Berita Banyuasin
Hasil Test Pack Positif tapi Datang Bulan, Ratusan Ibu-ibu di Sumsel Kena Tipu Praktek Cepat Hamil
"Pelaku TT yang dibantu MA melakukan terapi urut terhadap para korbannya yang datang. Terapi tersebut dilakukan dengan maksud agar korbanya cepat hami
Penulis: Oki Pramadani | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Tiga srikandi di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel) berhasil menipu ratusan ibu-ibu yang menginginkan kehamilan.
Tiga srikandi tersebut yakni Sarwati alias Teteh (50), Mariah Abdul Malik, dan Dwi Indra Nur Welly.
Ketiganya membuka praktek supaya cepat hamil di Perumahan Permata Residence Desa Pangkalan Benteng Kecamatan Talang Kelapa Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel).
Ketiganya sudah beraksi selama tiga tahun.
Namun aksinya terhenti saat mereka dilaporkan oleh pasien mereka sendiri yang merasa tertipu oleh aksi pelaku.
Ketiganya menipu korbannya dengan modus bisa membantu para ibu-ibu yang sulit hamil agar cepat mengandung.
Kapolsek Talang Kelapa, Kompol Sigit Agung Susilo mengatakan, selama tiga tahun para pelaku membuka praktek pengobatan alternatif untuk wanita yang sulit hamil.
"Pelaku TT yang dibantu MA melakukan terapi urut terhadap para korbannya yang datang. Terapi tersebut dilakukan dengan maksud agar korbanya cepat hamil,"ucapnya, Selasa (29/3/2022).
• Kronologi Praktek Cepat Hamil di Sumsel Terbongkar, Pasien Curiga Masih Datang Bulan
Lanjutnya, setelah korban yang datang diterapi urut, para pelaku memberikan 3 butir garam dan 7 buah bunga melati kepada korbannya.
"Korban juga diminta untuk membawakan dua botol air mineral untuk nantinya diminum korban agar cepat hamil," terangnya.
Sigit mengatakan, setelah para korbannya menjani beberapa kali terapi, korban diperbolehkan untuk melakukan tes kehamilan dengan test pack.
"Korban melalukan tes urin di tempat praktek pelaku. Saat urine korbannya telah diberikan kepelaku, selanjutnya pelaku menukar urine tersebut dengan urine orang lain yang hamil agar seoalah korbannya memang hamil," jelas Sigit.
Setelah para korbannya percaya bahwa memang mereka hamil dengan bukti dari tes kehamilan yang ditunjukan pelaku, selanjutnya korban diwajibkan untuk membayar sejumlah uang sebagai upah jasa terhadap pelaku yang telah berhasil membuat korbannya hamil.
Sigit mengungkapkan, selanjutnya tiga bulan kemudian pelaku diarahkan untuk mengecek kehamilan ke salah satu pelaku lainnya, yakni DI yang berperan sebagai bidan.
Diketahui DI bukanlah seorang bidan melainkan perawat.
Para korbannya tidak diperbolehkan pelaku untuk mengecek kehamilan ke tempat lain, namun karena ada beberapa korban yang melak ukan pencecekan kehamilan ke tempat lain karena merasa curiga dan penasaran apakah memang hamil atau tidak.
"Setelah korban melakukan pengecekan kehamilan di tempat lain ternyata hasil USG nya negatif," ucapnya.
Karena korban merasa tertipu oleh pelaku, korban mempertanyakan kejadian tersebut di group WA khusus para pasien tersangka.
"Ternyata banyak korban lainnya yang mengalami hal serupa, namun tidak berani melaporkan kejadian tersebut," ungkap Sigit.
Ia menjelaskan, korban penipuan dari ketiga pelaku dengan modus seolah-seolah bisa membuat korbannya hamil mencapai ratusan orang.
"Kerugian sementara dari korban yang melapor sebanyak Rp 250 juta lebih," jelasnya.
Sementara itu, TT mengakui jika dirinya tidak mempunyai kemampuan membuat orang cepat hamil.
"Saya ini cuma tukang urut biasa, sebelum menjalankan praktek terapi abal-abal ini saya bekerja sebagai tukang urut," akuinya.
Lainya halnya deng TT, DI mengaku dirinya bukanlah seorang bidan melainkan perawat.
"Saya bertugas melakuakan tensi kepada pasien yang datang agar lebih meyakinkan para korban."
"Setelah korban melakukan konsul kemahilan akan diberikan bebarapa vitamin. Sekali konsul korban akan saya mintai biaya sebesar Rp 40 ribu," tuturnya.