Berita Selebriti

Indro Warkop Kisahkan Dono saat Jadi Asisten Dosen, Profesional Teman Sendiri tak Lulus

Indro Warkop kisahkan Dono tidak meluluskan rekan di Warkop Prambors, Nanu Mulyono ketika masih jadi asisten dosen hingga mengancam kegiatan Warkop.

Penulis: Muhammad Naufal Falah | Editor: Welly Hadinata
YouTube/VINDES
Indro Warkop ngobrol dengan Vincent dan Desta 

SRIPOKU.COM - Di balik sosok yang lucu dan berotak encer, mendiang Wahjoe Sardono atau lebih sering dipanggil Dono, personel Warkop DKI adalah sosok yang tegas dan peduli.

Selain itu, dia juga amat memperhatikan pendidikan anggota keluarga, bahkan personel Warkop DKI itu sendiri.

Perlu diingat, mendiang Dono pernah menjadi asisten Prof Selo Soemardjan, Begawan Sosiologi Indonesia di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Indonesia.

Tak pandang bulu, rekannya sendiri mendiang Nanu Mulyono pun pernah tidak diluluskan mendiang Dono saat ujian.

Saking kecewanya, Dono sampai mengancam untuk menghentikan kegiatan Warkop Prambors, nama Warkop DKI ketika itu agar Nanu dapat lulus ujian.

Itu disampaikan Indrodjojo Kusumonegoro atau dikenal dengan nama Indro Warkop DKI kepada Vincent Rompies dan Deddy Mahendra Desta, pada konten VINDES, dikutip Selasa (30/11/2021).

"Berarti Om Dono itu serius banget?" tanya Vincent.

"Amat sangat. Makanya dia dosen. Dosen aja killer lagi," ujar Indro yang memancing keterkejutan Vincent dan Desta.

"Nanu itu, maaf gua buka, Nanu itu sempet enggak lulus mata pelajarannya Dono. Wah, pernah kecewa banget Dono tuh (kepada Nanu)," tutur Indro.

Indro kemudian menjabarkan perbedaan usia di antara personelnya.

Mendiang Kasino lahir pada 1950, mendiang Dono sesudahnya pada 1951, lalu mendiang Nanu pada 1952, sedangkan Indro sendiri yang paling muda lahir pada 1958.

"Gua beda (usia) ama Dono-Kasino 8 tahun," ulas Indro.

"Wah, jauh, ya?" tanya Desta.

"Jauh. Nah, gua beda ama Nanu 5 tahun (lebih tepatnya 6 tahun)," lanjut Indro.

Mendengar itu, Vincent tak habis pikir dengan sikap Dono yang tegas kepada temannya sendiri.

"Temennya sendiri enggak dilulusin," ujar Vincent sambil menahan tawa.

"Enggak lulus!" tegas Indro.

"Gila," balas Vincent.

Maka mendiang Dono pun mengeluarkan ultimatum setelah mengetahui mendiang Nanu tidak lulus pada mata pelajaran ampuannya sendiri.

"Dia (Nanu) ada sekali enggak lulus. Makanya Dono setelah itu (mengancam kepada Nanu)":

'Lu mau ujian benaran, enggak?!' 'Ya udah sekarang (kegiatan) Warkop berhenti dulu!'

Gitu, ampe begitu. Berhenti dulu. 'Lu, belajar!'," kata Indro menirukan ancaman mendiang Dono kepada mendiang Nanu.

Sikap Dono yang peduli pendidikan pernah juga dialami Indro saat jadi mahasiswa.

Bukan hanya mendiang Dono saja, mendiang Kasino juta ikut mengatur waktu belajar Indro ketika itu.

"Dan gua sempet begitu ketika jadi mahasiswa," lanjut Indro.

Caranya Dono dan Kasino mengurangi adegan penampilan Indro sesudah tahu jadwal ujian dengan agar tak terlalu menguras pikiran Indro.

"Jadi, kalo gua mau ujian, mereka (Dono-Kasino) 'kan tau jadwal (ujian) gua, (adegan) gua di film sedikit aja," tutur Indro.

"Jadi, kalo lu liat film bertiga, gua (tampil) sedikit, berarti lagi ujian, tuh," jelas Indro.

Tak hanya itu, Dono-Kasino sampai meminta agar pihak produksi film menyediakan ruangan khusus biar Indro dapat belajar dengan nyaman.

Tak perlu ruangan tertutup, Indro mengatakan ruangan itu khusus buat dia belajar.

Soal itu, Indro tak berani melawan perintah mendiang Dono dan Kasino.

"Sama satu, dia minta ruangan khusus buat Indro kalo dia lagi enggak take, dia harus belajar. Dono-Kasino menetapkan itu buat gue," terang Indro.

"Mau di pojokan, mau di mana kek, enggak usah tertutup juga enggak papa, tetapi biar dia selalu di sini dan gua enggak berani ngelawan," kata Indro lebih lanjut.

"Begitu gua enggak lagi take, gua lagi di pojokan, belajar," kata Indro.

Sebagai informasi, Dono lahir di Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, 30 September 1950 dan meninggal pada 30 Desember 2001, akibat kanker paru-paru. 

Sementara Nanu Mulyono yang lahir di Jakarta, 17 November 1952 dan meninggal pada 22 Maret 1983 karena sakit pada saringan ginjal atau sindrom nefrotik. 

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved