Bocah 10 Tahun Tewas Dibunuh

MOTIF di Balik Pembunuhan Siswi saat Menuju Rumah Mengaji, Adik Korban Selamat

Embun masih membasahi dedaunan saat MA, seorang bocah perempuan berusia 10 tahun, dengan riang menyalakan sepeda listriknya.

|
Editor: Yandi Triansyah
tangkapan layar @sultrahitz
TANGKAPAN LAYAR - Tangkapan layar akun sultrahitz, Jumat (5/9/2025). RH (kiri) terduga pelaku pembunuhan MA siswa kelas 5 MI di Kolaka Timur. 

SRIPOKU.COM -  Pagi itu, Jumat, 5 September 2025, seharusnya menjadi pagi yang teduh di Desa Hakambololi, Kolaka Timur.

Embun masih membasahi dedaunan saat MA, seorang bocah perempuan berusia 10 tahun, dengan riang menyalakan sepeda listriknya.

Di belakangnya, sang adik, W (7), duduk berpegangan erat. Tujuan mereka mulia, mengisi hari libur nasional dengan menuntut ilmu agama di desa tetangga, Wundubite.

Lantunan ayat suci sudah terbayang di benak mereka. Namun, takdir berkata lain.

SUMPAH Ayah di Sisi Jasad Putri Kecilnya yang Tewas Dibunuh saat Pergi Mengaji: Saya Cari Kamu

Perjalanan riang itu berubah menjadi mimpi buruk yang merenggut nyawa dan meninggalkan luka mendalam bagi keluarga serta masyarakat Kolaka Timur.

Langkah kecil MA menuju tempat mengaji dihentikan secara brutal oleh sebilah parang.

Kisah tragis ini berpusat pada tiga desa yang saling bertetangga di Kecamatan Poli Polia, Hakambololi, tempat tinggal korban, Wundubite, lokasi kejadian dan asal pelaku, serta Andowengga, tempat MA bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS).

Tiga desa yang biasanya hidup dalam harmoni, kini diselimuti duka.

KRONOLOGI Bocah Tewas Dibunuh saat Hendak Mengaji, Tampang Terduga Pelaku Beredar Usai Ditangkap

Sekitar pukul 06.30 WITA, di tengah perjalanan yang tak seberapa jauh dari rumah, laju sepeda listrik mereka dihadang oleh RH, seorang remaja pria berusia 18 tahun.

RH, yang juga warga Wundubite dan sehari-hari bekerja sebagai petani, berdiri dengan parang terhunus.

“Di dalam perjalanan, mereka diadang oleh tersangka dengan parang,” ungkap Kasat Reskrim Polres Kolaka Timur, AKP Ahmad Fatoni, memaparkan kronologi yang mengerikan itu.

Ketakutan, MA kecil sontak meninggalkan sepedanya dan berlari mencari perlindungan ke dalam kebun di pinggir jalan.

Namun, amarah yang membuncah di dada RH membuatnya tak memberi ampun.

Ia mengejar bocah kelas 5 MIS itu hingga ke dalam kebun. Di sanalah, di antara pepohonan yang menjadi saksi bisu, RH mengayunkan parangnya dan mengakhiri hidup MA dengan sadis.

Sementara itu, adiknya, W, dengan sisa keberanian seorang anak tujuh tahun, berlari sekencang mungkin ke arah yang berlawanan, menuju tempat mengajinya.

Napasnya tersengal, membawa kabar horor yang tak seharusnya didengar oleh siapa pun. Ia berteriak meminta pertolongan.

Warga yang mendengar jeritan W segera berhamburan menuju lokasi kejadian. Mereka menemukan MA tergeletak tak berdaya dengan luka menganga di leher.

Harapan sempat membuncah saat mereka melarikan korban ke RSUD Ladongi, Kolaka Timur.

Namun, nyawa bocah periang itu tak tertolong lagi. Ia menghembuskan napas terakhirnya sebelum sempat mendapatkan perawatan intensif.

Dendam di Balik Kekejian

Apa yang mendorong seorang remaja menghabisi nyawa anak kecil dengan cara sekeji itu? Kepolisian mengungkap motif yang begitu sederhana namun berujung fatal dendam.

“Diduga tersangka dendam dengan perkataan korban yang sering mengejek,” ujar Kasi Humas Polres Koltim, Iptu Irwan Pansha.

Sebuah ejekan anak-anak, yang mungkin dianggap biasa, ternyata membakar sumbu amarah dalam diri RH hingga meledak menjadi kekejian yang tak terperikan.

Tak butuh waktu lama bagi aparat Kepolisian Resort Kolaka Timur untuk meringkus pelaku. RH ditangkap dan langsung digelandang ke Satreskrim Polres Koltim untuk menjalani pemeriksaan.

Fotonya saat diapit petugas di dalam mobil menyebar cepat, menunjukkan wajah nanar seorang remaja yang kini harus mempertanggungjawabkan perbuatan brutalnya.

Tragedi ini tak hanya mengguncang desa, tapi juga jagat maya. Sebuah video viral merekam momen paling menyayat hati di dalam ambulans yang membawa jenazah MA.

Seorang pria, yang diduga adalah ayah korban, memangku jasad putrinya yang terbungkus kain sarung merah muda. Matanya sembab, suaranya bergetar menahan tangis dan amarah.

“Kau potong lehernya anakku sampai putus,” rintihnya, seolah tak percaya pada apa yang menimpa buah hatinya.

“Anakku tidak pernah apa-apa itu sama kau, baru kau kasih begini anakku.”

Di tengah raungan sirine ambulans dan isak tangis seorang wanita di sampingnya, sang ayah terus meratap. Ia meluapkan kepedihan hatinya, menceritakan betapa mulia niat putrinya pagi itu.

“Dia cuman pergi itu menuntut itu namanya ilmu agama, baru kau kasih begini anakku,” ujarnya lirih.

“Ingatko, kemanapun kau pergi saya carikko.” lanjutnya. 

Artikel ini telah tayang di TribunnewsSultra.com dengan judul Sosok Pembunuh Bocah MA Saat Pergi Mengaji di Kolaka Timur, Motif dan Kronologi Pembunuhan Terungkap

Sumber: Tribun sultra
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved