Mahasiswa di Palembang Dianiaya Senior
Bela Arya Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang, Syaiful Padli Dilaporkan ke Badan Kehormatan DPRD
Termasuk mendukung langkah Wakil Ketua Komisi V DPRD Sumsel Mgs H Syaiful Padli ST MM yang konsen mendampingi Arya.
Laporan wartawan Sripoku.com, Abdul Hafiz
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Ketua Komisi V Susanto Adjis SH bersama jajarannya berkomitmen mengawal kasus korban kekerasan Diksar UIN Raden Fatah Palembang, Arya Lesmana Putera yang disundut rokok hingga dipaksa minum air kloset, Jumat (14/10/2022).
Termasuk mendukung langkah Wakil Ketua Komisi V DPRD Sumsel Mgs H Syaiful Padli ST MM yang konsen mendampingi Arya. Susanto tidak sependapat dengan pihak Presma UIN RF yang melaporkan Komisi V ke BK DPRD Sumsel.
"Saya pikir Pak Syaiful Padli ini melakukan fungsi pengawasan. Pengawasan itu melekat salah satu hak anggota dewan. Saya masih melihat konteks objektif yang dilakukan oleh Pak Syaiful. Pak Syaiful (yang dilaporkan ke BK) tidak sendirian banyak juga rekan-rekan Komisi V sepanjang itu perbuatan benar dan meyakinkan kita tidak akan tinggalkan Pak Syaiful sendirian," tegas Susanto Adjis SH bersama para anggota Komisi V DPRD Sumsel saat menerima Arya didampingi ayahnya Rusdi dan tim kuasa hukum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Sumsel Berkeadilan (YLBHSB).
Dijelaskan Susanto, Arya Lesmana Putera bersama orangtuanya yang mengadukan persoalan apa yang terjadi selama proses kegiatan Diksar di salah satu Perguruan Tinggi.
Ia melihat prosesnya sudah berjalan dan telah mengadukannya kepada Komisi V secara terbuka dan minta proses ini dikawal dan minta perlindungan di lembaga rakyat ini.
"Keputusan sudah kita ambil ke depan akan panggil pihak rektorat untuk datang ke DPRD Sumsel ke gedung rakyat ini supaya kita juga tahu. Artinya kegiatan ini ada di kampus. Kita mau kejelasan sejelas-jelasnya soal apa yang terjadi di sana," kata Santo yang merupakan politisi PDIP.
Menurut Santo, walaupun jujur saja alat bukti yang disampaikan pada mereka dinilai sudah cukup alasan untuk Komisi V memanggil rektorat.
"Ini kan lembaga rakyat. Saya katakan walaupun di komisi V ini bajunya beda-beda, tetapi untuk kepentingan rakyat tidak berbicara soal baju. Ini kan menyangkut soal dunia pendidikan. Kita tidak diperbolehkan dan tidak akan mentolerir siapapun yang melakukan kekerasan di dunia pendidikan. Apalagi ini level kampus," tegasnya.
Ia memastikan dan meyakinkan Komisi V terus terang secara pribadi, secara kolektif dan dewan ini. Sudah ada contohnya Komisi V mengawal proses yang terjadi beberapa waktu yang lalu.
"Dan Alhamdulillah berjalan dengan baik dan penegakkan hukum saya pikir tidak boleh didiskriminasi," ujarnya.
Wakil Ketua Komisi V DPRD Sumsel Mgs H Syaiful Padli ST MM mengaku Presma UIN RF telah melaporkan dirinya Komisi V ke Badan Kehormatan DPRD Sumsel.
"Kami dapat laporan dari Presma UIN melaporkan kami ke BK (Badan Kehormatan) DPRD Sumsel dengan alasan memperkeruh permasalahan. Memperkeruh apa? Apa yang diperkeruh. Kita menyampaikan yang seharusnya kami sampaikan. Kaitannya kekerasan di kampus, dunia pendidikan. Itu yang kita sampaikan," kata Syaiful yang juga Sekretaris Fraksi PKS DPR Sumsel.
Ketua Komisi V juga sempat mengatakan bahwa anggota Komisi V tetap berada di koridor.
Tidak berada di luar-luar yang memang tidak sesuai dilakukan.
Prinsipnya Komisi V menentang setiap kekerasan di dalam dunia pendidikan.
"Kita ingin memutus mata rantai ini. Jangan sampai terjadi Arya-Arya yang lain. Kita harus save Arya sehingga tidak muncul Arya-Arya di kemudian hari yang menjadi korban kekerasan di dunia pendidikan," ujarnya.
Menurutnya, para anggota Komisi V sudah melihat mendengar langsung dari Arya apa yang diterima diperlakukan terhadap dia.
InsyaAllah kawan-kawan Komisi V sudah kompak akan bersurat memanggil Rektor UIN untuk menjelaskan dengan detail.
"Dan kita akan melihat langkah apa yang dilakukan oleh kampus terhadap para pelaku yang hari ini masih berkeliaran di luar sana," pungkasnya.
Arya yang didampingi ayahnya Rusdi dan tim kuasa hukumnya mengungkapkan kejadian yang menimpanya di hadapan para anggota Komisi V.
Bahkan ayahnya, Rusdi sedikit sesegukan menangis menjelaskan dirinya terbantukan didampingi para kuasa hukum ini.
"Saya orangtuanya Arya. Nama saya Rusdi. Saya di sini minta tolong dengan bapak-bapak untuk mengawal kasus Arya ini sampai tuntas.
Dan pelaku-pelakunyo kalo biso dipanjarokan. Karena ini sudah menyangkut harkat martabat keluarga kami Pak. Sakit nian rasonyo Pak," kata Rusdi.
Rusdi menjelaskan selama didikannya, Arya tidak pernah mendapatkan kekerasan seperti yang dilakukan oleh oknum mahasiswa sekampusnya itu.
"Anak aku ini dak pernah aku nanganinyo, goconyo. Kiro-kiro ini wong yang goconyo. Sakit hatiku. Apalagi ditelanjangi. Ini Hafidz Quran, pacak ngaji. Jadi mungkin tertekan di situ. Minta tolong nian Pak. Atas namo keluargo, kasus ini diselesaike secaro tuntas. Kami minta keadilan," ujarnya.
Rusdi juga bersyukur dan mengapresiasi kepada tim pengacara dari YLBHSB yang selama ini melakukan pendampingan secara gratis.
"Kami kalo dak katek pengacara, mungkin lah damai. Kami kan wong dak ngerti apo-apo. Didatangi wong, iyo-iyo bae. Jadi kami dapat pengacara ini gratis. Demi Tuhan Pak sepeser dak metuke duit. Terimo kasih aku dari YLBHSB bantuannyo," bebernya.
Menurutnya, dengan terbongkarnya kejadian yang menimpa Arya ini diharapkan bisa terkuak hal-hal yang di luar batas dilakukan oknum mahasiswa dan menjadikan pelajaran ke depannya.
"Kalo dak mak itu tenggelam kasus ini. Tahun depan mungkin ado yang mati kiro-kiro jadi korbannyo. Dengan adonyo terungkap macam ini Alhamdulillah Diksar idak diadoke lagi atau cak mano. Itulah Pak permintaan dari keluargo kami," pungkasnya.
Bahkan perkembangan terbaru tim kuasa hukum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Sumsel Berkeadilan (YLBHSB) yang mendampingi korban, mengungkapkan Arya Lesmana Putera (19) mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang yang menjadi korban penganiayaan ternyata dipaksa untuk meminum air toilet setelah disundut rokok.
Fakta Arya mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang semester III ini meminum air toilet diungkapkan oleh penasihat hukum korban, Prengki Adiatmo, SH.
Menurut Prengki, Arya mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang terpaksa meminum air toilet karena dipaksa oleh terduga pelaku.
"Arya setelah disundut api rokok, korban ini juga dipaksa meminum air kloset yang kondisinya berwarna bening campur kuning," kata dia.
Prengki mengatakan, tim penyidik Jatanras Polda Sumsel mulai melakukan olah TKP di Bumi Perkemahan Pramuka Gandus, Minggu (9/10/2022).
"Tim penyidik dari Polda Sumsel mendatangi rumah korban untuk menggali kronologis secara lengkap," katanya.
Usai melakukan pendalaman kronologi akhirnya pihak Polda Sumsel memutuskan untuk menuju ke lokasi guna olah TKP bersama korban dan dua orang saksi lainnya.
"Tim Jatanras beserta korban dan saksi ke lokasi dan langsung olah TKP dan membuat video," ujarnya.
Saat olah TKP inilah pihak penyidik menemukan fakta baru dari pengakuan korban ternyata idak hanya disundut api rokok saat berada di toilet. Namun korban juga dipaksa untuk meminum air kloset oleh para pelaku.
"Takut dan merasa terancam korban mengaku terpaksa meminum air di kloset," kata dia.
Berdasarkan keterangan korban kejadian tersebut terjadi usai dirinya melakukan salat Jumat, (30/9/2022)
Dari olah TKP yang berlangsung sejak pukul 11.00 WIB hingga 14.00 WIB, Prengki juga mengatakan pada Senin (10/10/2022) pihak penyidik akan melakukan BAP terhadap para saksi.
"Iya Senin pagi nanti, klien kami dan saksi datang besok pagi untuk memenuhi proses BAP dan kelanjutan penyelidikan," katanya.
Sementara itu, hingga saat ini wartawan Sripoku.com masih berupaya menghubungi tim penyidik guna memastikan informasi tersebut.
Sejak mencuatnya kasus ini, tak sekadar mengecam, Wakil Ketua Komisi V DPRD Sumsel Mgs H Syaiful Padli ST MM menyatakan kesiapannya untuk memberikan pendampingan kepada keluarga mahasiswa korban tindakan kekerasan yang terjadi dalam kegiatan yang dilakukan Kampus UIN Raden Fatah Palembang.
Terkait kekerasan yang menimpa salah seorang mahasiswa UIN Raden Fatah dalam salah satu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa, pria yang mulai akrab namanya disingkat MSP, meminta agar segala bentuk tindak kekerasan yang ada di dalam kampus ini harus dihapuskan.
"Apalagi ada fenomena senioritas yang ada di dalam kampus ini tidak seharusnya terjadi dalam dunia pendidikan kita. Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Tidak dibenarkan melakukan proses kekerasan di dalam kampus. Apalagi disinyalir dilakukan pengeroyokan terhadap mahasiswa yang menjadi korban," kata Syaiful Padli yang juga Sekretaris Fraksi PKS DPRD Sumsel.
Eks Ketua KAMMI Daerah Sumsel ini melihat ada beberapa hal yang harus dibenahi dalam sistem pendidikan kita di kampus terutama terkait dengan kegiatan-kegiatan di luar kampus.
"Ini seringkali terjadi banyak korban. Bahkan ada yang meninggal karena kekerasan ini. Maka pihak kampus harus menegakkan aturan yang tegas ketika melakukan kegiatan di luar kampus ini paling tidak ada SOP dari pihak kampus sehingga tidak terjadi kekerasan yang seperti ini," papar Ketua Persatuan Zuriat Palembang tahun 2006.
Yang kedua kalaupun pihak mahasiswa melanggar, mahasiswa tersebut harus siap dikeluarkan. Nah ini juga seringkali terjadi di banyak hal. Maka ia meminta pihak kampus untuk menegakkan aturan terkait dengan hal tersebut.
"Lalu kami minta ini diusut oleh pihak berwajib, jangan sampai ini menjadi preseden buruk bagi dunia kampus kita. Dan ini akan menjadi pembelajaran ke depannya. Ketika mahasiswa mengadakan kegiatan, mereka akan mengedepankan gara-gara elegan. Disiplin boleh tapi tidak dengan kekerasan. Saya kira ke depannya ini perlu menjadi perhatian semua pihak," beber Alumni Magister Manajemen FE UNSRI tahun 2010.
Kekerasan fisik terjadi ketika mengikuti Pendidikan Dasar (Diksar) pada unit kegiatan mahasiswa kampus (UKMK) di salah satu satu Universitas Negeri Palembang. Seperti dialami korban yang mengalami pemukulan sehingga di bagian muka babak belur.
Berdasarkan penelusuran informasi Sripoku.com, Arya mengikuti program diksar sejak, Kamis (29/9/2022) hingga Minggu (02/10/2022) di Bumi Perkemahan Gandus, secara tiba-tiba membuat heboh.
Lantaran beredar pesan WhatsApp menyebutkan terdapat beberapa mahasiswa mengalami perundungan yang diduga dilakukan oleh senior.
Salah satu dosen di kampus tersebut sekaligus kerabat Arya yang enggan disebutkan namanya, telah memberikan keterangan bahwa saat ini korban masih mengalami syok akibat pemukulan oleh senior sehingga menyebabkan muka Zero terdapat luka memar.
"Orangtua korban masih keluarga saya bahkan saat ini korban mengalami memar di bagian muka dan mata bengkak," kata dosen yang meminta namanya tak ditulis.
Sementara itu, Mai yang merupakan ibu korban mengaku sangat terpukul saat mengetahui kabar anaknya telah menjadi korban kekerasan saat mengikuti diksar yang diduga dilakukan oleh seniornya tersebut.
Terlebih saat dirinya melihat kondisi wajah anaknya dipenuhi lebam dan terdapat luka akibat sundutan api rokok, Mai menilai tindakan tersebut sudah tidak manusiawi.
"Kondisi anak saya saat ini jidatnya bengkak, telinga biru semua, mata bengkak, ada sundutan rokok di muka, kedua lengan biru dan ada banyak bekas jotos di kepala," terangnya. (Abdul Hafiz)