Hubungan Baik dengan Alquran, Simak Penjelasan Ustazah Oki Setiana Dewi, Meneladani Umar bin Khattab

SRIPOKU.COM - Berikut penjelasan ustazah Oki Setiana Dewi tentang hubungan yang baik dengan Alquran.

Dikatakan ustazah Oki Setiana Dewi hubungan dengan Alquran adalah yang harus diperbaiki sebelum memutuskan untuk hijrah.

Meneladani kisah hijrah Umar bin Khattab , simak penjelasan ustazah Oki Setiana Dewi selengkapnya.

Baca juga: Pahami Bacaan Salat, Ini Dia Cara Agar Khusyu dalam Salat, Simak Penjelasan Ustazah Oki Setiana Dewi

Dalam ceramahnya ustazah Oki Setiana Dewi menyebutkan, sebelum memperluas kebaikan, seseorang harus punya hubungan yang baik pula dengan Alquran.

Hubungan seseorang dengan Alquran harus diperbaiki meski hidupnya terasa baik-baik saja.

"Apabila ada seseorang jauh atau meninggalkan Alquran sementara hidupnya baik-baik saja, maka sudah seharusnya berubah,"

"Karena kita mau jadi orang yang lebih dekat dengan Alquran," sambungnya.

Karena Alquran berfungsi sebagai petunjuk dan pengarah dalam hidup seorang muslim.

Maka mustahil jika ia seorang Muslim, kemudian bisa hidup namun tidak dekat dengan Alquran.

"Tidak mungkin seorang mukmin, seorang muslim bisa hidup tanpa dia berdekatan dengan Alquran," kata ustazah Oki Setiana Dewi.

Lanjutnya, jika seorang merasa dirinya buruk dan mustahil untuk berubah menjadi baik, maka lihatlah kisahnya sayyidina Umar bin Khatab RA.

Baca juga: Keutamaan Orang yang Bersedekah, Ini Penjelasan Ustazah Oki Setiana Dewi, Tangan di Atas Lebih Baik

Dalam kisahnya, Umar bin Khattab dulunya adalah orang yang memusuhi Islam, orang yang sangat suka berkelahi bahkan hendak membunuh nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Seorang Umar bin Khattab yang sangat membenci agama Allah pun bisa mendapatkan hidayah dari Allah melalui Alquran.

Ketika Umar bin Khattab mendengar ayat Alquran, surah Thaha ayat 1-8, ia yang tadinya berniat membunuh Nabi malah mendapatkan petunjuk karena mendengar Alquran.

Akhirnya Umar bin Khattab berhijrah ke jalan Allah Subhanahu Wa Taala, melakukan taubatan nasuha dan menyesali perbuatan buruknya dan melakukan kebaikan-kebaikan untuk menutupi kesalahannya di masa lalu.