Gunung Merapi Erupsi

Apa Itu Wedhus Gembel, Awan Panas yang Menyembur dari Erupsi Gunung Merapi, Berbahaya

Seperti diketahui, Gunung Merapi mengeluarkan awan panas di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Sabtu (11/3/2023).

Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Sudarwan
Sripoku.com/Nadyia Tahzani
Apa Itu Wedhus Gembel. 

SRIPOKU.COM - Berikut ini pengertian Wedhus Gembel, awan panas yang menyembur dari erupsi gunung merapi.

Seperti diketahui, Gunung Merapi mengeluarkan awan panas di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Sabtu (11/3/2023).

Awan panas atau Wedhus Gembel yang keluar dari Gunung Merapi mengarah ke Kali Bebeng atau Kali Krasak.

Sampai saat ini Gunung Merapi masih memuntahkan wedhus gembel atau Awan Panas.

Sementara itu, salah seorang warga Rudi mengatakan, terjadinya hujan abu tipis di daerah Paten, Kecamatan Dukun, Magelang, Jawa Tengah.

"Saya di atas Balai Desa Paten Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, hujan abu tipis," ujar Rudi.

Menurut dia, abu tipis yang turun akibat dari awan panas guguran Gunung Merapi tampak mengotori motor dan mobil.

Lantas apa itu Wedhus Gembel atau Awan Panas? Berikut ulasannya.

Baca juga: Abu Vulkanik Letusan Gunung Merapi Mulai Tebal, Warga Diimbau Waspada Daerah Potensi Berbahaya Ini

Melansir Kompas.com, Nama Wedhus Gembel ini selalu dikatakan setiap ada letusan merapi di kawasan Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Wedhus gembel alias domba sebenarnya bukanlah hewan yang banyak dipelihara di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Namun, nama wedhus gembel akrab terdengar bagi warga di sekitar Gunung Merapi.

Wedhus gembel yang dimaksud ini bukanlah kambing berbulu lebat, melainkan julukan untuk awan panas bergulung-gulung yang acap menyertai letusan Merapi.

Melansir Wikipedia Wedhus Gembel diartikan sebagai abu vulkanik berbentuk awan mirip domba yang disemburkan Gunung Merapi ke udara saat terjadi erupsi.

Apakah Bahaya?

Mengutip dari Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), awan panas Merapi terdiri dari dua bagian.

Pertama, bagian fragmen batuan dalam berbagai ukuran, termasuk yang seukuran debu, dan kedua, gumpalan gas bersuhu 200-700 derajat celcius.

Kedua unsur ini bercampur mengalir secara turbulen dengan kecepatan lebih dari 80 kilometer per jam.

Pada Gunung Merapi, awan panas terbentuk oleh mekanisme guguran lava baru, sering disebut "nuee ardente d' avalanche".

Awan panas jenis ini akan mengalir melalui zona lembah sungai dan kanan kirinya, mengikuti arah aliran dari luncuran lava pada dasar lembah.

Dikutip dari situs volcanolive.com, pakar vulkanologi John Seach menyebutkan, Merapi merupakan satu gunung yang paling aktif dan berbahaya di dunia.

Merapi memiliki kubah lava dan selalu meletus dalam jangka satu sampai lima tahun, menjadikannya gunung paling aktif di Indonesia.

Dikutip dari Tribun Jogja, Wedhus Gembel ini pernah menewaskan banyak warga di lereng merapi pada tahun 2010 lalu.

Bahkan kecepatannya mencapai 200 km per jam saat turun dari punggung gunung.

Jarak luncur awan panas umumnya bergantung kepada volume dan formasinya dan bergerak mengikuti alur topografi dan lembah sungai.

Volume lebih besar akan menjangkau area yang lebih jauh akibat pengaruh momentum dan efek lain.

Baca juga: Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas Tengah Hari Tadi, Hujan Abu Turun di Magelang

Tak heran apabila pada letusan besar, awan panas bisa menjangkau hingga 15 kilometer.

Awan panas letusan biasanya bisa mengalir sejauh lebih dari 8 kilometer dari puncak.

Selain volume, jauhnya jarak luncur awan panas juga dipengaruhi oleh temperatur yang lebih tinggi, kandungan gas lebih banyak, dan memiliki kecepatan awal lateral pada saat jatuh.

Dengan kondisi lebih banyak gas dan temperatur tinggi, wedhus gembel dipastikan merusak apa saja yang ditemuinya.

Jadi siapa pun yang berada di sekitar Merapi selayaknya tidak ingin bertemu dengan "binatang" satu ini.

Dapatkan berita terkait dan informasi penting lainnya dengan mengklik Google News

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved