Kunci Jawaban

Membuat Studi Kasus Maksimal 500 Kata PPG Persiapan UKPPG Tahun 2025 Mata Pelajaran PJOK

Sebagai guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di sekolah dasar, saya pernah menghadapi permasalahan dengan salah satu siswi kelas 6

Freepik
STUDI KASUS PJOK - Ilustrasi belajar. Membuat Studi Kasus Maksimal 500 Kata PPG Persiapan UKPPG Tahun 2025 Mata Pelajaran PJOK 

SRIPOKU.COM - Di bawah ini contoh Penulisan Membuat Studi Kasus Maksimal 500 Kata PPG Persiapan UKPPG Tahun 2025.

Dalam artikel ini akan membahas mengenai latar belakang masalah dan upaya menyelesaian studi kasus.

Contoh penulisan studi kasus ini bisa menjadi referensi bagi Bapak/Ibu yang sedang mengikuti PPG.

Anda sebagai seorang guru pasti pernah mengalami permasalahan dalam pembelajaran. Tuliskan pengalaman riil (nyata) Anda maksimal 500 kata, terkait:

Baca juga: Latihan Soal UKPPG Modul 1 PPG Topik Culturally Responsive Teaching Tahun 2025 dan Kunci Jawaban

Pengalaman Menghadapi Siswi yang Tidak Mau Berolahraga karena Cuaca Panas

Sebagai guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di sekolah dasar, saya pernah menghadapi permasalahan dengan salah satu siswi kelas 6 bernama Rina (nama samaran).

Rina adalah siswi yang secara akademis tergolong cukup baik, namun dalam pelajaran olahraga, ia menunjukkan sikap yang berbeda.

la enggan mengikuti kegiatan olahraga, terutama jika dilakukan di luar ruangan saat cuaca panas.

la sering mengeluh cepat lelah, merasa gerah, dan tidak nyaman karena berkeringat. Bahkan, tak jarang ia meminta izin hanya untuk duduk di pinggir lapangan sambil menonton teman-temannya beraktivitas.

1. Permasalahan yang Dihadapi

Permasalahan utama yang saya hadapi adalah kurangnya partisipasi Rina dalam kegiatan PJOK karena ketidaknyamanannya terhadap kondisi fisik saat berolahraga.

la merasa berkeringat adalah hal yang memalukan dan mengganggu, serta takut kelelahan di bawah terik matahari.

Ini tentu menjadi tantangan tersendiri karena olahraga seharusnya menjadi kegiatan yang menyenangkan dan menyehatkan bagi seluruh siswa, bukan malah menimbulkan rasa enggan.

2. Upaya Penyelesaian

Langkah awal yang saya lakukan adalah melakukan pendekatan secara personal. Saya ajak Rina berbicara secara santai di luar jam pelajaran untuk mengetahui lebih dalam apa yang ia rasakan.

Ternyata, ia merasa tidak percaya diri saat berkeringat karena takut dianggap "jorok" oleh teman-temannya, dan merasa malu jika wajahnya memerah atau terlihat kelelahan.

Setelah memahami perasaan Rina, saya mencoba melakukan beberapa penyesuaian dalam pembelajaran.

Pertama, saya mengatur ulang jadwal pelajaran PJOK agar tidak terlalu siang, supaya suhu udara masih sejuk.

Kedua, saya memilih jenis olahraga yang lebih ringan dan menyenangkan seperti senam irama, permainan bola ringan, dan aktivitas kelompok yang tidak terlalu menguras tenaga.

Ketiga, saya menyisipkan edukasi tentang pentingnya kelebihan dan kelemahan masing-masing berkeringat sebagai tanda tubuh sehat, serta menekankan bahwa semua siswa memiliki . 

Saya juga memberi pujian secara terbuka ketika Rina mulai mencoba berpartisipasi.

Hal ini saya lakukan untuk membangun rasa percaya dirinya. Selain itu, saya libatkan teman-teman dekat Rina agar bisa menyemangatinya saat pelajaran PJOK berlangsung.

3. Hasil dari Upaya

Setelah beberapa minggu pendekatan dan penyesuaian, saya mulai melihat perubahan positif.

ina mulai mau mengikuti senam ringan dan beberapa permainan sederhana.

la tampak lebih percaya diri, bahkan mulai tersenyum dan tertawa saat bermain bersama teman-temannya.

Partisipasinya meningkat, dan ia tidak lagi terlalu mengeluhkan cuaca panas atau berkeringat.

4. Pengalaman Berharga

Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa setiap anak memiliki hambatan dan ketidaknyamanan yang berbeda.

Sebagai guru, kita dituntut untuk tidak hanya mengajar, tetapi juga memahami dan membimbing siswa sesuai dengan kebutuhan mereka.

Pendekatan yang sabar, komunikatif, dan solutif sangat penting dalam menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna.

Saya juga menyadari pentingnya menciptakan suasana belajar yang inklusif, di mana semua siswa merasa aman, diterima, dan termotivasi untuk berkembang.

Baca berita menarik Sripoku.com lainnya di Google News

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved