Sedang Siaran Langsung, Influencer Kecantikan Tewas Ditembak, Penembak Sempat Terlihat Penonton

Kejadian tragis menimpa seorang influencer kecantikan di Zapopan Meksiko. Saat sedang melakukan siaran langsung, Valeria Marquez, tewas secara tragis

Editor: adi kurniawan
Wartakota
Foto Ilustrasi: Kasat Reskrim Polres Solok Selatan, AKP Ulil Ryanyo Anshari tewas ditembak Kabag Ops, AKP Dadang Iskandar, Jumat (22/11/2024). 

SRIPOKU.COM -- Kejadian tragis menimpa seorang influencer kecantikan di Zapopan Meksiko.

Saat sedang melakukan siaran langsung, Valeria Marquez, tewas secara tragis setelah ditembak saat melakukan siaran langsung di TikTok di sebuah salon di Zapopan, Meksiko.

Valeria Marquez yang berusia 23 tahun ditembak di bagian dada dan kepala hingga tewas seketika di tempat kejadian.

Hingga kini, belum ada tersangka yang ditangkap, namun pihak kepolisian mencurigai bahwa kematiannya terkait dengan kekerasan berbasis gender yang masih tinggi di negara tersebut.

Dikutip dari Dailystar.co.uk Kamis (15/5/2025), dalam siaran langsung yang berlangsung saat kejadian, Marquez sempat terlihat berbicara dengan seorang pria pengantar barang yang tidak terekam kamera.

“Dia seperti anak babi kecil!” candanya sambil kembali menyapa para penonton dan membuka boneka binatang yang ia terima, sambil tersenyum dan melempar rambut pirangnya ke belakang bahu.

Beberapa saat kemudian, ia ditemukan terkulai tak bernyawa di kursinya. Darah terlihat menggenang di meja tempat ia duduk, sementara siaran langsung terus berlanjut.

Tayangan tersebut baru berhenti ketika seseorang mengambil ponsel Marquez, dan wajahnya sempat terlihat oleh para penonton.

Sebelumnya, dalam siaran tersebut, Marquez sempat menyebutkan bahwa ia menerima sebuah hadiah mahal di salon saat ia keluar sebentar. Hal itu membuatnya merasa tidak nyaman, dan ia memutuskan untuk tidak menunggu orang yang mengirimkan hadiah tersebut datang kembali.

Hanya beberapa jam setelah kejadian itu, seorang mantan anggota parlemen dari Partai PRI, Luis Armando Cordova Diaz, juga ditemukan tewas tertembak di sebuah kafe di wilayah yang sama.

Pihak berwenang di negara bagian Jalisco, wilayah tempat kedua kejadian terjadi, masih belum memastikan apakah pembunuhan Marquez secara resmi diklasifikasikan sebagai femicide, namun kejahatan terhadap perempuan masih menjadi persoalan serius di Meksiko.

Berdasarkan data terbaru, Meksiko berada di urutan keempat tertinggi di Amerika Latin dan Karibia dalam kasus femicide, bersama dengan Paraguay, Uruguay, dan Bolivia.

Negara bagian Jalisco sendiri menempati peringkat keenam dalam jumlah kasus pembunuhan dari total 32 negara bagian termasuk Mexico City.

Direktur Human Rights Watch wilayah Amerika, Juanita Goebertus, menyampaikan kepada CNN bahwa pada tahun 2022, sekitar 4.000 perempuan dibunuh di Meksiko, mewakili 12 persen dari total kasus pembunuhan di tahun itu. Namun, hanya sekitar 67 persen kasus yang berhasil sampai pada tahap putusan hukum.

Ia menekankan bahwa tantangan terbesar adalah meningkatkan kapasitas otoritas untuk menyelidiki kasus serta melindungi korban dan saksi.

Sementara itu, akun Instagram pribadi Marquez kini dipenuhi komentar dari para pengikutnya yang mengungkapkan duka dan rasa kehilangan.

 “Kasus ini benar-benar menyentuh hati saya... Kejahatan yang ada di hati manusia, rasa iri, dan kehilangan jati diri sungguh tak masuk akal,” tulis salah satu pengikutnya.

“Ini sangat menyedihkan. Video-videonya sangat menginspirasi,” tulis pengikut lain.

Meskipun pemerintah Meksiko telah mengesahkan berbagai undang-undang untuk memerangi kekerasan berbasis gender, tingkat femicide di negara tersebut tetap menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.

Sosiolog Paulina Garcia-Del Moral dari University of Guelph, Kanada, mengaitkan tingginya kekerasan terhadap perempuan dengan budaya machismo, seksisme yang mendalam, serta kegagalan institusi dalam mengatasi dan mengakui peran mereka dalam melanggengkan kekerasan terhadap perempuan.

"Masih banyak pria di Meksiko—dan di wilayah Amerika Latin serta berbagai belahan dunia lain—yang merasa berhak atas tubuh perempuan," ujar Dr. Garcia-Del Moral.

"Pola pikir seperti ini terbukti sangat kuat dan sulit untuk diubah," sambungnya.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved