Berita Palembang
Orang Sudah Vaksin Tapi Masih Kena Omicron? Ini Penjelasan Ahli Mikrobiologi Prof Yuwono
menurutnya vaksin masih dibutuhkan sehingga jika terkena omicron, sang penderita yang telah divaksin tersebut sakitnya tidak akan parah.
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Odi Aria
Laporan wartawan Sripoku.com, Abdul Hafiz
SRIPOKU.COM, PALEMBANG --- Beredarnya informasi orang yang sudah divaksin masih bisa terkena virus omicron sempat membuat keragu-raguan masyarakat dalam mencermatinya.
Ahli Mikrobiologi Kesehatan Sumsel, Prof. Dr.H.Yuwono, M.Biomed meluruskan informasi tersebut dan menurutnya vaksin masih dibutuhkan sehingga jika terkena omicron, sang penderita yang telah divaksin tersebut sakitnya tidak akan seberat orang yang belum divaksin.
Yuwono yang juga Direktur Utama Rumah Sakit Pusri Palembang menjelaskan, omicron ini munculnya kepada satu orang yang pernah terkena HIV, kedua kepada orang yang sudah vaksin.
"Omicron itu memang kemungkinan diduga menurunkan efektivitas vaksin, tapi tidak sampai kepada grade yaitu menghilangkan proteksi vaksin terhadap gejala berat dan arah kematian," ungkap Yuwono kepada Sripoku.com di ruang kerjanya, Selasa (8/2/2022).
Jadi orang sudah vaksin terkena omicron, tidak akan berat dan mohon maaf tidak mengarah kematian. Artinya vaksin masih suatu hal yang berguna.
"Booster itu bagus tapi harus jeda 6 sampai 9 bulan setelah vaksin kedua. Booster menurut penelitian antibodinya bertahan sampai 6 tahun. Tapi efektivitasnya 1-6 tahun," kata Profesor kelahiran Trenggalek (Jatim) 10 Oktober 1971.
Ia juga mewanti-wanti agar masyarakat mengenali omicron dan jangan sembarangan ngomong omicron, karena virus varian ini tidak bisa dideteksi melalui tes PCR.
"Ta seorangpun kecuali dia punya bukti hasil sekuensing di ngomong omicron. Kalau saya ditanya bagaimana Prof yang di Palembang, Sumsel ini, peningkatan di Indonesia Raya? Saya bilang diduga omicron, bahasanya probable omicron," jelas mantan Dekan Fakultas Kedokteran Unja 2013-2015.
Karena 30-an titik mutasi tadi itu tidak bisa dideteksi dengan PCR. Kalau PCR itu paling banyak mendeteksi 3 gen. Makanya Delta dia masih bisa. Kalau ada yang terdeteksi positif itu kita sebut covid saja. Nah untuk verifikasi kalau kita curiga omicron, samplenya dikirim ke Litbangkes Jakarta. Memang hasilnya bisa lama. Sekuensing itu kalau kalau kita kerja normal biasanya dua pekan .
"Sekuensing murni kalau ditarik 2-3 titik mutasi, iti kiira-kira butuh dana US$ 20. Lantas kalau 30 titik berapa dollar? Aku pernah mengajukan untuk WGS itu satu sampel harga murahnya saja habis Rp 7 juta. Siapa yang nak bayar," ujarnya.
Prof Yuwono memaparkan covid disebabkan SAR Cov 2 yang muncul pertama kali adalah namanya keluarga Beta. Kemudian dari Beta muncul keluarga Gama. Saya masih ingat dulu ada varian 640 yang pernah terdeteksi di Yogya dan segala macam.
"Keluarga Gama ini nak ngetop. Kira-kira sebulan, dua bulan pernah heboh, terus hilang. Bahkan Gama tercatat tidak menimbulkan gelombang covid," ujar Yuwono yang menjadi guru besar di Universitas Sriwijaya (Unsri) sejak tahun 2014.
Kemudian muncul Alfa. Afrika Selatan, Brasil, varian Inggris, itu Alfa. Tak berapa muncul yang lebih seram lagi, India namanya Delta. Jadi sudah empat varian ini. Empat keluarga. Urutannya, Beta, Gama, Alfa, Delta.
"Nah Delta itu dianggap surut pada Oktober 2021. Kami di RS Pusri mencatat Agustus itu hunian rumah sakit masih 100 persen untuk covid. Dari 50 bed yang kami sediakan penuh," kata Yuwono yang mendapatkan gelar doktor dalam bidang mikrobiologi kedokteran dari Universitas Padjadjaran pada tahun 2009.
September di pertengahan tiba-tiba ngedrop. Jadi tinggal 20-30 persen yang masuk. Kemudian Oktober tinggal 7 persen. November tinggal sisa-sia 4-5 persen. Desember sudah gak ada lagi.
Kemudian pada pertengahan Desember muncul isu Omicron sebagai varian ke-lima. Jadi jangan kira varian ini satu. Beta banyak, Gama banyak, Alfa banyak, Delta banyak. Delta ada Delta 1, Delta 2, Delta 3. Omicron ada sub omicron.
"Nah yang ngetop sekarang ini dalam terminologi ilmu infeksi, sesuatu yang sedang trending, viral. Maka sesuatu itu kan dominan di sini," ujarnya.
Diterangkannya untuk virus Beta, Gama, Alfa maupun Delta sebetulnya masih ada, tapi dia kalah trend sama omicron.
Kalah trend karena kena hidup di orang-orang yang menjadi reservoir atau sumber penularan itu yang ditempati omicron. Dalam kaidah infeksi, ada infeksi sekunder. Infeksi sekunder itu mesti ada dua hal yang berbeda.
Kalau omicron sudah masuk, maka yang sejenis dengan dia yang Beta, Gama, Alfa, Delta tidak akan masuk.
Menurutnya, dari lima varian ini yang agak unik dan secara molkuler, keilmuan ia dalami adalah omicron. Uniknya lebih 30 titik mutasi pada omicron. Pada Delta cuma 3 titik.
"Mutasi pada corona ini, satu titik itu minimal dua pekan terjadinya. Kalau 30, kalian perkirakan saja. 60 pekan. Berarti intinya cikal bakal omicron sudah tahu tahun lalu dong. Logikanya begitu," kata pemilik Sekolah Alam Palembang (SAPA) bersama istrinya, Nurbaiti Ekasari.
Kemudian ada sesuatu yang memicu masifnya. Jadi kalau ada orang curiga bahwa rekayasa, ya bisa. Bukan rekayasa virusnya. Tapi rekayasa perubahan wajah dari virus itu. Paling mudah, paling gak stabil virus itu.
"Uniknya yang kedua, makin banyak mutasi pakai logika saja, kalau kamu meng-handle satu urusan dengan 10 urusan, fokus mana?
Karena mutasinya 30-an lebih, maka dampak dia tidak seberat Delta," terangnya.
Kemunculan varian baru Covid-19 Omicron di Palembang yang disebut lebih ganas dari varian sebelumnya dikhawatirkan akan menimbulkan kepanikan masyarakat.
Ahli Mikrobiologi Sumsel, Prof. Dr.H.Yuwono, M.Biomed yang juga dikenal merupakan ustadz penceramah khutbah di masjid-nasjid mengimbau masyarakat tak perlu panik dengan varian baru tersebut.
"Pertama, jangan panik karena varian ini masih masuk variant of concern (VOC), sama seperti varian Delta," ujarnya.
Yowono juga mengajak masyarakat untuk selalu patuh dan terus melakukan penerapan protokol kesehatan khususnya saat melakukan aktivitas diluar.
"Masyarakat terus jalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan mengikuti vaksinasi," kata Yuwono yang pernah ditunjuk menjadi juru bicara pemerintah Sumatra Selatan terkait penanganan pandemi koronavirus 2020.