Berita Religi
Cara Ta'aruf dalam Islam yang Benar, Perhatikan Hal Ini dari Niat, Menggali Data Calon hingga Nadzar
Mencari jodoh dalam Islam yang dilihat paling utama ialah agamanya. Salah satu cara untuk menjemput jodoh ialah melalui ta'aruf begini cara yang benar
Penulis: Tria Agustina | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM - Bagaimana cara ta'aruf dalam Islam yang benar? Berikut ini penjelasan selengkapnya.
Salah satu perkara yang menjadi misteri adalah perihal jodoh.
Jodoh merupakan rahasia yang disimpan rapat oleh Sang Pencipta.
Maka dari itu untuk menjemput jodoh diperlukan ikhtiar (usaha) yang tidak main-main.
Apalagi mencari jodoh yang dilihat paling utama adalah agamanya.
Hal ini lantaran menikah merupakan ibadah terlama bagi manusia.
Jadi, hendaknya umat muslim yang ingin menikah menjemput jodoh dengan cara yang diridhoi Allah yakni melalu ta'aruf.
Ta'aruf asalnya berasal dari akar kata ta’aarafa.
Seperti ini sudah ada dalam Al-Qur’an. Simak saja firman Allah (yang artinya), “Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang pria dan seorang wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal (ta’arofu) …” (QS. Al Hujurat: 13).
Secara bahasa ta'aruf diartikan sebagai pengenalan.
Yaitu saling mengenal antara seorang pria dan wanita yang hendak menikah.
Ta'aruf merupakan proses yang ada dalam Islam dan dilakukan sebelum khitbah (lamaran).
Sehingga tujuan dari ta'aruf ialah untuk mendapatkan calon pendamping hidup yang dianjurkan dalam agama Islam.
Lantas, bagaimana cara ta'aruf yang benar dalam Islam?
Berikut ini penjelasan mengenai cara ta'aruf yang benar dibagikan melalui kanal YouTube Yufid.TV - Pengajian & Ceramah Islam.
Baca juga: Cara Menyampaikan Curhat yang Baik agar tidak Menjadi Ghibah Kata Ustaz Adi Hidayat Jangan Sebut Ini
Pada dasarnya tidak ada cara khusus terkait ta'aruf.
Hanya saja bagaimana seseorang bisa menggali data calon pasangannya tanpa melanggar aturan syariat maupun adat masyarakat.
Namun, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam ta'aruf:
1. Sebelum terjadi akad nikah kedua calon pasangan baik lelaki maupun wanita statusnya adalah orang lain, atau sama sekali tidak ada hubungan kemahraman.
Sehingga mereka tidak diperkenankan untuk berdua-duaan, saling bercengkrama baik secara langsung atau melalui media lainnya.
Nabi Sholallahu'alaihi wa sallam mengingatkan yang artinya,
"Jangan sampai kalian berdua-duaan dengan wanita yang bukan mahramnya, karena setan adalah orang ketiganya." (HR. Ahmad)
2. Luruskan niat, bahwa anda ta'aruf betul-betul karena ingin menikah.
Bukan karena ingin koleksi kenalan atau membuka peluang untuk memberi harapan palsu kepada orang lain.
Tindakan ini termasuk sikap mempermainkan orang lain dan bisa termasuk kedzoliman.
Nabi Sholallahu'alaihi wa sallam bersabad :
Artinya:
"Kalian tidak akan beriman sampai kalian menyukai sikap baik untuk saudaranya, sebagaimana dia ingin disikapi baik yang sama." (HR. Bukhari)
3. Menggali data pribadi bisa melalui tukar biodata.
Masing-masing bisa saling menceritakan biografinya secara tertulis.
Sehingga tidak harus melakukan pertemuan untuk cerita, jika ada keterangan dan data tambahan yang dibutuhkan sebaiknya tidak berkomunikasi langsung.
Tapi bisa melalui pihak ketiga seperti kakak lelakinya atau orang tuanya.
4. Setelah ta'aruf diterima bisa dilanjutkan dengan nadzar.
Nadzar (melihat) calon istri atau calon suami, disyariatkan dalam Islam.
Nadzar bisa dilakukan dengan cara datang ke rumah calon pengantin wanita sekaligus menghadap langsung orang tuanya.
5. Dibolehkan memberikan hadiah ketika proses ta'aruf.
Hadiah sebelum pernikahan hanya boleh dimiliki oleh wanita calon istri dan bukan keluarganya.
Rasulullah Sholallahu'alaihi wa sallam bersabda,
Artinya:
Semua mahar, pemberian, dan janji sebelum akad nikah itu milik pengantin wanita. Lain halnya dengan pemberian setelah akad nikah itu semua milik orang yang diberi." (HR. Abu Daud)
Demikianlah cara ta'aruf dalam Islam yang benar sebagaimana dijabarkan di atas.