SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Belum adanya kejelasan dibayarkannya tunggakan gaji+DP membuat penggawa Sriwijaya FC satu persatu pergi.
Jelang laga pekan 15 menjamu FC Bekasi FC, Sabtu (4/1/2025) nanti Sripoku.com mendapatkan informasi tercatat sudah ada 13 dari 28 pemain telah mundur.
Artinya tinggal 15 pemain yang masih bertahan di Sriwijaya FC dan ini pun belum ada jaminan apakah masih akan ada lagi pemain yang pergi.
Krisis keuangan di manajemen membuat Sriwijaya FC hingga kini belum ada tanda-tanda memanfaatkan masa transfer window yang dibuka 19 Desember 2024 hingga 15 Januari 2025 mendatang untuk menambah pemain yang lebih mumpuni.
Begitu juga pasca 3 kelompok suporter yang menamakan Aliansi Pecinta Sriwijaya FC 'mengkudeta' Manajer Sriwijaya FC Ajie Syahrial Bastari, hingga kini belum adanya eksyen tim yang akan menjadi penyelamat Sriwijaya FC.
"Saya sedih membaca beritanya branding dari Sriwijaya FC itu sudah hancur. Tidak bayar gaji+DP pemain. Kalau sudah begini bagaimana mau mendapatkan pemain bagus kedepannya. Dan katek yang Peduli?," ungkap inisiator pendiri Sriwijaya FC Helmy Yahya kepada Sripoku.com.
Helmy Yahya mengatakan dari membaca pemberitaan, ini memalukan, mau bertanding kemarin ke Bogor tidak dibawa semua pemain. Tidak dikasih sarapan.
"Ini memalukan kita seluruh wong se-Sumsel. Ayo sama-sama kita cari nian tokoh itu," kata mantan Dirut TVRI.
Raja kuis asal Sumsel yang kini eksis sebagai motivator meminta agar manajemen, pemilik klub Sriwijaya FC bergerak cepat untuk mencari bantuan menyelamatkan klub ini.
"Perlu duduk bareng sebelum kita turun ke Liga 3, jangan nunggu pelantikan (gubernur). Malu kita pernah double winner. Tidak bayar gaji, malu oiy. Reputasinya di mana? Muka kita di mana?," kata Helmy Yahya.
Helmy Yahya pun mengusulkan apakah memang diperlukan menggalang sumbangan untuk membiayai Sriwijaya FC agar tetap bertahan di Liga 2.
"Apo sumbangan, payo rame-rame. Harus ado yang ngajak. Aku ngajak sebagai apo? Cuma gawe aku ni kan motivator," ujarnya.
Helmy Yahya sebelumnya menegaskan pemilik saham Sriwijaya FC ini harus bertanggungjawab dengan carut marutnya klub yang sudah di ujung tanduk.
"Menurut saya, pemilik saham klub ini harus tanggungjawab. Siapa pemilik PT SOM itu, PT Digi Sport Asia, sama Kak Asfan Fikri Sanap, atau ada yayasan lagi. Berundinglah bagaimana caranya dan suporter libatkan," ungkap Helmy Yahya.
Di tengah waktu yang sempit untuk menyelamatkan tim ini, Helmy Yahya yang sempat digadang-gadang bakal menjadi Presiden Sriwijaya FC juga menyebut sosok kepala daerah juga ikut bertanggungjawab.
"Ini barang menyandang nama Sriwijaya. Sriwijaya itu Sumsel. Kepala Daerah, Gubernur siapapun dia harus tanggungjawab," kata Helmy Yahya.
Motivator yang dikenal sebagai Raja Kuis televisi ini menyebut tokoh-tokoh yang kemarin kampanye minta dukungan rakyat untuk ikut peduli Sriwijaya FC.
"Rakyat ini ada sekian persen itu adalah pendukung Sriwijaya FC, mbok ya diberikan mereka sesuatulah, kebahagiaan. Kita melihat Sriwijaya FC menang, alangkah senangnya. Pecak dapat separoh dunio rasonyo. Madaki dak dipikirke," kata tokoh nasional asal Sumsel.
Menurut mantan Dirut TVRI ini, memuaskan rakyat itu bukan saja memikirkan nafkahnya. Nafkah itu ada nafkah lahir, ada nafkah batin. Nafkah batin itu termasuk kecintaan kita terhadap Sriwijaya FC.
Ia mengajak di sangat yang genting saat ini agar kepentingan Sriwijaya FC jangan dibawa ke ranah politik. Jangan ada kesan ataupun ego jika Sriwijaya FC ini dianggap warisan dari kepala daerah yang lama.
"Barang ini milik samo-samo. Kalau jadi kepala daerah jadilah kepala daerah untuk seluruh rakyat. Ado pulo yang ngomong, kami ini ado aturan dak boleh duit pemerintah yang masuk ke klub. Memang, siapo yang nak minta dana APBD?," sesal Helmy Yahya.
Mengulangi pernyataannya seperti sering dipaparkan Helmy Yahya di berbagai podcastnya. Helmy Yahya mengatakan sangat dibutuhakn sosok kepala daerah itu karena punya kekuasaan, punya pengaruh.
"Saya kan dari kemarin-kemarin mengkritik. Bagaimana ceritanya BSB yang murni milik kepala daerah, gubernur, walikota, bupati lagi dak nyumbang, lagi dak sponsor," kritik Helmy Yahya.
Adik kandung Tantowi Yahya ini mengatakan dengan pengaruh seorang kepala daerah, para sponsor bisa turut membantu perjuangan Sriwijaya FC yang pernah mengharumkan nama Sumatera Selatan ini.
"Makmano wong lain nak sponsor? Mestinya yang kita harapkan kepala daerah, gubernur itu bisa dia nelpon. Oiy tolong oiy ini klub kita sama-sama untuk menghibur rakyat, katanya jutaan penggemar Sriwijaya FC termasuk saya tolonglah bantu," ujarnya.
Helmy Yahya menyebut BUMN yang besar-besar banyak asli Sumsel. Mulai dari PTBA, Pusri, Pertamina, Telkom. Termasuk , PT Kereta Api Indonesia ada di situ triliyunan dapat dari Sumsel mengangkut batubara dari Tanjungenim ke Lampung.
"Belum lagi perusahaan tambang ada Medco, Conoco Philip, tambang-tambang batubara, perusahaan-perusahaan sawit. Tapi perlu wong yang dipercayo oleh seluruh wong yang bisa merangkul mereka," bebernya.
Helmy Yahya mengatakan, tidak ada satupun klub profesional di Indonesia yang untung. Jadi bagaimana caranya menutupi kekurangan dana itu dengan donasi masyarakat, donatur dari orang kaya di Sumsel ini banyak.
Hanya saja untuk mendapatkan bantuannya ini, mesti didatangi satu persatu. Tentu tidak mungkin mereka mau datang sendiri menyumbang tanpa diminta. Caranya, bisa dengan dibuatkan acara, didatangi, dimintai tolong.
"Menurut aku, kito minta nian gubernur terpilih ini. Jangan nunggu dilantik. Bergeraklah. Kelebu kalau nunggu dilantik dulu, kita sudah di Liga 3. Katek gunonyo lagi. Dak usah salah-salahan, oh ini legasinya, ini dulu dak dukung aku. Idak pacak mak itu," kata Helmy Yahya.
Baca juga: Bukan 9 Tapi 13 Pemain Sriwijaya FC Sudah Mundur, Hendri Susilo Pusing Jamu FC Bekasi City
Helmy yahya mengatakan saat ini sudah ada gubernur terpilih, dia ada tanggungjawab kepada seluruh rakyatnya.
"Tidak perlu keluar duit. Tinggal mintai bae. Kan sudah ketahuan akan dilantik. Tolong oiy bertolongan, jangan sampai Sriwijaya FC ini ke Liga 3," ujarnya.
Seperti yang kitakannya tadi, inisiatif membikin acara, buat dinner. Minta tolong, panggil pengusaha-pengusaha, wong kayo di Sumsel untuk ikut peduli.
"Alangkah banyak wong kayo di Palembang ini. Apolagi yang di Jakarta. Kalau dak dimintai makmano nak bantu. Nak didatangi, nak dimintai. Tokoh itu yang diperlukan," katanya.
Di tengah kritisnya klub yang masih harus menghadapi dua laga sisa Pegadaian Liga 2 2024/25 dan menatap babak play-off Degradasi, pemilik Sriwijaya FC dituntut untuk bertangungjawab.
Seperti diketahui Sriwijaya FC yang pengelolanya PT SOM (Sriwijaya Optimis Mandiri) yang saham mayoritasnya PT Digi Sport Asia telah menyatakan tidak punya uang untuk membayar 3 bulan gaji+DP.
Bahkan untuk makan dan penginapan tim Sriwijaya FC harus menunggak dengan Hotel Majestic di Jl Sumpah Pemuda Palembang.
Menurutnya, tim Sriwijaya FC yang lahir pasca Palembang, Sumsel tuan rumah PON XVI 2004 harus segera diselamatkan sebelum turun ke Liga 3.
Sebab kalau sudah turun ke Liga 3, tidak akan ada lagi nilainya. Sangat memilukan dan memalukan sekali tim yang tadinya berada dan berjaya di Liga 1 dengan menyandang prestasi double winner, kini terancam degradasi ke Liga 3.
"Rangkullah semuanya. Banyak wong hebat Sumsel di Jakarta. Aku nak turun, bukan siapo-siapo. Aku cuma tokoh masyarakat. Pemilik saham idak. Kalau pemilik saham lah diam-diam bae. Kita masuk, oiy salah. Mari kita buang egoisme, kita sama-sama selamatkan SFC walaupun namanya sudah hancur," kata Helmy Yahya.
Helmy yahya mengungkapkan pemikirannya untuk dipertimbangkan dalam medorong untuk menyelamatkan Laskar Wong Kito ini.
Ia menyebut, memiliki sebuah klub, apalagi klub yang banyak pecintanya dan menyandang nama besar Sriwijaya itu tidak sama dengan kita membeli pabrik, beli tanah, beli rumah, beli mobil, beli kapal karena itu barang privat.
"Yang dibeli ini adalah barang publik, ada kebanggaan di situ, ada cinta, ada fanatisme. Maksud saya ini adalah tanggungjawab pemilik klub. Jangan punyo-punyoan bae," katanya.
Melihat dari asal muasalnya PT Digi Sport Asia yang tadinya menang di pengadilan lantaran SFC tidak dapat membayarkan hutangnya.
Kemudian ujung-ujungnya mendapatkan konversi 40 persen saham Sriwijaya FC yang kemudian menambahkan lagi sahamnya menjadi pemilik saham mayoritas.
"Sisanya Kak Asfan. Oiy tanggungjawab oiy. Jangan cuma punyo-punyoan bae. Tanggungjawab. Kalau tidak, serahkan ke orang lain. Intinya itu," pungkasnya.
Sementara Komisaris Utama PT SOM H Asfan Fikri Sanap ketika dimintai komentarnya, hingga kini belum memberikan jawabannya.
Manajemen Komit dan Tidak Buang Badan
Meski di tengah kritikan lantaran belum melunasi tunggakan gaji+DP pemain dan telah menanggalkan jabatannya sebagai Manajer Sriwijaya FC, namun Ajie Syahrial bastari mengungkapkan masih tetap peduli dengan Laskar Wong Kito.
Meski dirinya tak lagi menjabat Sriwijaya FC pasca 'dikudeta' 3 kelompok suporter yang tergabung dalam Aliansi Pecintata SFC, namun Ajie mengaku sebagai kepanjangan tangan PT Digi Sport Asia sebagai pemegang saham mayoritas yang menjalankan klub SFC dirinya masih tetap menjalankan tugasnya.
"Saya harus mencari dana talangan buat pertandingan kemarin. Allhamdulillah bisa terbayar sebagian tapi masih kurang juga ini masih mencari untuk sisanya. Walau sekarang saya bukan manajer Sriwijaya FC lagi," kata Ajie kepada Sripoku.com
Pasca berhasil mengulang untuk kedua kalinya menang di laga home, Sriwijaya FC sempat dikabarkan sempat kebingungan melanjutkan sisa laga putaran 2 Pegadaian Liga 2 2024/25.
Di tengah krisis kepercayaan terhadap manajemen (PT Digi Sport Asia selaku pemegang saham mayoritas yang mengelola Sriwijaya FC) dengan belum diselesaikan tunggakan gaji+DP pemain, Meghgon Valpoort dkk membuktikan bisa mengalahkan PSPS Pekanbaru dengan skor 3-2 di Stadion GSJ Palembang, Sabtu (14/12/2024).
Jelang laga menghadapi Persikabo 1973 vs Sriwijaya FC Kamis (19/12/2024) pukul 15.00 di Stadion Pakansari, Bogor, rasa pesimis Sriwijaya FC tidak bisa melanjutkan laga selanjutnya mewarnai di pemberitaan media sosial memuat Manajemen Tanpa Suara Untuk Lawatan ke Persikabo, Tim Tak Memiliki Dana.
Ketika hal ini dikonfirmasikan, Ajie Syahrial Bastari yang aktif sebagai Wakil Ketua Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) Sumsel menyatakan pihak manajemen SFC akan komit dan tidak buang badan.
"Insya Allah (bisa mengupayakan). Karena Insya Allah kami komit dan tidak buang badan seperti yang dituduhkan ke kami. Walau ditinggal sendirian kami berusaha semaksimal mungkin sampai kami sudah tidak bisa berdiri lagi," kata Ajie.
Sebelumnya para pemain Sriwijaya FC bertemu dengan owner Digi Sport, untuk mendiskusikan tentang nasib para pemain yang belum dibayar haknya, pada Jumat (13/12/2024).
Para pemain tetap menuntut hak berupa gaji dan pembayaran DP, namun Alexander Rusli selaku Owner PT Digi Sport Asia yang memegang saham Sriwijaya FC, masih belum bisa membayarkan hak dari para pemain.
"Mohon bersabar, kita sama-sama berjuang. Kami tidak akan lepas dari tanggung jawab," ujar Alex.
"Kita tidak ada uang bos, untuk bayar pemain uang kita diambil pajak semua," ungkap Alexander Rusli, selaku, owner PT Digi Sport Asia.