21 Tahun Pelengseran Kekuasan Gus Dur Oleh MPR RI, Tak Bisa Tahan Tangis di Pertemuan Tengah Malam

Kekuasan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur runtuh di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI tepat 21 tahun lalu.

Editor: adi kurniawan
Nu.or.id
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur 

 

 

 

 


SRIPOKU.COM -- Kekuasan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur runtuh di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI tepat 21 tahun lalu.

Pada 23 Juli 2001, Gus Dur dilengserkan dari jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI selaku lembaga tertinggi negara saat itu melalui Sidang Istimewa.

Padahal, dia baru menjabat sebagai presiden selama 21 bulan, terhitung sejak 20 Oktober 1999.

Detik-detik pelengseran Gus Dur terasa mencekam. Rakyat yang mendukung presiden keempat RI itu menyemut di Istana Kepresidenan Jakarta, berhadapan dengan militer yang berseliweran di sekitarnya.

Nuansa haru juga mewarnai momen tersebut tatkala Gus Dur tak kuasa menahan air matanya.

Disanjung

Ruang sidang MPR riuh di penghujung rapat paripurna 20 Oktober 1999. Tak terbayangkan oleh siapa pun Gus Dur bakal terpilih menjadi presiden saat itu.

Beberapa hari sebelum paripurna digelar, MPR yang dipimpin oleh Amien Rais menolak laporan pertanggungjawaban Presiden ketiga RI, BJ Habibie. Imbasnya, Habibie mengundurkan diri dari arena pencalonan presiden.

Praktis, gelanggang pemilihan presiden menjadi milik berdua, antara Gus Dur yang mewakili Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Megawati Soekarnoputri yang memimpin PDI Perjuangan.

Banyak pihak mengira pertarungan akan dimenangkan oleh Megawati. Sebabnya, selain suara PDI-P yang lebih besar dari PKB di pemilu, kondisi fisik Gus Dur kala itu sudah payah.

Namun, tak disangka, Gus Dur berhasil unggul dengan mengantongi 373 suara, 60 suara lebih banyak dari Megawati.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved