Darimana Angka Kemiskinan Diperoleh?

Editor: Salman Rasyidin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rillando Maranansha Noor, SE

Garis Kemiskinan Non Makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

Paket komoditi dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah antara wilayah perkotaan dan wilayah perdesaan.

Seseorang baru bisa disebut penduduk miskin apabila pengeluarannya per kapita per bulan berada dibawah Garis Kemiskinan.

Melalui gambaran diatas maka unbtuk penanggulangan kemiskinan sendiri diperlukan strategi yang tepat yaitu melindungi kelompok masyarakat miskin tersebut dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, hal ini dapat dilakukan antara lain dengan menjaga stabilitas harga bahan pokok dan pemberian subsidi ke
beberapa kelompok komoditi.

Pada September 2017 BPS mencatat adanya penduduk miskin di Indonesia sejumlah 26,58 juta jiwa (10,12%), atau mengalami penurunan sebesar 1,19 juta orang dibandingkan data BPS pada Maret
2017 yang berjumlah 27,77 (10,64 %) juta orang.

Berdasarkan klasifikasi wilayah, persentase penduduk miskin di perkotaan pada September 2017 sebesar 7,26 %, berkurang dari data Maret 2017 sebesar 7,72 %.

Persentase penduduk miskin di perdesaan pada September 2017 sebesar 13,47 %, berkurang dari data Maret 2017 sebesar 13,93 %.
Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, kesehatan dan pendidikan).
Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2017 adalah sebesar 73,35 %.

Jenis komoditi yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun perde-
saan adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan dan gula pasir.
Untuk komoditi bukan makanan yang memiliki konstribusi terbesar terhadap Garis Kemiskinan baik di kota maupun di desa adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan dan perlengkapan mandi.

Pada periode Maret 2017 sampai dengan September 2017 nilai Garis Kemiskinan naik sebesar 3,39 %, yaitu dari Rp.374.478,- per kapita per bulan pada Maret 2017 menjadi Rp.387.160,- per kapita
per bulan pada September 2017.

Beras menjadi komoditi makanan yang paling besar konstribusinya terhadap angka kemiskinan dengan
persentase sebesar 18,80 %, kemudian disusul rokok kretek filter sebesar 9,98 %, daging sapi sebesar 5,71 %, telur ayam ras sebesar 3,63 %, daging ayam ras sebesar 3,36 %, mie instan sebesar 2,24 dan gula pasir sebesar 2,17 %.

Bagaimana angka angka tersebut didapat? BPS menyelenggarakan suatu kegiatan yang bernama Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) sebanyak 2 kali dalam setahun yaitu pada bulan Maret
dan September.

Survei ini bisa dikatakan sebagai induk atau cikal bakal dari angka kemiskinan yang dikeluarkan BPS.

Tujuan SUSENAS sendiri adalah untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga, baik konsumsi makanan maupun konsumsi non makanan.

Dari data SUSENAS tersebut akan diperoleh nilai konsumsi komoditi makanan dan non makanan yang digunakan sebagai dasar penghitungan garis kemiskinan.

Halaman
1234

Berita Terkini