Menguak Kisah Mantan Budak Seks ISIS, Setiap Hari Diperkosa hingga Diperintah Lakukan Hal Keji Ini

Penulis: Candra Okta Della
Editor: Candra Okta Della
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SRIPOKU.COM - Ketika banyak yang tergiur bergabung dengan ISIS kelompok Negara Islam Irak dan Suriah, karena dinilai sebuah barisan perlawanan dan perjuangan terhadapa kebatilan. 

Tapi dilain sisi, kehidupan mengerikan menghantui banyak orang atas kekejaman ISIS. 

Sudah banyak video beredar ketika pejuang ISIS mempertontonkan membunuh orang tanpa belas kasihan. 

Mereka beralasan yang dilakukan bentuk jihad. Meskipun jelas, menurut banyak ulama ISIS bukanlah bagian dari Islam. 

Seperti kisah berikut ini yang begitu memilukan. 

Dilansir Sripoku.com dari Miror, wanita cantik ini dulu merupakan mantan budak seks ISIS. 

Namanya Farida Abbas Khalaf merupakan mahasiswa biasa di Irak.

Namun, hidupnya berubah pada 2014. Kepada Daily Mirror, Kamis (22/2/2018), Khalaf bercerita, ketika itu kelompok ISIS

Adapun Khalaf adalah perempuan Yazidi.

Sebuah etnis yang merupakan minoritas di Irak dengan estimasi jumlah 100.000 orang.

Baca:

Nyaris Tewas, Ini 4 Fakta Ais Anak Pelaku Bom, Kondisi Terbaru Hingga Jadi Saksi Kunci Penting!

48 Tahun Menjadi Anak Adopsi, Pria ini Berhasil Bertemu Ibu Kandungnya karena ini. . .

Setiap laki-laki yang ada di desa Khalaf dibunuh.

Sementara dia serta para perempuan lainnya ditawan dan dibawa ke Raqqa yang merupakan ibu kota ISIS di Suriah.

Farida Abbas ()

Selama empat bulan berikutnya, dunia Khalaf seakan runtuh setelah dia menjadi tawanan anggota ISIS.

Khalaf tidak sekadar disiksa dan disuruh untuk melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga, seperti memasak dan mencuci pakaian anggota ISIS.

Dia juga menjadi budak seks kelompok radikal tersebut.

"Setiap kali diperkosa, mereka juga menyiksa saya," kenang Khalaf.

Bahkan, Khalaf mengaku pernah dipaksa melihat seorang bocah perempuan berusia delapan tahun diperkosa.

Selama dua bulan pertama, Khalaf menerima perlakuan tidak manusiawi yang membuatnya terluka dan kesulitan untuk berjalan.

Penderitaannya tidak berhenti sampai di situ. Dia juga pernah dijual dari anggota ke anggota ISIS lainnya.

Baca:

Rayuan Indah Hingga Wanita Dianggap Pabrik Anak, Begini Pengakuan Eks Simpatisan ISIS, Astaga!

Ini Jenis Bahan Peledak Yang Digunakan Pelaku Bom Bunuh Diri, Sama Dengan Yang Digunakan ISIS

Khalaf mengaku, dia berusaha menjaga agar mentalnya tidak terganggu dengan mengingat sang ayah yang telah tiada.

Ayah Khalaf sering berkata kepadanya bahwa dia adalah perempuan yang kuat dan pemberani.

"Saya merasa ayah selalu bersama saya ketika memikirkan setiap ucapannya," ujar Khalaf.

Selain itu, penyiksaan dan pemerkosaan bocah delapan tahun di depan matanya makin membuatnya kuat untuk bertahan menghadapi berbagai siksaan tersebut.

Kesempatan kabur terbuka ketika salah satu petinggi ISIS mengancam bakal membunuhnya.

Dia dan lima perempuan Yazidi lainnya kabur pada malam hari dan mencoba bersembunyi di salah satu rumah warga keesokan paginya.

Saat itu, Khalaf mengaku tidak mengetahui apakah rumah yang dia ketuk adalah rumah anggota ISIS atau bukan.

Beruntungnya Khalaf, keluarga yang ada dalam rumah bukan anggota ISIS.

Baca:

Bom Meledak di Lampung, Polisi Ungkap Tulisan Aneh di Bungkusan hingga Sosok Pria Terobos Barikade

Lolos dari Maut Jadi Yatim Piatu, Kabar Ais Anak Pelaku Bom Mengejutkan, Kapolda Pun Sampai Sedih

Mereka menerima Khalaf dan perempuan lainnya selama tiga hari.

Meski demikian, mereka harus dimintai sejumlah besar uang sebagai biaya bersembunyi. Khalaf dan korban ISIS lainnya berhasil kembali ke Irak.

Saat ini, Khalaf dilaporkan tinggal di Jerman.

Dia mulai menata kembali kehidupannya setelah bertunangan dengan Nazhan Alias Hassan, yang juga sesama orang Yazidi.

Dia aktif dalam lembaga non-profit bernama Yazda yang berusaha membawa anggota ISIS untuk diadili.

Khalaf juga berusaha mendapatkan pengakuan dunia bahwa ISIS telah membantai Yazidi di Irak dan Suriah.

Wanita Yazidi Sebelum Diperkosa Tentara ISIS, Wajib Melakukan Ini

Nadia Murad (21), mantan tahanan ISIS, kembali berbicara mengenai perilaku kejam ISIS terhadap para wanita Yazidi.

Setelah berbicara di depan pejabat PBB, kini Nadia berbicara di Universitas Kairo, Mesir.

Dikutip dari The Daily Mirror, Kamis (31/12/2015), Nadia kembali mengungkapkan penderitaannya selama menjadi tahanan ISIS.

Tak banyak hal berbeda dari apa yang disampaikan Nadia sebelumnya.

Tapi, kali Nadia ini mengungkap, sebelum seorang tahanan wanita dipaksa melayani nafsu tentara ISIS, ada kewajiban yang harus dipenuhi.

"Semua wanita dipaksa untuk berdoa sebelum akhirnya diperkosa," ujar Nadia.

"Mereka menghargai kami tak lebih dari binatang. Mereka memerkosa beberapa wanita sekaligus, dalam satu ruangan."

"Anda tidak akan pernah bisa membayangkan kekejaman mereka. Mereka memperkosa, dan menyebut itu ada dalam hukum Islam" tambah dia.

Berbicara di Mesir, Nadia meminta negara-negara Islam dan Arab untuk bersatu memerangi ISIS.

Selaku muslim, Nadia mengaku tindakan barbar ISIS mengatasnamakan Islam, tak bisa dibiarkan.

Bercinta sampai lelah

Sebelumnya, Nadia Murad Basee Taha, juga menjadi saksi kekejaman ISIS di sebuah sesi hearing di markas Dewan Keamanan PBB.

“Mereka memerkosa kami, hanya untuk memastikan bahwa kami tak punya lagi masa depan,”

dailymail.Nadia Murad ()

Sebagaimana diberitakan The Daily Mail pada Sabtu (19/12/2015), Nadia didatangkan untuk menceritakan bagaimana kejamnya anggota ISIS memperlaukan para wanita Yazidi.

Wanita dari etnis Yazidi, selama ini diburu oleh pada ISIS untuk dijadikan budak cinta.

Mereka diperkosa dan dipaksa untuk melayani kebutuhan ‘biologis’ para tentara ISIS.

Nadia mengaku sudah melayani para tentara ISIS selama 3 bulan.

“Saya diculik bersama wanita-wanita Yazidi lain. Kami dimasukkan bus."

Baca:

Kisah Korban Bom Bunuh Diri di Gereja Pamit Ke Pasar dan Sempat Salat Dhuha

Ditinggal Kekasih, Lucinta Luna Ungkapkan Perasaan Melalui Lagu, Netizen : Puas-puasin Dulu!

"Disana, kami sudah dilecehkan. Kami diraba-raba, dan mereka melakukan kekerasan ke kami,” kata Nadia, sambil menangis.

Saat tiba di penampungan di Mosul (daerah kekuasaan ISIS di Utara Irak), Nadia terkejut melihat sudah ada ribuan wanita etnis Yazidi lain.

“Satu orang lalu datang kepadaku. Dia ingin mengambilku. Aku terus menunduk. Aku sangat ketakutan."

"Ketika aku melihat ke atas, pria itu sangat besar. Dia terlihat seperti monster,” cerita Nadia.

Nadia kemudian menambahkan.

"Aku lalu menangis. Aku bilang kepadanya aku takut, aku masih muda. Pria itu malah memukul dan menendangku,” ucap Nadia.

“Beberapa menit kemudian, pria lain datang. Badannya lebih kecil,”

“Aku memohon ke dia. Aku memohon agar dia mengambilku saja. Aku sangat ketakutan melihat pria yang pertama,”

Pria itu, lalu meminta agar Nadia pindah agama (etnis Yazidi memegang keyakinan Syiah dan Islam Sufi).

“Aku menolak. Tapi dia tetap menjadikanku sebagai istri bawah tangannya,”

“Malam itu dia memukuli aku. Dia memintaku untuk telanjang. Dia menaruhku di kamar yang dijaga sejumlah tentara, lalu mereka memerkosaku sampai aku kelelahan,” cerita Nadia.

Dari ceritanya ini, Nadia kemudian memohon kepada Dewan Keamanan PBB, untuk segera menumpas ISIS.

Nadia sendiri berhasil melarikan diri setelah 3 bulan menjadi budak cinta tentara ISIS.

Dia berhasil melarikan diri ke Jerman, meski sejumlah saudara laki-lakinya dibunuh oleh tentara ISIS.

PBB mendengarkan kesaksian Nadia, untuk mendapatkan bukti bahwa ISIS melakukan kejahatan perang dengan melakukan perdagangan manusia (human trafficking).

Berita Terkini