Kunci Jawaban

Kunci Jawaban PAI Kelas 9 SMP Halaman 107 Kurikulum Merdeka, Uswatun Hasanah, Tugas Aktivitas 10

Berikut ini merupakan kunci jawaban PAI kelas 9 SMP halaman 107 Kurikulum Merdeka, Uswatun Hasanah, tugas Aktivitas 10.

Penulis: Ayu Wahyuni | Editor: Ayu Wahyuni
buku.kemdikbud.go.id
Kunci jawaban PAI kelas 9 SMP halaman 107 Kurikulum Merdeka, Uswatun Hasanah, tugas Aktivitas 10. 

SRIPOKU.COM - Artikel berikut menyajikan kunci jawaban Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas 9 SMP halaman 107 Kurikulum Merdeka.

Di buku pelajaran PAI kelas 9 SMP halaman 107 Kurikulum Merdeka, materi BAB 4, terdapat tugas Aktivitas 10 yang siswa perlu kerjakan.

Siswa diminta untuk menjelaskan nilai-nilai teladan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kisah inspiratif "Penyesalan Akibat Tidak Berkurban".

Mengutip melalui YouTube Media Pembelajaran, simaklah pembahasan soal dan kunci jawaban berikut ini.

Baca juga: Kunci Jawaban PAI Kelas 9 SMP Halaman 106 Kurikulum Merdeka, Aktivitas 9, Hikmah Pelaksanaan Kurban

Aktivitas 10

Bacalah kisah inspiratif di bawah ini, kemudian sebutkan tokoh-tokoh yang ada dalam kisah tersebut beserta karakternya masing-masing, kemudian jelaskan nilai-nilai apa yang bisa dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari!

Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP Halaman 114 Kurikulum Merdeka, Kegiatan 5 Menyimak

PENYESALAN AKIBAT TIDAK BERKURBAN

Saudagar besar kota Yarmuk, Ali Al-Mubarak pada Idul Adha tahun 231 Hijriah tidak berkurban.Alasannya, perdagangannya turun drastis karena ada beberapa daerah yang sedang mengalami perang. Al-Mubarak pun menjelaskan tentang absennya berkurban tahun ini. “Bisnisku mengalami penurunan tajam karena perang, aku tidak berkurban.” Kata Al-Mubarak.

Al-Mubarak punya seorang karyawan yang bernama Syarafuddin As-Sumaysi, seorang yang sangat sederhana, tetapi ibadahnya sangat rajin, dan ia menyembelih hewan kurban.

Malam awal Muharam ini semua berkumpul di Mesjid kota Yarmuk. Tiba-tiba semua dikejutkan dengan seorang pemuda yang tergopoh-gopoh menghampiri Ibrahim Asy-Syibli.

“Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, Telah meninggal setelah Magrib tadi saudara kita,Syarafuddin As-Sumaysi”. ujar Asy-Syibli.

“Sungguh kematian yang indah,” kata Asy-Syibli. Jenazahnya dimakamkan keesokan harinya

Al-Mubarak menangis. “Dia seorang yang sangat baik, amanah. Usianya masih 50 tahun. Tapi, ibadahnya melampaui orang yang berusia 70 tahun. Ia rajin puasa dan ahli sedekah.”

Pada suatu ketika, Ali Al-Mubarak bermimpi bertemu dengan Syarafuddin.

“Assalamu alaikum Syarafuddin rahimakumullah,” sapa Al-Mubarak.

“‘Wa alaikum salam wahai Tuan Ali Al-Mubarak.”

“Apa yang telah Allah lakukan untukmu sehingga engkau memiliki kemuliaan seperti ini?”

“Wahai Tuan Al-Mubarak, Allah mengampuni dosa-dosaku dan memberikan rahmat-Nya untukku. Ini tidak lain karena aku berusaha untuk melaksanakan kurban dengan menghemat anggaran rumah tanggaku. Ini suatu kehormatan buatku dari Allah.”

“Engkau akan ke mana?” tanya Al-Mubarak.

“Ke surga yang penuh kenikmatan.” Jawabnya

Al-Mubarak terbangun dan berteriak. “Wahai Syarafuddin engkau sangat berbahagia, celakalah aku yang tidak berkurban tahun ini padahal aku memiliki jutaan kali harta yang engkau miliki.”

Al-Mubarak terus menangis meratapi dirinya. Kemudian sebagian hartanya diberikan kepada keluarga Syarafuddin sehingga keluarga itu tidak lagi menderita hidupnya.

Disarikan dari 40 kisah teladan

Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP Halaman 111-112 Kurikulum Merdeka, Kegiatan 4a Berdiskusi

Jawaban : 

1. Tokoh-tokoh dalam kisah & karakternya:

- Ali Al-Mubarak: Seorang saudagar besar di kota Yarmuk yang kaya raya. Karakternya menunjukkan sikap penyesalan karena tidak berkurban, meskipun ia memiliki banyak harta. la digambarkan sebagai orang yang baik, namun terkadang lalai dalam melaksanakan kewajiban kurban.

- Syarafuddin As-Sumaysi: Seorang karyawan sederhana yang meskipun hidupnya tidak berlebihan, ia selalu berusaha melaksanakan kurban. Karakternya menunjukkan ketaatan beribadah, kesederhanaan, serta ketulusan hati. 

- Ibrahim Asy-Syibli: Sosok yang mengumumkan kematian Syarafuddin. Karakternya tidak terlalu mendetail dalam kisah, namun ia adalah pembawa berita kematian yang membuat Ali Al-Mubarak merenungkan tindakannya.

2. Nilai-nilai yang bisa dijadikan teladan:

- Keikhlasan dalam berkurban: Meskipun hidup sederhana, Syarafuddin tetap berkurban dengan tulus. Hal ini mengajarkan kita bahwa keikhlasan adalah hal utama dalam beribadah, bukan harta atau status sosial.

- Rasa syukur: Berkurban adalah salah satu bentuk syukur atas nikmat yang telah diberikan aleh Allah SWT. Syarafuddin menunjukkan bahwa rasa syukur dapat diwujudkan melalui amal perbuatan, seperti berkurban meskipun dengan keterbatasan.

- Penyesalan dan introspeksi diri: Penyesalan Al-Mubarak karena tidak berkurban memberikan pelajaran bahwa kesempatan untuk beribadah tidak boleh disia-siakan, apalagi jika kita memiliki kemampuan.

- Berbagi dengan sesama: Setelah menyesal, Al-Mubarak memutuskan untuk membantu keluarga Syarafuddin. Ini menunjukkan bahwa berbagi dengan sesama adalah salah satu cara untuk menebus kesalahan dan memperbaiki diri.

3. Hikmah yang Bisa Diambil

Kisah ini mengajarkan bahwa ibadah kurban bukan hanya tentang penyembelihan hewan. tetapi lebih pada rasa syukur dan keikhlasan hati dalam melaksanakan perintah Allah SWT. Baik orang kaya maupun sederhana, semua memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pahala besar dari Allah SWT jika mereka melakukannya dengan niat yang tulus. Penyesalan Ali Al-Mubarak menjadi pelajaran bagi kita agar tidak menunda-nunda kebaikan. terutama dalam berkurban.

Dapatkan konten pendidikan mata pelajaran lainnya dari Kurikulum Merdeka dengan klik Di Sini.

Dapatkan juga berita penting dan informasi menarik lainnya dengan mengklik Google News.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved