Apa itu Resesi Ekonomi? Dampaknya Termasuk Masyarakat Kehilangan Pendapatan
Lantas apa itu resesi dan dampaknya bagi masyarakat? Jika terjadi, apa yang harus dilakukan masyarakat?
Penulis: Muhammad Naufal Falah | Editor: adi kurniawan
SRIPOKU.COM - Belum selesai pandemi Covid-19 melanda, kini perekonomian dunia akan diramalkan berhadapan dengan resesi.
Perang, kebijakan lockdown di China, ganggunan rantai pasokan, dan stagflasi yang memukul pertumbuhan ekonomi jadi faktor penyebab resesi.
Ini seperti yang diwanti-wanti Presiden Bank Dunia, David Malpass pada Selasa (7/6/2022), dikutip dari laman internet Bank Dunia.
Ada sejumlah tantangan yang wajib diwaspadai diantisipasi oleh negara-negara di dunia agar tidak terjun dalam jurang resesi ekonomi global.
Misalnya, perang antara Rusia dan Ukraina serta pengetatan kebijakan moneter yang digaungkan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve System) atau The Fed.
Resesi dapat menyebabkan penurunan profit perusahaan, peningkatan pengangguran, melemahnya daya beli masyarakat, dan bahkan kebangkrutan ekonomi.
Resesi, siklus yang selalu berulang Resesi merupakan siklus ekonomi yang selalu terjadi.
Sejumlah pemikir ekonomi dunia seperti Joseph Schumpeter dalam jurnalnya yang berjudul The Analysis of Economic Change pada 1935, menelisik ulang teori siklus ekonomi ini terjadi setiap tujuh hingga 11 tahun.
Sementara Nikolai Kodrantiev, pakar ekonomi Uni Soviet, merumuskan hipotesisnya dalam buku The Major Economic Cycles, bahwa siklus ekonomi ini terjadi setiap 45 hingga 60 tahun sekali.
Lantas apa itu resesi dan dampaknya bagi masyarakat? Jika terjadi, apa yang harus dilakukan masyarakat?
Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri).
Sementara Kompas.com secara teknis menyebut resesi ekonomi terjadi ketika pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan.
Bahasa mudahnya, selama enam bulan berturut-turut, ekonomi mengalami penurunan perkembangan.
Adapun pengertian lain menurut The Balance, resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung dalam beberapa bulan, umumnya dalam tiga bulan lebih.
Beberapa indikator sebuah negara dalam keadaan resesi antara lain terjadi penurunan pada Produk Domestik Bruto (PDB), merosotnya pendapatan riil, jumlah lapangan kerja, penjualan ritel, dan terpuruknya industri manufaktur.
Selama ini, pertumbuhan ekonomi jadi indikator utama dalam mengukur perkembangan dan kemajuan suatu negara.
Sebagian kalangan menyebut, negara dapat dikatakan mengalami resesi tatkala pertumbuhan PDB sudah negatif dalam dua kuartal berturut-turut atau lebih.
Akan tetapi resesi dapat terjadi sebelum laporan PDB triwulan dirilis.
Dampak Resesi Ekonomi
Terjadinya resesi ekonomi sering kali diindikasikan dengan menurunnya atau meningkatnya harga-harga komoditas dalam negeri.
Jika tidak segera diatasi, resesi akan berlangsung dalam jangka waktu lama sehingga menjadi depresi ekonomi.
Masih dari Kompas.com, berikut beberapa dampak resesi ekonomi yang terjadi pada suatu negara:
- Masyarakat kehilangan pendapatan
Salah satu dampak yang cukup mengerikan adalah masyarakat bisa kehilangan pendapatan.
In karena perlambatan ekonomi membuat beberapa perusahaan tutup dan tidak beroperasi lagi.
Dengan demikian, banyak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
- Turunnya daya beli masyarakat
Dengan banyaknya masyarakat yang menganggur, maka berpengaruh pula pada tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat yang menurun.
Ini berimbas pada keuntungan perusahaan yang mengalami penurunan.
- Investasi
Resesi ekonomi juga memengaruhi instrumen investasi yang dilakukan masyarakat, salah satunya di pasar keuangan.
Ini disebabkan menurunnya nilai suatu portofolio atau asset seperti saham.
- Kurs dollar tidak stabil
Kurs dollar yang tidak stabil akan menyebabkan nilai rupiah menjadi melemah dan berdampak langsung pada sektor ekspor-impor Indonesia.
- Tingkat suku bunga
Tingkat suku bunga yang tinggi menyebabkan Bank Indonesia akan menarik rupiah yang mengakibatkan inflasi yang meningkat pula.
Dapatkan berita terkait dan penting lainnya dengan mengklik Google News