12 Fakta Menarik tentang Sumpah Pemuda, Kobarkan Semangat Juang Kemerdekaan

Hari spesial dan bersejarah di mana para pemuda dan pemudi menggelorakan semangat untuk meraih kemerdekaan pada 1928.

Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: adi kurniawan
Tribun Jateng - Tribunnews.com
SUmpah Pemuda 

Maka Yamin dalam bahasa Belanda lalu membisikkan kepada ketua kongres, Soegondo Djojopoespito (kader Ki Hadjar Dewantara): “Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie” (Saya punya sebuah formulasi resolusi yang elegan).

Soegondo dan yang lain juga setuju dengan gagasan Yamin itu, maka apa yang dikenal dengan Trilogi Sumpah Pemuda adalah hasil rumusan Yamin itu.

Sebenarnya perkataan sumpah tidak dikenal selama berlangsungnya kongres.

Ketetapan nama Sumpah Pemuda baru menjadi resmi berdasarkan Keputusan Presiden Soekarno No. 316, tertanggal 6 Desember 1956, selang 28 tahun kemudian.

7. Kepergian W.R, Supratman

Wage Rudolf Soepratman (19 Maret 1903-17 Agustus 1938), tokoh legandaris ini mati muda dalam usia 35 tahun.

Dia tidak sempat menyaksikan berkibarnya sangsaka merah putih yang berdampingan dengan Lagu Indonesia Raya, ciptaannya.

Dan, mohon dicatat, tokoh ini di ujung hayatnya menderita sakit parah dalam keadaan miskin, sampai-sampai melego harta bendanya untuk dapat bertahan hidup.

8. Peran Soekarno dan Mohammad Hatta

Peran Soekarno sendiri sebagai kampiun persatuan nasional dan pendiri PNI (Partai Nasional Indonesia) pada 4 Juli 1927, dalam proses Sumpah Pemuda itu mungkin hanya secara tidak langsung saja, sebab namanya tidak ditemukan dalam daftar peserta kongres.
Sedangkan Mohammad Hatta memang sedang berada di Negeri Belanda saat kongres itu.

Tentang peran Bung Karno ini pernah diperdebatkan di kalangan sementara tokoh nasional.

9. Peran etnis Tionghoa dalam peristiwa Sumpah Pemuda

Beberapa waktu belakangan ini isu soal kelompok etnis tertentu kembali diperbincangkan. Etnis yang dimaksud adalah etnis Tionghoa.
Namun perlu diingat, etnis Tionghoa turut ambil peran dalam terbentuknya Sumpah Pemuda.

Dia adalah Sie Kong Liong. Bagaimana tidak, pemondokan yang menjadi tempat berkumpul serta menyelenggarakan Kongres Sumpah Pemuda II adalah miliknya.

Sekarang, pemondokan tersebut menjadi Museum Sumpah Pemuda.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved