Pendidikan Profesi Guru

Dalam Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKN Kelas 2 SD, FPPN 1 Modul 3 PPG 2025

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MODUL 3 FPPN 1 - Ilustrasi belajar. Dalam Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKN Kelas 2 SD, FPPN 1 Modul 3 PPG 2025

SRIPOKU.COM - Di bawah ini Kunci Jawaban Post Test Modul 3 PPG 2025 bagian FPPN 1 dan dilengkapi penjelasan.

1.Dalam pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) kelas 2 SD, Anda sebagai guru meminta siswa menuliskan contoh-contoh yang benar dan juga contoh-contoh yang salah dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila.

Saat berdiskusi, Anda terkejut karena sebagian besar siswa justru menuliskan contoh perilaku yang sebenarnya tidak sesuai dengan nilai Pancasila, tetapi mereka anggap biasa dan benar, seperti.

Seperti, membiarkan sampah menumpuk karena merasa itu tanggung jawab petugas kebersihan, mengabaikan antrean karena hal yang sering dilakukan orang tuanya, meminta hadiah dulu sebelum membantu orang tua, dan sebagainya.

Anda mencoba untuk meluruskan jawaban-jawaban siswa, namun penyampaian Anda sulit untuk dipahami siswa karena bertentangan dengan kejadian di lingkungan siswa.

Dengan situasi ini, tindakan apa yang akan Anda lakukan?

Jawaban: 

C. Mengajak siswa untuk melakukan refleksi diri terkait nilai Pancasila yang seharusnya diterapkan dan menganalisis alasan ketidaksesuaian dengan lingkungan mereka

Baca juga: Anda Adalah Guru IPA SD yang Ingin Mengajarkan Konsep Daur Ulang dan Pengelolaan Sampah, PPG PSE 3

Penjelasan

Dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) untuk siswa kelas 2 SD, guru tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan nilai moral sejak dini.

Ketika siswa menuliskan contoh perilaku yang tidak sesuai dengan nilai Pancasila, namun mereka anggap benar karena terbiasa melihatnya di lingkungan sehari-hari, ini menunjukkan adanya:

Ketidaksesuaian antara nilai ideal dan realitas sosial di sekitar siswa.

Internalisasi nilai yang belum sepenuhnya terjadi, karena anak-anak sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat dan alami, terutama dari orang tua dan lingkungan sekitar.

Maka, tindakan terbaik yang dilakukan guru adalah:

Mengajak siswa refleksi: Bukan langsung menyalahkan, tetapi mengajak mereka memikirkan kembali, apakah perilaku seperti membuang sampah sembarangan, menyerobot antrean, atau meminta imbalan sebelum membantu orang tua adalah sikap yang mencerminkan nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan, kemanusiaan, dan tanggung jawab.

Menganalisis penyebab: Menggali mengapa mereka berpikir seperti itu. Misalnya: “Kenapa kamu merasa wajar membuang sampah sembarangan?”, lalu mengarahkan bahwa nilai Pancasila mengajarkan kepedulian terhadap lingkungan dan tanggung jawab bersama.

Memberi contoh alternatif yang positif: Dari refleksi tersebut, guru dapat menyisipkan contoh nyata dari kehidupan sehari-hari atau cerita inspiratif yang bisa ditiru siswa.

Tujuan pendekatan ini:

  1. Menanamkan kesadaran, bukan sekadar memberi tahu mana yang benar dan salah.
  2. Mengajak siswa berpikir kritis, bahkan terhadap kebiasaan yang sudah dianggap “normal” di lingkungan mereka.
  3. Memulai proses perubahan sikap dari dalam diri siswa, bukan karena takut salah atau dimarahi.

Baca berita menarik Sripoku.com lainnya di Google News

Berita Terkini