin semangat untuk terus berjuang menekuni karir ketika semakin banyak orang yang bisa dibantu,” katanya.
Nah soal urusan kawan lama dan tidak membeda-bedakan orangini, Ridwan Mukti punya kisah tersendiri. Dia punya kawan seorang tukang becak, kawan waktu di Sekolah Dasar (SD). Tak ada orang yang tahu kalau dia seringkali duduk sama-sama di dalam becaknya yang lagi parkir. “Kalau lagi lewat dan melihat dia sedang parkir saya datang dan ngobrol di dalam becaknya, berdua saja. Orang-orang sekitar tidak tahu karena saya pakai topi dan jalan sendiri tanpa ajudan,” kata Ridwan.
Tapi dasar kawan itu memang tidak bisa “tutup mulut”, suatu ketika usai ngobrol di becaknya, dia bercerita juga ke kawan-kawannya tukang becak yang lain bahwa yang duduk-duduk bersama dia di becaknya tadi adalah bupati. Begitulah kemudian dalam pertemuan berikutnya, abang becak yang lain langsung mengerubuti ketika tahu Ridwan Mukti menemui sahabat lamanya tukang becak itu di parkir sebuah pasar.
“Saya kontan dikerubuti oleh tukang-tukang becak lainnya. Kami jadi ngobrol rame-rame hahaha…,” kata Ridwan tertawa.
Tapi dia mengakui momen-momen semacam ini begitu menyenangkan. “Indah nian rasanya,” sambungnya.
Pengirim:
Humas Pemkab Musirawas