Virus Corona di Palembang
Curhat Pedagang Pakaian di Pasar Soak Bato Palembang, Sejak PPKM Cuma Pakaian Dalam yang Laku
Eka, salah seorang pedagang menceritakan bagaimana kondisi dagangannya yang kini sepi pembeli terutama sejak penerapan PPKM.
Penulis: Rahmaliyah | Editor: Sudarwan
Laporan Wartawan Sripoku.com, Rahmaliyah
SRIPOKU. COM, PALEMBANG - Di hari kedua pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 di Palembang, sejumlah pasar rakyat tampak masih ramai pembeli.
Namun, di balik hal itu nyatanya ada sejumlah pelaku usaha kecil yang berdagang tak merasakan imbas dari banyaknya warga yang berbelanja.
Salah satunya, pedagang pakaian, aksesoris, dll.
Seperti di Pasar Soak Bato, kondisi pedagang pakaian nampak lengang dan tak ada satupun pembeli yang datang.
Eka, salah seorang pedagang menceritakan bagaimana kondisi dagangannya yang kini sepi pembeli terutama sejak penerapan PPKM.
"Jujur sepi sekarang yang belanja. Kalaupun ada mereka hanya belanja pakaian dalam, bukan pakaian pesta. Bahkan saat lebaran baik Idul fitri dan Adha kemarin juga tak maksimal penjualan masih banyak stok menumpuk di toko," Jelasnya, Selasa (27/7/2021).
Eka juga mengatakan, dirinya mencoba menyiasati berjualan online dan sering mengadakan live (jualan langsung) di medsos dan dibantu sang anak.
"Kami cuap-cuap promosi agar ada yang mau dagangan, alhamdulillah satu-satunya ada yang laku. Sampai sekarang masih meneruskan dagang lewat online kalau selesai dagang di pasar," Katanya.
Sementara itu, Tika pedagang sembako di Pasar Soak Bato mengatakan hal yang sama bahwa ada penurunan daya beli masyarakat.
Ia sangat menyayangkan karena di tengah kondisi serba terbatas dan masyarakat susah, harga-harga kebutuhan pokok ada beberapa item yang naik.
Seperti, minyak sayur Rp 15 ribu per liter, tepung terigu Rp hingga susu cair steril .
"Hanya harga beras yang tidak naik, bahkan untuk susu steril harganya naik 2 kali lipat. Biasa saya jual Rp 190 ribu perdus sekarang Rp 390 ribu perdus. Konsumen mengira kami yang menaikan harga padahal harga jual dari produsen memang naik, " Jelasnya.
Belum lagi, berkurangnya pelanggan yang berbelanja karena tutupnya usaha juga turut berimbas pada pemasukan pedagang.
Tika menjelaskan, sehari pendapatan bersih hanya Rp 200 ribu.
"Ya kami hanya sekarang cuma pasrah, apalagi sudah banyak yang kena virus corona kan jadi ada juga pembeli yang membatasi belanja ke pasar, " Katanya.