D Ungkap Dua Rekannya Sesama Korban Dapat Pelakuan Tak Nyaman, Mahasiswi Unsri Korban Asusila
Tiga mahasiswi melaporkan seorang dosen yang sama, sementara satu dosen lainnya dilaporkan oleh seorang mahasiswi yang berbeda.
SRIPOKU.COM - Bertambah satu lagi laporan mahasiswi Unsri korban asusila dosen.
Dengan demikian, sudah ada empat mahasiswi Unsri yang melaporkan dua oknum dosen.
Tiga mahasiswi melaporkan seorang dosen yang sama, sementara satu dosen lainnya dilaporkan oleh seorang mahasiswi yang berbeda.
Adapun mahasiswi yang baru saja membuat laporan ke Polda Sumsel adalah D.
D melaporkan dosen yang sebelumnya sudah dilaporkan oleh C dan F.
Ada alasan mengapa D baru menguak persoalan yang ia alami saat ini.
"Saya sendiri mengalami pelecehan dari telegram," kata D kepada Tribunsumsel.com.
D mengaku, tidak habis pikir mengapa dia bisa menjadi korban pelecehan secara online yang disebutnya sudah dilakukan dosen R.
Sebab antara dia dan dosen R sebelumnya tidak pernah ada pertemuan fisik sama sekali.
"Gimana mau ketemu, setiap kali mau ke kampus saya takut duluan. Sikap dia seperti itu, kirim chat yang aneh-aneh jelas saya takut," ucapnya.
Pesan telegram berisi pelecehan itu bermula ketika D menghubungi dosen R yang bertugas sebagai pengujinya dalam ujian kompre.
Tujuannya tak lain untuk mengurus keperluan administrasi sebelum menghadapi ujian tersebut.
Namun ternyata komunikasi itu kembali dilanjutkan dosen R dengan menghubungi D melalui telegram pada
14 Juli 2021.
"Memang nomor yang saya pakai itu nyambung ke segala sosmed saya termasuk telegram. Nah, dia nge-chat dari telegram dengan sistem yang otomatis 15 menit langsung hilang. Tapi beberapa yang sempat saya simpan," ujarnya.
Tindakan itu dilakukan D lantaran bingung sekaligus risih dengan isi pesan yang dikirimkan oleh dosen R.
Sebab bukan hanya sekadar basa-basi, dosen R bahkan tak segan mengirimkan pertanyaan yang membuat perempuan ini merasa tidak nyaman.
"Awalnya dia nanya-nanya biasa, tapi ujungnya nge-chat minta nomor rekening. Saya tanya untuk apa, terus dia jawab katanya mau kasih uang jajan. Langsung saja saya tolak karena saya pikir untuk apa kok dia mau kasih uang. Makanya tidak saya balas," cerita D.
"Terus malamnya dia chat lagi ke saya tanya hal-hal yang tidak pantas. Dia tanya lagi pakai baju warna apa, dalamannya pakai warna dan ukuran. Jelas saya risih, makin tidak saya gubris. Tapi tetap saja dia chat terus," katanya menambahkan.
Tak pantang menyerah, dosen R terus menghubungi D meski tidak diberi tanggapan.
Sampai akhirnya oknum dosen tersebut mengirimkan pertanyaan yang menurut D sudah sangat tidak pantas.
D ingat benar pesan tersebut dikirimkan dosen R pada 25 Agustus 2021.
"Tetap dengan bahasa yang sama, seperti minta nomor rekening. Tapi kali itu bahasa dia lebih fulgar lagi chatnya. Makin tidak saya gubris," ucapnya.
Menurut D, diantara teman-teman sepermainannya di kampus, hanya dia yang mendapat pesan tak pantas dari dosen R.
D sangat berharap tidak ada mahasiswi lain yang mengalami perlakuan serupa.
Itulah mengapa, dia sudah membulatkan tekad untuk membawa persoalan ini ke jalur hukum.
Apalagi sudah ada dua mahasiswi Unsri lainnya yang lebih dahulu melaporkan dosen R atas kasus serupa.
"Karena apabila kasus ini tidak diangkat, saya yakin bisa membuat dia semakin menjadi-jadi. Dia tidak akan jera, bakal terus berlanjut. Bahkan juga bisa menimbulkan ketakutan untuk diri kita sendiri juga sebagai mahasiswa," ujarnya.
Mantap dengan langkah yang diambilnya, D juga memutuskan untuk tidak mengadukan persoalan ini ke pengurus kampusnya.
Dia lebih memilih untuk langsung membuat laporan ke polisi.
"Karena saya berkaca dengan kasus sebelumnya. Perlakuan tidak nyaman diterima oleh mereka berdua (korban sebelumnya)," ujar dia.
"Memang sengaja saya tidak memberitahukan fakultas karena tidak mau ditawari mediasi dan semacamnya. Saya mau langsung ke polisi saja karena memang tujuan saya untuk melaporkan dosen R. Saya tidak mau melibatkan kampus," ucapnya.