Berita Pagaralam
'Kami Hancur Pak Sejak Pandemi' 70 Persen Pengrajin Rotan di Pagaralam Terpaksa Gulung Tikar
Malang nasib para pengrajin kerajinan anyam rotan yang ada di Desa Tanjung Menang, Kelurahan Prahu Dipo Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagaralam.
Penulis: Wawan Septiawan | Editor: RM. Resha A.U
SRIPOKU.COM, PAGARALAM - Malang nasib para pengrajin kerajinan anyam rotan yang ada di Desa Tanjung Menang, Kelurahan Prahu Dipo Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagaralam.
Pasalnya hampir 70 persen pengrajin yang memiliki kios ditepi jalan lintas Pagaralam-Lahat saat ini tutup atau gulung tikar.
Kondisi ini disebabkan sejak adanya bencana Pandemi Covid-19 sejak hampir dua tahun ini.
Omset penjualan mereka turun hingga 100 persen.
Hal ini yang membuat mereka tidak bisa bertahan lagi dan terpaksa menutup kios mereka dan mencari pekerjaan lain.
Pantauan Sripoku.com, Minggu (22/8/2021) menyebutkan, dari sekitar 17 Kios sederhana yang ada di tepi jalan tersebut 15 diantaranya sudah tutup.
Bahkan kondisi kios yang ada banyak yang rusak karena tidak ditempati lagi.
Salah satu panegrajin yang masih bertahan Lidia (34) mengatakan, sejak pandemi Covid-19 ini penjualan kerajinan rotan miliknya 100 persen anjlok.
"Penjualan kami hancur pak sejak pandemi ini. Bahkan hampir sama sekali tidak ada pembeli setiap harinya. Hal ini disebabkan jarang ada wisatawan yang datang ke Pagaralam sejak massa pandemi ini," ujarnya.
Baca juga: Anak Sulung Herman Deru Percha Leanpuri Meninggal, Walikota Pagaralam Hingga Masyarakat Ikut Berduka
Bahkan dikatakannya, sudah lebih dari separuh pengrajin yang tidak lagi membuka kios mereka karena tidak ada pembeli.
Mereka terpaksa mecari pekerjaan lain untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Mereka gulung tikar pak, sebab untuk apa berjualan dan membuat kerajinan jika tidak ada pembeli sama sekali. Jadi saat ini mereka banyak yang mejadi buruh harian agar bisa makan pak," katanya.
Lidia menambahkan, pembeli semakin sepi saat ada pemberlakukan PPKM. Pasalnya wisatawan yang datang ke Pagaralam sama sekali tidak ada.
"Kami ini yang membali kerajinan ini banyak wisatawan dari luar Pagaralam. Namun sejak ada kebijkan PPKM ini kami tambah hancur pak. Tidak ada sama sekali pembali setiap harinya. Padahal hidup kami tergantung dari penjualan kerajinan kami ini," ungkapnya.
Penjual lainnya Nur (51) mengatakan, pihaknya berharap ada bantuan dari Pemerintah setempat.
Hal ini agar mereka bisa terus memproduksi hasil kerajinan rotan ini.
"Kami tidak terlalu mengharapkan bantuan uang, namun kami berharap pemerintah bisa membeli hasil kerajinan kami agar kami bisa hidup dan kerajinan ini bisa terus berproduksi. Namun jika tidak maka kami yakin sebentar lagi akan habis pengrajin rotan di Pagaralam ini," tegasnya.