Profil Anies Baswedan Jenderal TNI Andika Perkasa & Profil Ganjar Pranowo Capres 2024 Pilihan Nasdem

Berikut profil Anies Baswedan, Jenderal TNI Andika Perkasa dan Ganjar Pranowo yang diusung Partai Nasdem sebagai Capres 2024 Hasil Rakernas. 

Penulis: Muhammad Naufal Falah | Editor: adi kurniawan
Handout
Berikut profil Anies Baswedan, profil Jenderal TNI Andika Perkasa dan profil Ganjar Pranowo pilihan Partai Nasdem sebagai Capres 2024 hasil Rakernas. 

SRIPOKU.COM - Berikut profil Anies Baswedan, profil Jenderal TNI Andika Perkasa dan profil Ganjar Pranowo pilihan teratas dari Partai Nasdem sebagai Capres 2024 hasil Rakernas. 

Partai NasDem memutuskan tiga nama untuk bakal calon presiden 2024, simak profil Anies Baswedan, profil Jenderal TNI Andika Perkasa dan profil Ganjar Pranowo.

Simak profil Anies Baswedan, profil Jenderal TNI Andika Perkasa dan profil Ganjar Pranowo, saat dikatakan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dalam penutupan Rakernas untuk bakal calon presiden 2024 di JCC Senayan, Jumat (17/6/2022).

"Saya akan bacakan, penetapan rekomendasi bakal calon presiden 2024, pertama, Anies Baswedan. Kedua, Muhammad Andika Perkasa. Ketiga, Ganjar Pranowo," kata Surya.

Adapun rekomendasi diserahkan oleh Steering Comitte Rakernas Partai NasDem Prananda Paloh hasil dari seluruh DPW NasDem seluruh Indonesia.

Berikut profil Anies Baswedan, profil Jenderal TNI Andika Perkasa dan profil Ganjar Pranowo, ketiga bakal calon presiden 2024 rekomendasi Partai Nasdem dirangkum dari berbagai sumber: 

Berikut profil Ganjar Pranowo 

Ganjar Pranowo adalah politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Bernama asli Ganjar Sungkowo, Ganjar Pranowo kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah dua periode sejak 23 Agustus 2013.

Sebelum itu, dia anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi PDIP periode 2004-2009 dan 2009-2013.

Lahir di Karanganyar, Jawa Tengah, 28 Oktober 1968, Ganjar Pranowo lahir sebagai anak kelima dari enam bersaudara.

Rupanya, Ganjar Pranowo mengalami ganti nama yang lazim terjadi pada tradisi anak-anak di tanah Jawa-Mataram zaman dulu.

Nama asli dari Ganjar Pranowo adalah Ganjar Sungkowo yang berarti "Ganjaran dari Kesusahan/Kesedihan (Sungkowo)".

Namun, ketika memasuki masa sekolah nama Sungkowo diganti dengan Pranowo karena ketakutan orang tuanya jika sang anak kelak "selalu berkubang kesialan dan kesusahan" bila memakai nama Sungkowo.

Sejak kecil, Ganjar menunjukkan jiwa kepemimpinan.

Sewaktu melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Ganjar bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Tamat kuliah, Ganjar Pranowo awalnya bekerja di lembaga konsultan HRD di Jakarta.

Aktif di GMNI dan mengagumi Soekarno, Ganjar awalnya menjadi simpatisan PDI.

Ganjar Pranomo takziah di Gedung Pakuan
Ganjar Pranomo takziah di Gedung Pakuan (capture/youtube/Kompas TV)

Tahun 1996, PDI dilanda konflik internal antara pendukung Soerjadi dan Megawati Soekarnoputri sebagai representasi trah Bung Karno.

Ganjar ikut mendukung Megawati, meskipun ayahnya adalah seorang polisi sedangkan kakaknya seorang hakim yang oleh Orba seluruh pejabat publik dilarang berpolitik dan harus mendukung Golkar sepenuhnya.

Ganjar akhirnya memilih berkarier di politik lewat Partai PDI-P yang dipimpin oleh Megawati Sukarnoputri.

Ganjar awalnya tidak lolos saat mencalonkan diri sebagai anggota DPR-RI pada pemilu 2004.

Akan tetapi dia menerima tugas sebagai pengganti antar waktu (PAW) untuk menggantikan rekan separtainya yang berada dalam daerah pemilihan yang sama (Jawa Tengah 7) yakni Jakob Tobing, yang ditugaskan oleh Presiden Megawati Sukarnoputri menjadi duta besar untuk Korea Selatan.

Di tengah kesibukannya sebagai Anggota DPR RI, dia sempat menyelesaikan studi pascasarjananya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia pada tahun 2013.

Dia sebenarnya merupakan mahasiswa pascasarjana di FISIP UI sejak tahun 2009, tapi terpaksa cuti karena kesibukannya sebagai anggota DPR-RI.

Pada 2013, Ganjar Pranowo mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Tengah berpasangan dengan Heru Sudjatmoko diusung oleh PDIP.

Lalu pada periode kedua, 2018-2023, Ganjar Pranowo maju lagi dan berpasangan dengan Taj Yasin Maimoen, anggota DPRD Jawa Tengah.

Ini profil Jenderal TNI Andika Perkasa

Pria kelahiran Bandung, 21 Desember 1964 ini merupakan jebolan Akademi Militer (Akmil) 1987. Setelah lulus dari Akmil, Andika langsung bergabung dengan jajaran korps baret merah, Kopassus.

Kariernya dimulai sebagai komandan peleton hingga berangsur-angsur naik menjadi Dansub Tim 2 Detasemen 81 Kopassus (1991), Den 81 Kopassus (1995), Danden-621 Yon 52 Grup 2 Kopassus (1997), Pama Kopassus (1998), dan Pamen Kopassus (1998).

Pada 2002, Andika diangkat menjadi Danyon 32 Grup 3/Sandha Kopassus. Kembali bertugas dalam waktu singkat, ia kemudian dimutasi menjadi Kepala Seksi Korem 051/WKT Dam Jaya.

Belum genap setahun, ia dimutasi dan menjabat sebagai Pabandya A-33 Direktorat A Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.

Selama bertugas, Andika banyak menghabiskan waktunya untuk pendidikan. Dalam kurun waktu 2003 hingga 2011, lulusan S-1 sarjana ekonomi dalam negeri itu berada di Washington DC, Amerika Serikat, untuk memperoleh pendidikan militer.

Andika Perkasa pernah mengenyam pendidikan Strata 1 (S1) jurusan Ekonomi di dalam negeri.

Sementara gelar Strata 2 (S2) dan Strata 3 (S3), Andika Perkasa mendapatkannya saat melanjutkan pendidikan ke Amerika Serikat.

Andika Perkasa adalah lulusan dari The George Washington University, National Defense University, serta Harvard University.

Setidaknya, Andika menyandang tiga gelar S2, yakni MA, MSc, dan MPhil, serta satu gelar S3 PhD. Sementara di bidang kemiliteran, Andika merupakan lulusan Akmil pada 1987.

Sejak Joko Widodo dan Jusuf Kalla resmi dilantik menjadi presiden dan wakil presiden, karier Andika makin moncer.

Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menegaskan pihaknya akan terus mengejar Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang menyerang Pos TNI di Distrik Gome, Kabupaten Puncak yang berujung gugurnya tiga prajurit.
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menegaskan pihaknya akan terus mengejar Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang menyerang Pos TNI di Distrik Gome, Kabupaten Puncak yang berujung gugurnya tiga prajurit. (Tribun-Papua.com/Marselinus Labu Lela)

Hanya dua hari setelah Jokowi-JK dilantik, Andika ditunjuk sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).

Pangkatnya naik menjadi mayor jenderal. Dua tahun ia mengawal Presiden Jokowi, pada 2016 Andika diangkat sebagai Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XII Tanjungpura.

Jabatan itu dia emban kurang lebih selama dua tahun.

Pada 2018, dia diangkat sebagai Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan Angkatan Darat (Dankodiklatad).

Pangkatnya dinaikkan menjadi letnan jenderal.

Tak menunggu waktu lama, Andika kemudian dipercaya menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).

Dia menggantikan Letjen Eddy Rahmayadi yang mundur untuk maju pada pemilu gubernur Sumatera Utara.

Berikutnya, menantu mantan Kepala BIN Hendropriyono ini dilantik Jokowi sebagai KSAD.

Dia dilantik lewat keputusan Presiden Nomor 97/TNI Tahun 2018 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan KSAD, yang ditetapkan 22 November 2018.

Sejak 17 November 2021, Andika Perkasa resmi jadi Panglima TNI ke-21.

Saat dilantik, dia Panglima TNI tertua sepanjang sejarah.

Terakhir profil Anies Baswedan 

Anies Baswedan adalah politisi sekaligus tokoh akademisi, baik pengajar ataupun peneliti. 

Lahir pada 7 Mei 1969 di Kuningan, Jawa Barat, Anies Baswedan adalah anak dari Rasyid Baswedan yang berprofesi sebagai dosen Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Indonesia (UII) dan Hj. Aliyah Rasyid Baswedan, yang merupakan dosen dan guru besar emeritus di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Dia sendiri cucu dari H. Abdurrahman Baswedan atau dikenal dengan nama A. R. Baswedan. Kakek Anies merupakan pahlawan nasional dan dikenal sebagai seorang nasionalis, jurnalis, pejuang Kemerdekaan Indonesia, diplomat, mubaligh, dan sastrawan Indonesia.

Dia memiliki dua orang adik, yaitu Ridwan Baswedan dan Abdillah Baswedan.

Sedari kecil, dia dikenal sebagai anak yang mudah bergaul dan juga punya banyak teman, serta sudah memiliki bakat sebagai organisator.

Pada usia 12 tahun, dia sudah membentuk bernama ‘Kelabang’ atau Klub Anak Berkembang, yang memiliki anggota berusia 7 sampai 15 tahun.

Kelompok Kelabang ini aktif mengadakan berbagai kegiatan olahraga dan kesenian di kampungnya. 

Saat duduk di bangku SMA, Anies terpilih menjadi wakil ketua OSIS dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama tiga ratus pelajar Ketua OSIS di seluruh Indonesia.

Dari situlah, Anies terpilih menjadi Ketua OSIS seluruh Indonesia pada 1985. 

Kemudian, dia melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 

Saat kuliah, Anies mendapatkan beasiswa Japan Airlines Foundation bidang Asian Studies di Universitas Sophia Tokyo, Jepang.

Setelah lulus kuliah, Anies sempat bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM.

Selama bekerja Anies juga mendapat beasiswa Fulbright untuk pendidikan Master Bidang International Security and Economic Policy di Universitas Maryland, College Park.

Dia menempuh pendidikan S2 di University of Maryland, School of Public Policy, College Park, Amerika Serikat dan S3-nya di Northern Illinois University, Department of Political Science, Dekalb, Illinois, Amerika Serikat.

Pada 15 Mei 2007 silam, Anies Baswedan dilantik menjadi rektor termuda di usia 38 tahun di Universitas Paramadina. Anies menjadi rektor menggantikan posisi Nurcholish Madjid.

Anies Baswedan Lapor di Lapor Pak !
Anies Baswedan Lapor di Lapor Pak ! (Youtube Trans 7 Official)

Pada 2009 Anies menginisiasi gerakan Indonesia Mengajar, yang merupakan tindak-lanjut ide yang pernah diutarakan (alm) Prof. Koesnadi Hardjasoemantri.

Gerakan ini dimaksudkan untuk mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia, bukan melalui seminar dan diskusi tetapi melalui program konkret mengirimkan sarjana terbaik Indonesia menjadi guru SD.

Memasuki 2013, Anie resmi terjun ke dunia politik, dengan menjadi peserta konvensi calon presiden (capres) dari Partai Demokrat.

Pada 2014, Anies kemudian bergabung dalam tim pemenangan Capres Joko Widodo–Jusuf Kalla sebagai Juru Bicara.

Selanjutnya pada 2014, Jokowi menunjuk Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Menjabat sebagai menteri, Anies merombak organisasi di lingkup Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), seperti Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dipisah dan digabung dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Dia menjabat sebagai Mendikbud mulai 2014 hingga pertengahan 2016.

Setelah itu digantikan oleh Muhadjir Effendy.

Usai menjabat menteri pendidikan, Anies kemudian maju dalam putaran pemlihan Gubernur DKI Jakarta ke-19 bersama Sandiaga Uno.

Keduanya diusung partai Gerindra pada 2017.

Pada pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang dilaksanakan dua putaran 2017 silam, pasangan Anies dan Sandiaga berhasil mengalahkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok serta Djarot Saiful Hidayat.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved