Cerita Petani di OKU Selatan Tinggalkan Tanam Jagung Pilih Tekuni Berkebun Pisang

Rutin panen dan mudah dalam penjualan petani dari berbagai Kecamatan di Kabupaten OKU Selatan masih terus tekuni berkebun pisang

Penulis: Alan Nopriansyah | Editor: adi kurniawan
Sripoku.com/Alan Nopriansyah
Petani Mulyadi (38), sedang menjual Pisang di Tengkulak, Selasa (1/1/2023). 

SRIPOKU.COM, MUARADUA -- Rutin panen dan mudah dalam penjualan serta cocok ditanam dengan sistem tumpang sari dikolaborasikan dengan tanaman kopi, sejumlah petani dari berbagai Kecamatan di Kabupaten OKU Selatan masih terus menekuni berkebun pisang.

Pasalnya, mereka petani sempat beralih dengan menekuni cocok tanam jagung, lantaran beberapa bulan belakang ini mengalami kemarau panjang, membuat tanam tumbuh jagung sempat terganggu sehingga para petani lebih memilih kembali menekuni kebun pisang.

Seperti halnya diungkapkan salah seorang petani Mulyadi (38), warga Desa Bumi Agung Jaya, Kecamatan Buay Rawan, Kabupaten OKU Selatan.

Dituturkannya, Selain nilai jual pisang terkhusus jenis Ambon Masih terbilang tinggi dengan harga Rp 3.000 per kilo.

Tanaman pisang ini dapat menjadi penghasilan mingguan, karena dapat dipanen per pekannya.

"Dulu memang kami ada kebun pisang, tapi karena harga pisang turun dan harga jagung yang tinggi maka kami pun beralih tanam jagung," ucapnya, Selasa (2/1).

Menurutnya, memang dalam berkebun pisang perpekan dapat memanen 1 -2 kwintal, namun pemanenan rutin dilakukan, setidaknya dalam dua pekan sekali atau dalam sepekan mendapat penghasilan Rp 400 ribu- Rp500 ribu.

"Karena saat ini harga pisang Ambon yang tinggi sekarang sampai Rp.3.000, pisang jenis Nangka Rp.8.00, pisang Muli Rp. 1.000 dan pisang raja juga termasuk tinggi, tapi susah panen,"bebernya.

Dari beberapa jenis pisang memang yang cepat panen itu jenis pisang muli dan pisang ambon, tapi yang lebih mudah menjualkannya jenis pisang muli.

Dikatakannya juga, jika pisang ini kemenangannya, bisa hampir setiap hari panen.

Berbeda dengan jagung cuma satu kali tanam 1 kali panen, kalau pisang tidak karena sifatnya berkumpul.

"Selain itu juga, kebutuhan pisang ini terus digunakan, karena memang para pengelola banyak tempat mengoptimalkan seperti ke Palembang, Lampung dan bahkan ke Jawa," tandasnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved