Idul Adha 2025

Kumpulan Naskah Khutbah Idul Adha 2025/1446 H Tentang Meneladani Nabi Ibrahim AS Soal Pengorbanan

Berikut ini kumpulan naskah Khutbah Idul Adha 2025/ 1446 H meneladani Nabi Ibrahim AS

Editor: adi kurniawan
(ChatGPT/Tribun-medan.com)
IDUL ADHA- Ilustrasi ini dibuat menggunakan aplikasi kecerdasan buatan atau AI ChatGPT. Berikut ini kumpulan naskah Khutbah Idul Adha 2025/ 1446 H meneladani Nabi Ibrahim AS 

SRIPOKU.COM -- Berikut ini kumpulan naskah Khutbah Idul Adha 2025/ 1446 H meneladani Nabi Ibrahim AS.

Khutbah Idul Adha 2025 dalam artikel ini mengangkat tema tentang meneladani kisah Nabi Ibrahim AS.

Idul Adha 2025 bukan sekadar momen penyembelihan hewan kurban, melainkan juga pengingat akan kisah pengorbanan luar biasa Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, yang menjadi simbol keikhlasan, kepatuhan, dan cinta sejati kepada Allah SWT.

Untuk itu, Tribunnews.com telah mengumpulkan berbagai macam teks Khutbah Idul Adha 2025/ 1446 H tentang keteladanan pada Nabi Ibrahim AS.

Isi teks khutbah Idul Adha 2025 berikut dapat dibacakan ketika khutbah sholat Ied Hari Raya Idul Adha 1446 H pada hari Jumat, 6 Juni 2025.

Selengkapnya, berikut kumpulan naskah Khutbah Idul Adha 2025/ 1446 H meneladani Nabi Ibrahim AS yang dapat menjadi referensi khotbah.

1. Khutbah Idul Adha 2025/1446 H: Meneladani Ibrahim AS Pengorbanan untuk Kebaikan Alam dan Kehidupan

Khutbah Pertama:

اللَّه أَكْبَرُ ٣×. اللَّه أَكْبَرُ ٣×. أَكْبَرُاللهُ ٣×. اللَّهُ أَكْبَرُ، كَبِيرًا، وَالْـحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْـحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ، وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ، وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُونَ. الْـحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، الْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِعَفْوِهِ تُغْفَرُ الذُّنُوبُ وَالسَّيِّئَاتُ، وَبِكَرَمِهِ تُقْبَلُ الْعَطَايَا وَالْقُرُبَاتُ، وَبِلُطْفِهِ تُسْتَرُ الْعُيُوبُ وَالزَّلَّاتُ، الْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَمَاتَ وَأَحْيَا، وَمَنَعَ وَأَعْطَى، وَأَرْشَدَ وَهَدَى، وَأَضْحَكَ وَأَبْكَى. وَقُلِ الْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ، وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا. فَيَا أَيُّهَا الْـمُؤْمِنُونَ وَالْـمُؤْمِنَاتُ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَقَدْ فَازَ الْـمُتَّقُونَ. وَاتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْلَمُوا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيلٌ، وَعِيدٌ شَرِيفٌ جَلِيلٌ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

Jemaah salat Iduladha rahimakumullah,
Alhamdulillah, di pagi yang berbahagia ini, kita semua berkesempatan berada di suatu hari yang istimewa di antara sekian banyak hari. 

Hari yang patut untuk diperingati dan bukan sekedar dirayakan. Karena tidak semua manusia mampu mengambil hikmah manis-getirnya kehidupan sejarah umat-umat terdahulu. Adapun yang mampu mengambil pelajaran hanyalah orang-orang sabar lagi syukur. 

Sedang di jauh sana, saudara-saudara kita yang datang dari belahan bumi melaksanakan rangkaian amaliah ibadah haji, baik rukun-rukun haji maupun amaliah haji yang diwajibkan dan yang disunahkan.

Selanjutnya, mari kita berupaya meningkatkan takwa kepada Allah Swt, dalam arti mentaati segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.

Sesungguhnya, takwa itu pesan Allah kepada seluruh umat manusia sepanjang zaman dari waktu ke waktu, umat berganti umat, kurun berganti kurun sejak manusia diciptakan.

Jemaah salat Iduladha rahimakumullah,

Hari Raya Iduladha merupakan momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Perayaan ini tidak hanya identik dengan penyembelihan hewan kurban, tetapi juga menjadi pengingat tentang keteladanan Nabi Ibrahim a.s. Karena kesabarannya dan kepatuhan pada Allah Swt, termasuk saat ia bersedia menyembelih putranya, Ismail, sebagai pengorbanan. 

Kisah ini yang diabadikan dalam Al-Quran, menunjukkan ketundukan kepada kehendak Allah dan keyakinan bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik. Pengorbanan ini bukan hanya simbolik, tetapi juga memiliki dampak positif bagi alam dan kehidupan manusia, khususnya dalam hal ibadah kurban dan pengajaran tentang nilai-nilai kebaikan. Sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Hajj/22: 37:

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ.

“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.”

Dari kisah ini, umat Islam diajarkan bahwa kurban bukan hanya sekedar penyembelihan hewan, tetapi lebih dari itu merupakan simbol pengorbanan diri, hawa nafsu, dan ego menggapai rida Allah Swt. Keikhlasan Nabi Ibrahim a.s. menjadi cerminan bagaimana seorang hamba seharusnya menundukkan kehendaknya kepada kehendak Sang Khalik. 

Pengorbanan seorang hamba dalam melaksanakan perintah Allah Swt adalah simbol upaya seorang hamba untuk menjadikan dirinya lebih dekat dengan Allah. Dalam konteks ibadah kurban, Nabi saw memberikan ilustrasi bagaimana proses kedekatan hamba dengan Allah melalui sabda yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam kitab Sunan At-Tirmidzi:

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا .

“Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Iduladha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.”

Dalam konteks kehidupan modern, semangat Iduladha mengajarkan umat Islam untuk menumbuhkan nilai solidaritas, empati, dan kepedulian sosial terhadap sesama, terutama kepada kaum duafa. Pengorbanan yang dilakukan bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk waktu, tenaga, dan perhatian yang tulus.

Jemaah salat Iduladha rahimakumullah,

Meneladani Nabi Ibrahim a.s. dalam pengorbanan beliau untuk kebaikan alam dan kehidupan berarti menerapkan prinsip-prinsip yang menjadi ciri khas beliau, prinsip-prinsip ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan dengan Allah Swt, keluarga, maupun masyarakat.

Prinsip pertama, ketaatan kepada Allah Swt, dengan cara menegakkan kebenaran, seperti Nabi Ibrahim yang menolak penyembahan berhala dan menyebarkan kebenaran tentang tauhid, kita juga harus berani menegakkan kebenaran dan menjauhi kemungkaran. Nabi Ibrahim a.s. berkata dalam Q.S. Al-An’am/6 :79:

إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ.
“Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada yang menciptakan langit dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.”

Menjalankan perintah Allah Swt, Nabi Ibrahim a.s. selalu taat dan patuh pada perintah Allah, termasuk saat diperintah mengungsikan istri dan anaknya ke tempat tandus, atau saat akan menyembelih Nabi Ismail a.s. Kita juga harus berusaha menjalankan perintah Allah dengan penuh kesabaran dan ketekunan. 

Berdo’a dan berserah kepada Allah Swt, Nabi Ibrahim a.s. dikenal sebagai hamba yang selalu berdo’a dan berserah kepada Allah dalam segala urusan. Kita juga harus selalu berdo’a dan berserah kepada Allah dalam menghadapi cobaan dan kesulitan karena Allah adalah pemilik alam semesta dan segala yang ada di dalamnya.

Prinsip kedua, keikhlasan dalam berdakwah. Nabi Ibrahim a.s. dikenal sebagai seorang yang berdakwah dengan lemah lembut dan bijaksana. Nabi Ibrahim a.s. selalu berdakwah dengan penuh semangat dan tidak pernah menyerah, meskipun menghadapi banyak tantangan, bahkan dengan gagah berani mendakwahkan kepada sang penguasa, yaitu Raja Namrudz. Al-Qur’an mengabadikan momen ini dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 258, ketika Nabi Ibrahim berkata:

…رَبِّيَ ٱلَّذِي يُحۡيِۦ وَيُمِيتُ...
”... Tuhankulah yang menghidupkan dan mematikan...”

Prinsip ketiga, kesabaran dalam menghadapi cobaan. Nabi Ibrahim a.s. dikenal sebagai hamba yang sabar dalam menghadapi cobaan, hingga digelari sebagai Ulul Azmi. Karena cobaan adalah bagian dari kehidupan dan ujian dari Allah Swt. Memohon pertolongan Allah dalam menghadapi cobaan, karena Allah adalah satu-satunya yang dapat memberikan pertolongan dan kesabaran, selalu berusaha dan berdo’a dalam setiap urusan, karena usaha, do’a adalah kunci kesuksesan dan keberkahan dalam hidup. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Ash-Shaffat/37: 102-107:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ فَلَمَّآ أَسۡلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلۡجَبِينِ وَنَٰدَيۡنَٰهُ أَن يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡبَلَٰٓؤُاْ ٱلۡمُبِينُ وَفَدَيۡنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ.
“Maka ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya. Ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah). Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahim, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesuungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar. Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang datang kemudian, ”Salam sejahtera atas Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Ash-Shaffât/37: 102-110).

Jemaah salat Iduladha rahimakumullah,

Dengan meneladani Nabi Ibrahim a.s. umat Islam diharapkan mampu mengaplikasikan nilai keikhlasan dan pengorbanan dalam setiap aspek kehidupan, baik secara personal maupun sosial. Iduladha menjadi momentum untuk memperbaiki diri, mempertebal keimanan, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengorbanan demi kebaikan bersama.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَر،ُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَالطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ، وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَمَرَكُمْ بِأَمْرِ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَى بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِه. فَقَالَ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ العَظِيْم: إِنَّ اللهَ وَمَلاَ ئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِى يَاأَيُّهَا الَّذِينَ أًمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمَا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِين, وَالتَّابِعِين وَتَابِعِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ, وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتَكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَالْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَىٰ وَالتُّقَىٰ وَالْعَفَافَ وَالْغِنَىٰ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَىٰ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

2. Khutbah Idul Adha 2025/1446 H: Teladan Ibrahim AS dalam Carut Marut Kehidupan

Allahu Akbar 2x Walillahilhamdu.

Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Kumandang takbir kembali membahana di seluruh pelosok dunia, menyambut hari akbar bagi umat Islam, sebuah hari yang sarat dengan makna dan nilai. Inilah hari raya kurban atau Idul Adha yang jatuh pada hari ini, 10 Dzulhijah 1446 H, bertepatan dengan 6 Juni 2025. 

Untuk semua kenikmatan ini, sangat wajar jika kita mengucapkan syukur sambil memuji Allah Swt, Sang Khaliq Penguasa Alam Semesta, Yang Maha Kuasa dan Perkasa.

Musim haji 2025 menjadi tahun penuh ujian bagi ribuan jamaah haji furoda yang gagal berangkat ke Tanah Suci. Visa haji furoda, yang biasanya diberikan langsung oleh Pemerintah Arab Saudi, tidak diterbitkan tahun ini, menyebabkan ribuan jamaah batal berangkat meskipun telah membayar biaya yang tidak murah.

Selain itu, sistem Syarikah, yang diterapkan dalam penyelenggaraan haji, juga menimbulkan kebingungan bagi jamaah. Banyak calon haji yang merasa tidak mendapatkan informasi yang jelas mengenai mekanisme layanan dan akomodasi mereka selama di Arab Saudi.

Tak ada yang lebih patut bagi para hamba Allah Swt yang beriman kecuali semakin menundukkan kepala, merendahkan hati dan mengakui segala dosa, seraya bertaubat dan memohon ampunannya.

Semoga saudara-saudara kita yang gagal berangkat diberi kesabaran dan yang sedang menjalankan ibadah Haji diberi kemudahan, kelancaran, Kesehatan dan mendapatkan predikat Haji Mabrur. Aamiin

Allahu Akbar 2X Walillahilhamdu.

Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Kita mengenal Nabi Ibrahim sebagai pelopor Tauhid, yang mengajak umat manusia untuk kembali mengabdi kepada Allah yang Maha Kuasa. Namun tidak banyak yang mencoba memahami sosok beliau, sebagai seorang yang ahli di bidang ilmu kesehatan/pengobatan (Tabib).

Ada perkataan Nabi Ibrahim, yang cukup populer di dalam ayat al-Qur’an: “ alladzi kholaqoni fahuwa yahdin, walladzi huwa yuth’imuni wayasqin, waidza maridhtu fahuwa yasyfin, (yaitu) yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku, dan yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku. (Qs Asy-Syu’ara 78-80).

Ayat ini merupakan bentuk dari kepasrahan Nabi Ibrahim atas kehendak Allah, sekaligus juga menunjukkan keilmuan yang mumpuni dalam kehidupan duniawi.

Di dalam ajaran Islam, kepasrahan harus di-imbangi dengan ikhtiar (usaha), seorang yang tawakal akan rezekinya, ia juga harus tangguh dalam berusaha. 

Seorang yang pasrah akan kesehatannya, ia juga harus pandai menemukan solusi kesembuhan dari penyakitnya. Allah akan memberi sesuatu kepada hambaNya sesuai dengan apa yang diusahakannya, seperti yang tertera di Quran Surat An Najm 39:

“ Wa al laisa lil insani illa masa’a, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya”, dimana hal ini termasuk dalam rezeki lanjutan dari rezeki yang diberikan kepada seluruh alam semesta: “ Wama mindabbatin fil ardi illa alallohi rizquha, dan Tidak ada suatu binatangpun (termasuk manusia) yang bergerak diatas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya” (Surat Hud 6)

Allahu Akbar 2X Walillahilhamdu.

Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Paling tidak, ada 2 pelajaran penting terkait kesehatan yang terdapat dari kisah nabi Ibrahim AS dan keluarganya:

Pelajaran Pertama: Berbaik sangka kepada Allah Swt

Pada suatu hari, Ibrahim AS terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba dia memerintahkan kepada istrinya, Siti Hajar, untuk mempersiapkan perjalanan dengan membawa bayinya. Singkat cerita, di padang Sahara, Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan Ismail kecil. Mereka berdua hanya dibekali sekantung makanan dan sedikit air yang tidak cukup untuk dua hari.

Setelah melihat kiri dan kanan beliau melangkah meninggalkan tempat itu. Dia mengerti bahwa Allah memerintahkan suaminya untuk pergi. Maka kemudian dia bertanya, ”Kami tidak akan tersia-siakan selagi Allah bersama kami. Dia-lah yang telah memerintahkan Ibrahim pergi”.

Subahanalloh, betapa lurusnya keluarga ini memandang perintah Allah. Betapa ringannya mereka melaksanakan titah agung ini. Mereka utamakan ketaatan daripada kesenangan pribadi. Lihatlah, bagaimana Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, mampu berbaik sangka kepada Allah Swt, mereka meyakini bahwa selagi mereka bersama Allah, maka tidak akan ada yang menyengsarakannya, tidak akan ada yang dapat mencelakainya, tidak akan ada yang dapat melukainya.

Bila kita lihat banyaknya manusia yang  frustasi dalam kehidupan ini atau banyaknya manusia sengsara bukan karena sedikitnya nikmat yang Allah berikan kepada mereka akan tetapi karena sedikitnya husnudzon (berbaik sangka) kepada kebaikan Allah, padahal nikmat yang Allah berikan lebih banyak dari pada siksanya.

Oleh karena itu kita harus berbaik sangka kepada Allah, sebagaimana Allah menjelaskan dalam hadits qudsi bahwa Dia sesuai prasangka hambanya; Dari Abu Hurairah RA berkata, bersabda Rasulullah Saw: Allah berfirman: “ ana inda zhonni abdiibii, “Aku (Allah) tergantung pada prasangka hamba padaKu, dan Aku bersamanya jika ia mengingat-Ku; jika ia mengingat-Ku dalam jiwanya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku; dan jika ia mengingat-Ku dalam lintasan pikirannya, niscaya Aku akan mengingat-Nya dalam pikirannya kebaikan darinya (amal-amalnya); dan jika ia mendekat kepada-ku setapak, maka aku akan mendekatkannya kepada-Ku sehasta; jika ia mendekat kepada-ku sehasta, maka aku akan mendekatkannya kepada-ku sedepa; dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan menghampirinya dengan berlari. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).

Positive Thinking, itulah kunci utamanya. Betapa banyak penyakit yang ditimbulkan akibat Negative Thinking. Stroke, Gastritis, Jantung, sebagian besar penyebabnya adalah negative thinking.

3. Khutbah Idul Adha 2025/1446 H: Urgensi Pengorbanan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial

اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
 اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا, وَالحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا, لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ اِلَّا اِيَّاهُ ,مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ, وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ, لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ, وَنَصَرَ عَبْدَهُ, وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ, لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَر, اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah.

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah memberikan kita nikmat sehat, umur panjang, serta kesempatan untuk bertemu dengan hari yang mulia ini, Idul Adha 1446 H, sebagai momen untuk berkurban dan berbagi. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, suri teladan kita, yang telah menunjukkan kepada kita bagaimana hidup penuh pengorbanan dan kasih sayang terhadap sesama.

Hadirin yang dimuliakan Allah, hari ini kita berkumpul untuk merayakan Idul Adha, hari yang penuh dengan makna pengorbanan dan kepedulian terhadap sesama. Idul Adha adalah hari yang mengingatkan kita tentang kewajiban berkorban, baik itu dalam bentuk harta, tenaga, waktu, maupun perhatian kepada mereka yang membutuhkan. Pengorbanan bukan hanya sebatas menyembelih hewan kurban, tetapi juga mengorbankan ego kita untuk membantu sesama yang sedang mengalami kesulitan. Maka dari itu, dalam melakukan Qurban, umat Muslim meneguhkan kesetiaan mereka kepada Sang Pencipta. Perintah yang secara spesifik menunjuk Qurban terdapat dalam QS. Al-Kautsar ayat 1-3:

١ – اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ
٢ – فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
٣ – اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).”

Selain itu, di dalam surat al-Hajj ayat 34-35, Allah berfirman:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ اْلأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ. الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَالصَّابِرِينَ عَلَى مَا أَصَابَهُمْ وَالْمُقِيمِي الصَّلاَةِ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka.” [QS. al-Hajj (22): 34-35]

Saudaraku sekalian, pada hari yang penuh berkah ini, marilah kita merenungkan kembali tentang tantangan ekonomi yang dihadapi oleh bangsa kita. Di tengah kondisi ekonomi yang lesu pasca-pandemi, banyak keluarga yang terjebak dalam kemiskinan, dan banyak pula yang mengalami pengangguran. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah pengangguran di Indonesia pada awal 2025 mencapai lebih dari 7 juta orang, sementara 24 juta orang lainnya masih hidup di bawah garis kemiskinan. Sungguh, ini adalah keadaan yang membutuhkan perhatian kita semua.

Jamaah yang dimuliakan Allah, kesalehan sosial menjadi salah satu nilai utama dalam Islam. Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk tidak hanya berfokus pada ibadah individual, tetapi juga menjadi umat yang peduli terhadap kesejahteraan sosial.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ)١() فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ )٢() وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ )(٣
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS. Al-Ma’un: 1-3).

Ayat ini menegaskan bahwa kesalehan sosial adalah bagian tak terpisahkan dari agama. Pengorbanan yang kita lakukan dalam rangka berbagi dengan sesama, adalah bentuk kewajiban kita sebagai umat Islam, untuk menunjukkan rasa kasih sayang terhadap orang-orang yang berada dalam kesulitan.

Saat ini, banyak saudara kita yang terdampak pengangguran. Ribuan buruh yang kehilangan pekerjaan, para petani yang kesulitan menjual hasil panen, dan para pelaku usaha kecil yang terpuruk karena kesulitan modal. Jangan biarkan mereka hidup dalam penderitaan tanpa perhatian kita. Mari kita pikirkan bagaimana kita bisa menjadi solusi bagi kesulitan mereka. Rasulullah SAW bersabda:

مَن لَمْ يهتَمَّ بأمرِ المُسلِمينَ فليس منهم
“Siapa yang tidak peduli dengan urusan umat Islam, maka dia bukan bagian dari umat Islam.” (HR. Bukhari).

Tidak ada seorang pun yang luput dari ujian ini, dan kita sebagai umat Islam harus hadir untuk membantu.

Jamaah yang berbahagia, pada hari Idul Adha ini kita diingatkan tentang pentingnya berbagi. Kurban adalah simbol dari pengorbanan untuk kepentingan umat. Hewan kurban yang kita sembelih dan bagi kepada yang membutuhkan adalah wujud nyata dari keshalehan sosial yang mengutamakan kepedulian terhadap yang lemah dan miskin. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

لَنْ يَنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
“Daging dan darah hewan kurban itu tidak akan sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang sampai kepada-Nya.” (QS. Al-Hajj: 37).

Makna dari kurban adalah bukan pada hewan yang kita sembelih, tetapi pada niat kita yang ikhlas untuk membantu sesama, memberi yang terbaik bagi mereka yang membutuhkan.

Saudaraku, pengorbanan dalam Islam tidak hanya terbatas pada kurban hewan, tetapi juga mencakup segala bentuk bantuan yang kita berikan kepada sesama. Mari kita berkurban dengan memberikan sebagian harta kita untuk mereka yang membutuhkan, atau dengan memberikan kesempatan kerja kepada yang menganggur. Tidak ada pengorbanan yang terlalu kecil untuk mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT. Yang terpenting adalah niat dan ketulusan hati kita untuk berbagi, mengurangi beban saudara kita yang tengah kesulitan.

Saudaraku yang dirahmati Allah, Kita harus bergerak, berkorban, dan saling membantu untuk mengurangi penderitaan mereka yang ada di sekitar kita.

Bagi Umat Muslim, ini adalah panggilan untuk kita mengoptimalkan potensi zakat, infak, sedekah, dan wakaf untuk memberdayakan ekonomi umat. Jangan hanya mengandalkan bantuan pemerintah atau pihak lain. Kita sebagai umat Muslim harus memimpin dalam gerakan pemberdayaan sosial.

Misalnya, memanfaatkan wakaf produktif untuk membuka lapangan kerja bagi mereka yang menganggur. Tanah wakaf bisa digunakan untuk mendirikan usaha bersama, atau menyediakan modal bagi UMKM yang kesulitan.

Selain itu, mari kita terus berusaha untuk memberikan perhatian kepada mereka yang paling membutuhkan. Bergotong-royong membantu mereka yang kesulitan mencari pekerjaan, memberikan modal usaha bagi yang ingin berusaha, atau sekadar membuka kesempatan kerja bagi orang lain. Peran kita sebagai umat Muslim adalah menciptakan lapangan kerja, bukan sekadar memberikan bantuan sementara.

Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah
Di penghujung khutbah ini, mari kita bermunajat kepada Allah dengan khusyuk dan penuh pengharapan. Semoga Allah SWT menjadikan kita umat yang peduli terhadap sesama. Berikanlah kami keberkahan dalam harta dan rezeki kami sehingga kami dapat membantu mengurangi penderitaan sesama kami. Jadikan kami umat yang bermanfaat bagi umat manusia, terutama bagi mereka yang sedang berada dalam kesulitan. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

4. Khutbah Idul Adha 2025/1446 H: Meneladani Karakter Nabi Ibrahim AS

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِن الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ

Hadirin rahimakumullah

Mari kita bersyukur kepada Allah Swt, karena atas rahmat-Nya, kita dapat melaksanakan shalat Idul Adha pada pagi hari ini. Setelah kemarin kita berpuasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah 1446 Hijriyah. Dan bakda Subuhnya, kita sudah mulai melantunkan kalimat takbir, tahlil, dan tahmid. Untuk mengagungkan asma Allah, meneguhkan keyakinan diri atas ketuhanan Allah, dan juga untuk mensyukuri nikmat Allah yang tiada terhingga yang telah dianugerahkan kepada kita semua.

Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamd Hadirin rahimakumullah
Sebagai khatib saya mengajak hadirin untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Karena dengan takwa, insyaallah hidup kita akan berbahagia di dunia maupun di akhirat kelak. Tanpa ketakwaan, semuanya akan menjadi sia-sia. Karena dunia ini adalah fana. Akhiratlah yang kekal, maka hubungkan aktivitasmu dengan keabadian akhirat.

Untuk itu memang memerlukan keikhlasan dan pengorbanan. Namun kehidupan yang seperti itulah yang diridha Allah. Oleh karena itu hadirin yang dimuliakan Allah, melalui mimbar ini saya mengajak agar meneladani karakter Nabi Ibrahim untuk dijadikan contoh dalam mengarungi kehidupan ini.

Sebagaimana hal ini telah dinyatakan Allah dalam firman-Nya di al-Quran, yakni Surat al-Mumtahanah: 6

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلآخِرَ ۚ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ
Artinya:”Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Mahakaya lagi Mahaterpuji.”

Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamd Hadirin rahimakumullah
Kita mengenal Ibrahim sebagai sosok yang luar biasa. Banyak karakter pribadinya yang dapat dijadikan pelajaran berharga, termasuk dalam mendakwahkan ajaran Islam. Antara lain, santun, cerdas, kritis, gemar berkarya, dan ikhlas atau rela berkorban.

Di keluarganya terdapat perbedaan keyakinan teologi yang sangat nyata. Ibrahim dikenal sebagai Bapak monotheisme, sementara bapaknya menyembah berhala. Dalam realitas keluarga yang seperti ini, Ibrahim tetap santun dalam berdakwah, meskipun ia akhirnya diusir dari rumah oleh bapak kandungnya sendiri.

Pada tataran kebangsaan, Ibrahim tak gentar menghadapi pemerintahan Namrud yang dhalim. Mayoritas penduduknya pun beragama dengan penuh kesyirikan. Namun, Ibrahim tidak mau hanya diam, apalagi menyerah pada keadaan. Ia terus menyuarakan kebenaran. Kita umat Islam pernah diingatkan oleh Nabi Muhammad Saw dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari sahabat Abu Dzar Ra agar menyampaikan nilai-nilai kebenaran ini.

قُلِ اَلْحَقَّ, وَلَوْ كَانَ مُرًّا
“Katakanlah yang benar meskipun itu pahit (berat untuk dikatakan).”

Itulah di antara karakter yang dimiliki Ibrahim dalam membentuk kepribadiannya yang patut kita teladani sebagai seorang muslim.

Karakter berikutnya yang dimiliki Ibrahim adalah sebagai seorang yang gemar berkarya untuk membangun peradaban semesta. Termasuk mendirikan dan membangun Ka’bah baitullah sebagai kiblat umat Islam se-dunia.

Inilah yang harus kita teladani di saat kita masih diberikan nikmat umur untuk hidup di dunia ini. Jangan sia-siakan nikmat umur ini. Berbuatlah untuk kebermanfaatan dan kebaikan semesta. Nabi Muhammad pun pernah mengingatkan umat Islam bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.

Untuk itu karakter rela berkorban yang dimiliki Ibrahim menjadi teladan utama berikutnya yang dapat kita contoh untuk selalu berbuat dan berkarya.

Maka, melalui momen Idul Adha ini mari kita evaluasi pribadi kita masing-masing, sudah sejauhmana kita mampu meneladani karakter nabi Ibrahim.

Akhirnya, mari kita berdoa kepada Allah. Semoga kita diberikan kekuatan oleh Allah untuk meneladani karakter nabi Ibrahim, sehingga kita dapat memperoleh kebahagiaan di dunia sampai di akhirat.

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّــهُمَّ صَلِّ عَـلـٰى مُحَمَّدٍ وَعَــلـٰى أَلِـهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّـمْ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻠْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﺍﻟْﺄَﺣْﻴَﺎﺀِﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍﻟْﺄَﻣْﻮَﺍﺕ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻲ ﻭَﻟِﻮَﺍﻟِﺪَﻱَّ ﻭَﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِيْنَ ﻳَﻮْﻡَ ﻳَﻘُﻮﻡُ ﺍﻟْﺤِﺴَﺎﺏُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ

5. Khutbah Idul Adha 2025/1446 H: Memetik Pilar Islam Berkemajuan dari Kisah Nabi Ibrahim

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْزَلَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَنُوْرًا وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا.
لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Segala  puji dan syukur  kita panjatkan kehadirat  Allah SwT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita di pagi yang indah ini bisa berkumpul bersama menikmati hangatnya sinar mentari, dan segarnya udara di pagi  sambil mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil sebagai ekspresi mengagungkan Ilahi Robbi. Dan melaksanakan shalat sunah dua rakaat Idul Adha sebagai upaya pendekatan  diri kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

Jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah  
Idul Adha adalah momen penting  dimana kita diingatkan kembali  atas kisah pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam bersama putranya, Nabi Ismail ‘alaihi salam. Sebuah kisah yang begitu luar biasa, yang menyentuh kalbu dan jiwa, peristiwa yang jarang  bisa dilaksanakan oleh manusia biasa.  Ayah dan anak  keduanya kompak  menunjukkan ketundukan yang sempurna kepada Allah Rabb al-’Alamin. Nabi Ibrahim menunjukkan keberanian luar biasa untuk melaksanakan perintah Allah, meskipun itu berarti harus mengorbankan sesuatu yang paling dicintai yaitu anak kesayangannya.  Dan di sisi lain, kita juga kagum kepada Nabi Ismail as yang juga  menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada ayah dan kepada Tuhannya walaupun harus mengorbankan dirinya.

Kisah tersebut diabadikan Allah dalam Al-Qur’an surat as-Shaffat ayat 102: 

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ 
“Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”

Nabi Ibrahim adalah figure bapak yang taat kepada  Tuhan tetapi menghormati pendapat orang lain. Beliau berjiwa demokratis mengajak bermusyawarah dengan putranya untuk minta pendapatnya. Begitu pula sang anak sama sama punya keimanan yang tinggi menyatakan kesediaannya, sehingga terjadi harmoni dalam melaksanakan perintah Tuhan. Tidak ada paksaan dalam beragama.

Kisah tersebut di atas sangat menarik untuk  diambil pelajaran penting dalam keberagamaan kita di masa kini. Keberagamaan harus bertumpu pada kesadaran penuh akan nilai-nilai spiritual. Nabi Ibrahim adalah teladan keberagamaan yang tidak hanya menitikberatkan ibadah ritual, tetapi juga keberanian moral, keikhlasan, dan kepatuhan yang teguh kepada perintah Tuhan.

Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini, khatib akan mengemukakan  beberapa poin yang dapat kita ambil sebagai ibrah dari kisah nabi Ibrahim dan Ismail. Dimana keberagamaan keduanya  bisa dijadikan  sebagai model  keberagamaan  Islam Berkemajuan.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Yang pertama adalah keikhlasan dalam beribadah:  Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa segala bentuk ibadah kita harus dilandasi oleh keikhlasan. Tidak ada pamrih dalam beribadah, hanya semata-mata mencari ridha Allah SwT. Sebagaimana Firman Allah surat al-Bayyinah 

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ  
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS al-Bayyinah ayat 5)

Ibrah yang kedua adalah keberanian menghadapi tantangan. Islam mengajarkan umatnya untuk terus bergerak maju, menghadapi segala tantangan dengan keberanian dan keteguhan hati. Nabi Ibrahim adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang tidak gentar menjalani ujian Allah. 

وَمَنۡ أَحۡسَنُ دِينٗا مِّمَّنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٞ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبۡرَٰهِيمَ خَلِيلٗا  
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. (QS an-Nisa’ ayat 125)

Dan Ibrah yang ketiga adalah semangat pembaruan (Tajdid). Keberagamaan yang diajarkan Nabi Ibrahim bukanlah yang stagnan. Beliau selalu mencari kebenaran dan berupaya mendekatkan diri pada Allah. Ini adalah semangat yang harus dihidupkan umat Islam untuk terus berkarya dan memberi manfaat kepada lingkungan.

وَإِذِ ٱبۡتَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٖ فَأَتَمَّهُنَّۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامٗاۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِيۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهۡدِي ٱلظَّٰلِمِينَ  
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". (QS al-Baqarah ayat 124)

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jamaah yang dirahmati Allah
Di era modern sekarang ini, semangat keberagamaan Nabi Ibrahim bisa menjadi panduan untuk kita dalam melaksanakan Islam berkemajuan. Dalam menghadapi berbagai tantangan, umat Islam harus tetap memprioritaskan nilai-nilai ketaatan kepada Allah, memperkuat ukhuwah, dan memberi kontribusi positif kepada masyarakat.

لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِيهِمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَۚ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ  
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji. (QS al-Mumtahanah ayat 6).

Kisah nabi Ibrahim tidak hanya mencerminkan kerelaan pengorbanan beliau  tetapi juga menjadikannya sebagai model iman, kesabaran, dan pengabdian. Tindakannya beresonansi dalam praktik dan kepercayaan Islam, menginspirasi orang percaya untuk menegakkan iman mereka dengan ketulusan dan keberanian. 

Para sarjana telah mengeksplorasi kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dari berbagai perspektif, menekankan signifikansi teologis, moral, dan spiritualnya. Banyak sarjana menyoroti bahwa kesediaan Ibrahim untuk mengorbankan putranya menunjukkan penyerahan tertinggi kepada Allah. Tindakan ini dipandang sebagai contoh mendalam dari keyakinan dan ketauhidan  (keesaan Tuhan) dan kepercayaan penuh dan patuh pada kebijaksanaan ilahi.

Pengorbanan nabi Ibrahim  sering ditafsirkan sebagai pelajaran dalam memprioritaskan pengabdian kepada Allah daripada keterikatan duniawi. Para sarjana seperti Ibn al-'Arabi telah membahas narasi sebagai panggilan untuk melepaskan berhala pribadi atau apa pun yang mengalihkan perhatian dari Allah.

Beberapa sarjana merefleksikan tantangan etika yang dihadapi Ibrahim, menekankan perjuangan internal dan keyakinannya yang tak tergoyahkan. Aspek ini dipandang sebagai pengingat bagi orang-orang percaya untuk menghadapi dilema moral mereka sendiri dengan keberanian dan kepercayaan kepada Allah.  Dan Tindakan Ibrahim dipandang sebagai landasan ajaran Islam, ritual yang menginspirasi seperti pengorbanan Idul Adha. Tindakan tersebut melambangkan rasa syukur, kerendahan hati, dan kesiapan orang percaya untuk membuat pengorbanan pribadi demi kebaikan yang lebih besar.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Akhirnya saya mengajak hadirin untuk mencontoh, keimanan, ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, sehingga melahirkan jiwa berani berkorban, tidak egois dan mendahulukan musyawarah. Marilah kita memanfaatkan kesempatan yang ada untuk selalu berbuat baik. Mumpung masih diberi kesempatan hidup oleh Allah yang  entah sampai kapan sisa umur ini masih ada. Sungguh alangkah indahnya jika umur yang tersisa ini kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat sehingga menjadi umur yang dipenuhi kasih sayang Allah, umur yang dipenuhi barakah Allah. Harta yang kita punyai, mari kita gunakan untuk kepentingan kebaikan, kita gunakan untuk meraih kesenangan di akhirat yang abadi. Jangan sampai kita menyesal berkepanjangan ketika kelak kita berada di alam keabadian. 

Untuk menguatkan keimanan kita agar menjadi iman aktif  marilah kita memanjatkan doa kehadirat Allah SwT. Dan kita yakin doa ini akan diamini para malaikat juga akan dikabulkan Allah SwT. 

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ
يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.  
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved