Mahfud MD Sentil Akidi Tio, Gegara Bantu Orang Punya Uang Sekoper, Diketawain : Semoga Nyata

Ketika sy tny ke BI diketawain krn USA hny mencetak lembaran uang paling tinggi 100 dollar. Ada jg yg minta dibantu menggali harta karun tp tak jelas.

Editor: Yandi Triansyah
Kolase Sripoku.com
Cerita Mahfud MD pernah diketawain BI saat membantu orang yang punya uang sekoper, ia berharap bantuan dari Akidi Tio nyata 

SRIPOKU.COM - Menko Polhukam, Mahfud MD, turut angkat bicara soal bantuan Rp 2 Triliun dari Akidi Tio.

Komentar Mahfud MD berawal dari tulisan mantan Menteri Hukum dan Ham yakni Hamid Awaluddin.

Hamid singgung para pejabat di negeri ini heboh dan riuh bahkan bertepuk tangan karena bantuan Rp 2 Triliun dari Akidi Tio.

Sebaliknya dirinya tidak bertepuk tangan, dan memberi rasa kagum.

Hamid mengatakan, para pejabat tidak belajar dari masa lalu.

Sebab kata dia, sejumlah orang telah melecehkan akal sehat dan memarjinalkan tingkat penalaran para pejabat negeri ini.

Kembali ke Mahfud MD, menilai pandangan dari Hamid Awaluddin soal perspektif sumbangan Rp 2 Triliun dari Akidi Tio adalah bagus.

Ia meminta untuk menunggu realisasinya dengan rasional.

Lantas Mahfud MD menceritakan pengalamannya yang serupa dengan peristiwa Akidi Tio ini.

Hal ini ia ungkapkan melalui Twitter pribadinya @Mahfud MD

"Waktu sy menhan ada orng mengaku pny sekoper uang dollar Amerika yg nilai perlembarnya 1000 dollar. Ketika sy tny ke BI diketawain krn USA hny mencetak lembaran uang paling tinggi 100 dollar. Ada jg yg minta dibantu menggali harta karun tp tak jelas. Semoga yg Akidi Tio ini nyata," tulis Mahfud.

Keluarga Akidi Tio Bungkam

Kini setelah sepekan pengumuman bantuan itu dilakukan, keluarga Akidi Tio bungkam.

Sampai hari ini, belum jelas apakah bantuan itu sudah diberikan atau belum.

Hingga tadi malam, awak media belum bisa mewawancarai langsung Heriyanti, putri bungsu dari Akidi Tio.

Bahkan polisi mulai berjaga di kediaman anak bungsu Akidi tersebut.

Sebab dari pengakuan pihak keamanan, keluarga Akidi Tio mulai tidak nyaman, karena mulai banyak orang di lingkungan tempat mereka tinggal.

Hamid lantas menyarankan hingga uang dua triliun tersebut benar-benar di tangan, saya tetap menganggap bahwa negeri ini masih banyak orang yang ingin mempopulerkan diri dengan cara melecehkan akal waras pejabat.

Sejarah Terulang

Kita pernah juga dikagetkan oleh Menteri Agama Said Agil Husin Al-Munawar.

Ia mengeklaim bahwa ada harta karun besar yang bisa dipakai untuk melunasi seluruh utang negara.

Harta tersebut berupa emas batangan sisa peninggalan Kerajaan Pajajaran yang tersimpan di bawah Prasasti Batutulis, Bogor.

Heboh luar biasa. Rasa kagum mencuat seketika.

Harapan dan optimisme pun kian berkecambah. Sebentar lagi Indonesia bebas dari utang.

Menko Kesra ketika itu, Jusuf Kalla, meminta Said Agil datang menemuinya. Kementerian Agama memang di bawah koordinasi Kementerian Kesra.

Tahu tidak, berapa utang luar negeri Indonesia, begitu pertanyaan Jusuf Kalla ke Menteri Agama.

Menteri Agama tak bisa menjawab. Jusuf Kalla lalu memberi hitungan dengan enteng.

Jumlah utang luar negeri kita saat itu, awal tahun 2000, lebih kurang Rp 1.500 triliun.

Harga emas setiap gram kala itu adalah Rp 250.000 per gram. Maka, untuk melunasi utang pemerintah, kita butuh sekitar 6.000 ton emas batangan.

Bila emas batangan tersebut kita angkut dengan truk yang berkapasitas 4 ton, dengan asumsi panjang truk adalah 5 meter, kita butuh jejeran truk sepanjang 5 km.
Itu artinya, truk-truk tersebut berbaris mulai dari Kebayoran Baru hingga Bundaran Hotel Indonesia. "Kira-kira ada tidak emas batangan sebanyak itu di Batutulis?" tanya Jusuf Kalla. Menteri Agama terdiam lesu.

Gagal Paham

Kembali ke pandangan Hamid, Akidi Tio sudah mendeklarasikan bantuan Rp 2 Triliun untuk membantu penanganan Covid-19 di Sumsel.

Menurut dia, ini sebuah gagal paham, bila hendak mempercayai sebelum uang tersebut benar-benar itu ada.

Hamid mengatakan, Akidi Tio bukalah orang yang memiliki jejak jelas di bidang usaha.

Ia pun mempertanyakan dari uang sebanyak itu.

Apakah lembaga perpajakan pernah mengetahui dan memungut pajak dari Akidi sedemikian banyak? Rentetan pertanyaan logis yang harus dipakai sebelum memercayainya.

Yang mungkin terjadi, ahli waris almarhum Akidi Tio menemukan catatan-catatan tercecer almarhum, yang memiliki kesamaran tentang harta almarhum.

Lalu, para ahli warisnya membangun mimpi-mimpi indah disertai dengan halusinasi mengenai catatan-catatan tersebut.

Untuk mewujudkan halusinasi itu, ada baiknya meminjam tangan negara melalui para pejabat dengan 1.000 janji. Namanya usaha.

Pertanyaan yang relevan di sini, ialah, apa keuntungan para pejabat yang mempromosikan atau mengamini orang-orang yang dengan enteng membuat janji hampa itu? Jawabannya singkat.

Para pejabat ingin menjadi pahlawan, seolah diri merekalah yang membantu meringankan beban rakyat. Jawaban etisnya, yang bisa jadi juga, ada motif lain.

Wallahu alam bissawab. Rentetan kejadian menghebohkan tentang dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan, semuanya bermuara pada kebohongan.
Maka, ada baiknya bangsa kita membuat aturan tentang para pejabat yang memperkenalkan dan mengamini segala ketidakbenaran seperti deretan fakta yang telah melecehkan akal sehat bangsa kita itu.

Orang atau pihak yang menggunakan para pejabat untuk memaklumkan ketidakbenaran juga harus juga diberi hukuman. Harus ada ganjaran karena apa pun alasannya, memaklumkan ketidakbenaran kepada publik adalah public deception.

Ini baru adil dan mendidik bangsa kita menjadi bangsa yang rasiona

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved