Berita Religi

Apa Arti Ujub yakni Sifat Tercela yang Dilarang oleh Allah? Awas Perkara Menuju Jurang Kebinasaan

Dan di antara sifat tercela yang terkadang muncul dalam diri yakni rasa ujub. Lantas apa arti dan makna ujub sifat yang dilarang oleh Allah & Rasul?

Penulis: Tria Agustina | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM/Tria Agustina
Arti Ujub 

Perasaan ujub adalah kecintaan seseorang akan suatu karunia yang ada pada dirinya dan merasa memilikinya sendiri, serta tidak menyadari bahwa karunia tersebut adalah pemberian Allah SWT.

Terkadang setelah melakukan beberapa amalan atau ibadah seperti sholat malam misalnya, kemudian mncul dalam diri rasa uju dengan amal tersebut.

Dan kita tahu jika rasa itu adalah datangnya dari setan.

Lantas, bagaimana cara mengobatinya?

Berikut ini obat sifat ujub yang disampaikan oleh Syaikh Shalih Al-Ushaimi di antaranya.

Obat pertama, anda harus menyadari bahwa setan mempermainkan anda, maka hendaknya waspada dan munculnya perasaan semacam ini adalah perkara yang manusiawi dalam diri seseorang.

Asy Syafi'i dan Sa'id bin Abdillah at-Tisturi berkata, "Tidak ada yang menyadari riya, kecuali orang yang ikhlas."

Maksudnya orang yamg berhati-hati terhadap riya dan takut dengannya adalah orang-orang yang berusahan untuk ikhlas.

Obat kedua, anda bertekad untuk terus melanjutkan ibadah tersebut.

Ditanyakan kepada Al-Ahnaf bin Qais, "Setan datang menggoda salah seorang dari kami dalam sholatnya seraya berkata, "Apabila setan datang dalam sholat anda, dan setan berkata, 'Kamu riya!' Maka panjangkan sholatmu." Inilah obatnya, panjangkan sholatmu!

Karena dengan demikian anda mengusir setan, merendahkannyam dan membuatnya dalam kekerdilan.

Jadi, ketika setan datang kepada anda dalam ibadah seperti ini, maka tunaikan ibadah tersebut seraya melawan hawa nafsu anda dan perbanyak ibadah tersebut.

Oleh karena itu, dia harus menguatkan dirinya dalam melawan nafsunya, istiqamah, dan meneruskan amalannya.

Rasulullah Sholallahu'alaihi wa sallam bersabda;

“Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri”. (H.R. Abdur Razaq, Hadist Hasan)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved