Apa Itu OCD? Penyakit yang Diidap Suami Eka Rufaedah, Kisahnya Viral: Nikah 8 Hari Cerai

Kini terungkap sosok suami yang menceraikan Eka Rufaedah ternyata mengidap penyakit OCD.

Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Fadhila Rahma
capture/twitter/Eka Rufaedah
OCD? Penyakit yang Diidap Suami Eka Rufaedah 

SRIPOKU.COM - Sosok Eka Rufaedah kini viral di media sosial setelah cerita nikah 8 hari langsung cerai.

Kisah Eka Rufaedah yang memimpikan pernikahan ideal harus kandas setelah 8 hari ijab kabul.

Eka pun menceritakan kisah pilunya ini lewat utas yang akhirnya viral di Twitter.

Kini terungkap sosok suami yang menceraikan Eka Rufaedah ternyata mengidap penyakit OCD.

Penyakit yang sama seperti pengakuan aktor tampan Aliando Syarif yang cukup menghebohkan beberapa waktu lalu.

Lantas apa itu sebenarnya OCD? berikut ulasannya.

Pengertian

Melansir Hello sehat, Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan mental yang menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang.

Bila tidak dilakukan, penderita OCD akan diliputi kecemasan atau ketakutan.

Gangguan obsesif kompulsif dapat dialami oleh siapa saja. Meski lebih sering terjadi di awal usia dewasa, OCD juga bisa terjadi pada anak-anak atau remaja.

Penderita OCD terkadang sudah menyadari bahwa pikiran dan tindakannya tersebut berlebihan, tetapi tetap merasa harus melakukannya dan tidak dapat menghindarinya.

Gejala OCD yang paling sering terjadi

Umumnya, gejala yang ditemukan pada penderita OCD adalah sering merasa resah, takut, khawatir dengan hal-hal sekitar, dan sering berpikiran negatif.

Di bawah ini merupakan gejala dan tipe yang bisa ditemukan pada penderita OCD.

1. Washers

Jika Anda sering merasa kurang atau bahkan tidak pernah merasa bersih ketika mencuci tangan sehingga Anda akan melakukannya berulang kali, bisa jadi Anda menderita OCD.

Gejala ini merupakan gejala umum yang paling sering dialami penderita OCD.

Gejala ini menjelaskan saat seseorang selalu takut akan terkontaminasi bakteri, kuman, atau kotoran yang berpindah ke tubuh mereka.

Penderita umumnya akan mencuci tangan atau bagian tubuhnya yang dirasa kotor secara berulang kali.

Penderita OCD tidak segan untuk membersihkan rumah, tubuh, dan apapun yang mereka takuti kotor, demi memenuhi kenginan kompulsifnya agar terhidar dari kuman atau kotoran yang dihindari.

Gejala seperti ini akan terus terjadi karena adanya dorongan kuat dalam pikiran penderita.

2. Checkers

Gejala OCD yang satu ini menyerang penderitanya untuk selalu memeriksa sesuatu berulang kali.

Pada tipe ini, umumnya tidak berbeda dengan penderita tipe washers.

Penderita OCD akan melakukan pengecekan berulang kali kepada hal, benda, atau barang yang berbahaya.

Contoh yang paling umum seperti mengecek kunci pintu rumah, mematikan kompor atau lampu dengan melakukan pengecekan berkali-kali.

Para penderita merasa bahaya selalu mengintai, dan jika terjadi sesuatu yang bersifat celaka mereka tak segan menyalahkan dirinya sebagai yang harus disalahkan.

3. Symmetry dan Orderliness

Pada gejala tipe ini, Anda sering mengalami fokus untuk mengatur setiap hal secara berurutan, rapi, simetris dan sejajar.

Contohnya Anda tidak akan suka jika barang yang telah Anda rapikan disentuh dan diubah posis nya oleh orang lain.

Perilaku ini akan selalu menuntut Anda untuk menghasilkan pikiran yang sama dan berulang.

4. Hoarding

Hoarding merupakan gejala di mana Anda suka atau berkeinginan untuk mengumpulkan barang-barang bekas yang Anda temukan.

Anda berpikiran bahwa barang itu penting dan akan berguna bagi Anda ke depannya.

Jika di dalam rumah atau ruangan Anda banyak barang dan terasa penuh, bisa jadi Anda salah satunya.

Bagaimana cara mengatasi OCD?

Hanya karena Anda menyukai hal-hal dengan cara tertentu atau mengatur sepatu atau warna baju Anda dalam urutan abjad, bukan berarti Anda memiliki OCD.

Namun, jika pikiran obsesif atau perilaku ritual terasa di luar kendali Anda atau mengganggu kehidupan Anda, saatnya untuk mencari pengobatan.

Pengobatan biasanya melibatkan psikoterapi, terapi modifikasi perilaku, atau obat-obatan psikiatri, sendiri atau dalam kombinasi.

Menurut Harvard Medical School, dengan pengobatan, sekitar 10 persen pasien sepenuhnya pulih dan sekitar setengah dari pasien menunjukkan beberapa perbaikan.

Bicarakan juga dengan keluarga atau oang terdekat Anda tentang gejala yang dirasakan.

Dukungan serta pengertian dari mereka penting untuk Anda.

Ciri-Ciri OCD

Berdasar Rethink Mental Ilnes pada laman www.rethink.org, pikiran-pikiran obsesif yang dialami pasien OCD sama sekali tidak diinginkan dan tidak dapat dikendalikan.

Pikiran-pikiran tersebut dapat membuat pasien OCD merasa tertekan, cemas, atau bersalah. Contoh umum pikiran obsesional pasien OCD meliputi:

1. Khawatir makanan mungkin terkontaminasi benda, kuman, maupun zat asing.

2. Khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi apabila benda tidak tersusun rapi dan simetris.

3. Khawatir diri sendiri maupun orang lain dalam bahaya.

4. Pikiran-pikiran atau gambaran yang menganggu secara seksual.

5. Terus menerus memikirkan hubungan dengan pasangan, baik masalah seksualitas, prasangka pasangan tidak setia, dan kandasnya hubungan dengan tiba-tiba.

Sedang itu, American Psychiatric Association di laman psychiatry.org mendefinisikan perilaku komplusif sebagai tindakan yang dilakukan pasien OCD untuk mengurangi kecemasan akibat obsesi yang ada dalam pikirannya,

misalnya berulang kali mencuci tangan karena berpikir tangannya terkontaminasi atau akan terkontaminasi kuman.

Dalam kasus yang paling parah, pengulangan ritual yang konstan dapat membuang waktu dan menganggu rutinitas normal penderita OCD.

Ciri khas umum perilaku komplusif pasien OCD meliputi:

1. Mencuci tangan, mandi, menyikat gigi, atau ke toilet secara berlebihan.

2. Membersihkan benda-benda rumah tangga berulang kali.

3. Mengatur sesuatu dengan cara tertentu.

4. Berulang kali memeriksa kunci, sakelar, atau peralatan lain.

5. Terus menerus mencari persetujuan atau kepastian.

6. Penghitungan berulang ke angka tertentu.

Pengobatan OCD

Melansir Alo Dokter, Pengobatan OCD bertujuan untuk mengendalikan gejala yang muncul, sehingga metode yang dilakukan tergantung kepada tingkat keparahan gejala.

Metode pengobatan bagi penderita OCD dapat berupa terapi perilaku kognitif, pemberian obat antidepresan, atau kombinasi dari kedua metode tersebut.

Pada beberapa penderita, pengobatan perlu dilakukan seumur hidup.

====

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved