Profil Ahok, Komisaris Utama Pertamina yang Masuk Kandidat CEO Ibu Kota Negara Nusantara
Pada tahun 1995 usai lulus, Ahok lalu pulang ke kampungnya di Belitung Timur dan mendirikan perusahaan untuk membangun pabrik Gravel Pack Sand (GPS)
Penulis: Jati Purwanti | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Nama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kembali muncul di pusaran calon pemimpin ibu kota negara (IKN) Nusantara.
Ahok menjadi kandidat calon pemimpin badan otorita IKN usai diumumkan oleh presiden RI, Joko Widodo pada awal Maret 2020 lalu.
"Kandidat memang banyak. Satu, Pak Bambang Brodjonegoro, dua Pak Ahok, tiga Pak Tumiyana, empat Pak Azwar Anas," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, dikutip dari Kompas.com Senin (2/3/2020).
Kala itu sebenarnya Jokowi mengatakan keputusan akan diambil dalam waktu dekat. Hanya saja, hingga kini belum ada nama yang ditunjuk sebagai Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara (IKN).
"CEO-nya sampai sekarang belum diputuskan, dan akan segera diputuskan insya Allah dalam minggu ini," ujar Jokowi.
Kemunculan nama Ahok sebagai calon pemimpin otorita IKN Nusantara menyita perhatian publik.
Untuk menyegarkan ingatan tenytang sosok Ahok sebagai kandidat CEO Nusantara ini mari simak sepak terjang Ahok sejak muda.
Biodata
Ahok memiliki nama lengkap Basuki Tjahaja Purnama.
Dia lahir di kecamatan Manggar kabupaten Belitung Timur pada 29 Juni 1966.
Dia merupakan putra pertama dari Indra Tjahaja Purnama (Tjoeng Kiem Nam) dan Buniarti Ningsih (Boen Nen Tjauw).
Keempat saudara Ahok yaitu Basuri Tjahaja Purnama, Fifi Lety Indra, Harry Basuk, dan Basu Panca Fransetio yang meninggal dunia di usia remaja.
Keluarga Ahok adalah keturunan Tionghoa-Indonesia dari suku Hakka (Kejia).
Ahok mengenyam pendidikan tingkat SD hingga SMP di kabupaten Belitung, sedangkan pendidikan menengah di SMA III PSKD Jakarta.
Gelar insinyur didapatkannya dari jurusan Teknik Geologi Universitas Trisakti pada tahun 1990.
Sementara itu, gelar Magister Manajemen (MM) diraihnya dari Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya pada 1994.
Kehidupan Asmara
Ahok dua kali menikah. Pernikahan pertama dengan Veronica Tan pada tahun 1997.
Dari pernikahannya itui dia dikaruniai tiga orang anak bernama Nicholas Sean Purnama, Nathania Berniece Zhong, dan Daud Albeenner Purnama.
Keduanya bercerai pada tahun 2018 dan Ahok mendapatkan hak asuh anak kedua dan ketiga.
Setelah bercerai dari Veronica, komisaris utama PT Pertamina ini menikah dengan mantan ajudan Veronica Tan, yakni Puput Nastiti Devi pada tahun 2019.
Pada pernikahan keduanya ini, Ahok dan Puput dikaruniai seorang putra bernama Yosafat Abimanyu Purnama yang lahir pada tanggal 6 Januari 2020.
Karier Bisnis dan Politik
Dikutip dari Kompas.com, usai menyelesaikan studi masternya, pada tahun 1995 Ahok kemudian pulang ke kampungnya di Belitung Timur dan mendirikan perusahaan untuk membangun pabrik Gravel Pack Sand (GPS).
Sayang, pabriknya ditutup oleh pemerintah saat itu. Setelah perusahaan tambangnya tutup, Ahok kemudian banting setir ke dunia politik karena bertekad hendak menjadi pejabat.
Pada tahun 2004, Ahok bergabung dengan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) yang saat itu dipimpin Dr Sjahrir.
PPIB yang mengantarkan Ahok terpilih sebagai Anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009.
Tak berselang lama, Ahok didorong maju sebagai Bupati Belitung Timur dan terpilih untuk periode 2005-2010.
Ahok sempat maju sebagai calon gubernur pada Pilgub Bangka Belitung (Babel), tetapi sayangnya kalah.
Tak beruntung di pilgub tersebut, Ahok kemudian maju sebagai calon anggota legislatif pada Pileg dan terpilih sebagai Anggota DPR RI periode 2009-2014 dari Partai Golkar.
Karena menonjol, Ahok tak meneruskan jabatannya di DPR dan diminta mendampingi Jokowi sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2021.
Ia bersedia mendampingi Jokowi dan maju lewat Partai Gerindra.
Pasangan Jokowi-Ahok menang dan memimpin Jakarta lewat berbagai gebrakan.
Ahok lalu naik menjadi Gubernur DKI saat Jokowi maju dalam Pilpres 2014.
Gaya kepemimpinan Ahok yang lugas dan berani membuat namanya melambung. Ia kemudian maju kembali pada Pilgub DKI sebagai cagub, berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat yang menjadi wakilnya sejak ia naik sebagai Gubernur DKI.
Namun, jelang Pilgub DKI 2017, Ahok tersandung kasus penistaan agama berdasarkan pidatonya saat kunjungan kerja di Kepulauan Seribu.
Bahkan, akibat kasus Ahok ini, muncul gelombang unjuk rasa ramai di berbagai penjuru negeri.
Ahok divonis bersalah dan dipenjara. Ia pun mengundurkan diri, dan digantikan oleh Djarot di akhir masa jabatan Gubernur DKI. Ahok-Djarot pun akhirnya dikalahkan oleh Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam Pilkada DKI.
Ahok dipenjara selama hampir 1 tahun 9 bulan dan bebas pada 24 Januari 2019.
Tak berselang lama, Ahok pun memilih bergabung dengan PDI-P yang menjadi pendukung utamanya saat menjadi Gubernur DKI dan saat Pilgub 2017.
Saat ini Ahok masih menduduki jabatan sebagai Komisaris Pertamina sejak ditunjuk sejak November 2019 lalu.