Benua Australia Bergerak Mendekat Per Tahun, Indonesia Bisa Lenyap, Ahli: Mulai Terasa, Tapi?

Gerakan lempengan yang ditandai mendekatnya Benua Austria menuju Indonesia dari arah Timur-Utara makin kuat.

Editor: Hendra Kusuma

SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Heboh tentang video TikTok yang menyatakan bahwa Benua Australia Bergerak Mendekat Per Tahun ke arah Indonesia.

Akibatnya, Kepulauan Indonesia Terancam Lenyap dari peta bumi.

"BENUA AUSTRALIA TERUS BERGERAK KEUTARA!!!" demikian judul video postingan dari akun TikTok @virgaraditya yang membuat heboh. Video sudah ditonton oleh ribuan warganet.

Terkait dengan postingan itu, para ahli pun sudah membenarkannya sejak lama. Bahkan, akibat pergeraan tabrakan lempeng Benua Australia Bergerak Mendekat Per Tahun itu mulai terasa.

Gerakan lempengan yang ditandai mendekatnya Benua Australia menuju Indonesia dari arah Timur-Utara makin kuat.

Para Ahli pun sejak lama sudah membicarakan hal yang kini viral di TikTok tersebut. Bahkan dengan beberapa teori dan buktinya memang makin nyata, di mana terjadi fenomen gempa, tsunami di Aceh 2004 silam, juga akibat gerakan lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

Adapun fenomen terbentuknya jalur-jalur gunung api yang banyak terdapat di Indonesia, juga merupakan tanda-tanda alam tentang gerakan Benua Australia mendekati Indonesia.

Para ahli sudah mengemukan hal ini sejak puluhan tahum silam dalam teori 'Elastik Rebound Theory' atau dalam istilah sederhananya, sudah terjadi 'pelentingan' akibat tekanan gesekan yang semakin kuat antara lempeng benua. Khususnya Benua Indo-Australia dan Eurosia atau Euro Asia.

Dikutip dari dokumentasi Sripoku.com, penyusupan terjadi karena lempeng Indo-Australia lebih tinggi masa jenisnya, sehingga bergerak ke bawah mendesak lempeng EuroAsia ke atas. Khususnya Wilayah Indonesia, seperti pulau Bali, NTT, NTB, pulau Jawa dan pulau Sumatera hanya berjarak 200 km dari pertemuan kedua lempeng itu merasakan akibatnya.

Menanggapi Video yang tengah viral di TikTok itu, Koordinator Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno menilai, video itu ada benarnya, tetapi terkesan dibesar-besarkan dan sedikit membuat khawatir orang awam.

"Lempeng benua memang bergerak satu dengan lainnya sejak awal bumi terbentuk," ujarnya.

Ia bahkan mengatakan, jauh sekitar jutaan tahun silam, sebelum terbentuknya Benua di Dunia, lempeng tersebut menjadi satu yang disebut dengan "Pangea" yang kemudian berpencar satu dengan lainnya.

"Dampaknya sudah kita rasakan selama ini dengan adanya jalur-jalur gempa dan jalur gunung api yang kita sebut cincin api," ujarnya.

"Jadi, mendekatnya Australia ke Jawa itu suatu hal yang biasa," katanya.

Namun, menurut dia, jika melihat Video yang kini viral di TikTok, maka itu yang menyajikan secara berlebihan."Itu disajikan secara berlebih," kata Eko seperti dilansir dari Kompas.com, Minggu (18/7/2021.
==

Ada Lempengan Bertabrakan

Sementara itu Haryadi Permana selaku Peneliti Ahli Utama Bidang Geologi dan Tektonik LIPI mengatakan, fenoma seperti itu sudah terjadi sejak jutaan tahun lalu.

Namun gerakan tidak berbahaya, karena sangat lambat dan tidak akan dirasakan. Namun dia pun menjelaskan jika gerakan itu memang sudah lama menjadi penelitian para ahli puluhan tahun silam.

Pernyataan Haryadi Permana ini sejalan dengan Press Release: 'An Earth Plate Is Breaking in Two' www.columbia.edu yang diakses 19 Juli 2021 kemarin, diperkirakan ratusan juta tahun mendatang, kepulauan yang ada di wilayah Indonesia terancam mengalami kerusakan parah karena adanya dorongan kuat yang terus oleh benua Australia dalam gerakan sangat lambat dan tak terasa.

Disebutkan pula oleh para Ahli, jika Lempeng itu, memiliki ketebalan 100 km. Aktivitas lempeng ini sangat potensial mengakibatkan gempa tektonik akibat pergesekan terus menerus, yang saat intensitasnya tinggi akan menimbulkan gempa tektonik dan tsunami.

Tekait dengan hal ini sejalah dengan pendapat Haryadi seperti dilansir dari Kompas.com, Selasa (20/7/2021) bahwa, memang adanya pergerakan Benua Australia ke utara.

Namun bukan pergerakan berbahaya seperti yang ada di video, karena memang sudah berlangsung sejak lama.

Sebab, pergerakan tersebut dalam orde milimeter (mm) per tahun nya.

Maka itu, perlu waktu jutaan tahun untuk akhirnya Benua Australia benar-benar sampai di wilayah Indonesia.

"Perlu waktu sampai 5 jutaan tahun ke depan," ujar Haryadi Minggu (18/7/2021).

Sementara terkait dengan video viral yang menyebut bahwa pergerakan Benua Australia ke utara terjadi karena adanya lempengan bumi yang bertabrakan, Haryadi mengatakan, hal itu memang benar.

Hanya saja, dia mengatakan, hal itu sebenarnya sebuah fenomena biasa dan tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Sebab, lempeng itu bergerak memang sudah ada sejak zaman dahulu, di mana terjadi sejak lempeng Australia berpisah dengan Antartika sekitar 155 juta tahun lalu, saat Indonesia belum ada.

Ia menerangkan, jika Pergerakan tersebut terjadi ke arah timur-utara.

Bagaimana Ketika itu Kalimantan, Malaysia, Sumatera masih menjadi bagian Eurasia jutaan tahun silam.

Bahkan, 25 juta tahun lalu, Kalimantan, lengan Barat Sulawesi, dan Kalimantan Selatan mulai terbentuk, termasuk juga bagian Jawa Timur yang terbentuk dari pecahan sisi utara, barat Australia.

Lalu Papua, dulunya merupakan bagian utara kontinen Australia.

Nah dari sanalah, secara perlahan Kepulauan Indonesia muda mulai terbentuk 5 juta tahun lalu.

Dengan pergerakan dengan kecepatan 50-70 mm per tahun Kontinen Australia sendiri terus bergerak ke utara dengan kecepatan 50-70 mm per tahun.

Lalu Menurut dia, saat ini sebetulnya sebagian kontinen Australia sudah masuk di bagian bawah Timor dan NTT dan mendekat. Namun dalam gerakan sangat lambat dan masih jauh.

"Jangan melihat benua Australia tetapi kerak benuanya."

Sehingga bagian New Guinea saat ini saja sudah bertabrakan dengan Lempeng Pasifik-Carolina.

Namun tidak membahayakan, karena gerakan lambat permili tersebut.

Maka, Terkait informasi mengenai akan adanya gempa besar akibat tabrakan lempeng Australia dan Indonesia nantinya, ia menekankan, selama ini gempa baik di Indonesia maupun di negara-negara lain memang sudah disebabkan dua hal yakni, tabrakan lempeng dan pergerakan magma di bawah kawah dan hal itu sudah biasa terjadi.

Namun, sekali dia mengingatkan, tidak perlu panik dengan gerakan lempeng tersebut. "Sebab, fenomena itu, memang sudah sejak puluhan hingga ribuan tahun lalu wilayah di Indonesia seperti Sumatera, selatan Jawa-Bali-NTB-NTT atau utara Bali-Lombok-NTB-NTT mengalami gempa bumi," jelasnya.

Heboh di TikTok dan Ditonton Warga Net

Seperti diketahui, Heboh Benua Australia Bergerak Mendekat Per Tahun, Indonesia Bisa Lenyap itu bermula dari postingan dengan judul:

"BENUA AUSTRALIA TERUS BERGERAK KEUTARA!!!" demikian tulis akun yang memposting sebuah video tersebut.

Gerakan inilah yang membuat heboh jagat dunia maya, banyak yang ngeri menyaksikan hal tersebut. Sebab kasus gempa dan tsunami di Aceh beberapa tahun silam merupakan contoh betapa dahsyatnya bencana alam, jika terjadi tabrakan lempengan dari Benua Australia dan lempengan Asia khususnya bagian dari Timur Utara Indonesia.

Unggahan tersebut diposting oleh akun TikTok @virgaraditya.

“Guys benua Australia terus bergerak ke utara mendekati Indonesia."

"Kira-kira yang akan terjadi apa ya? Bergesernya benua Australia ini disebabkan oleh lempeng bumi yang saling bertabrakan."

"Selain lempeng Australia yang terus bergerak lempeng Asia Pasifik ternyata juga bergerak 11 cm setiap tahunnya."

"Berdasarkan penelitian benua Australia terus bergerak ke utara mendekati Indonesia 7 cm setiap tahunnya.

"Dan jika kedua lempeng itu bertabrakan tentunya bakal ngakibatin suatu gempa yang sangat besar. Salah satunya gempa yang pernah terjadi akibat tabrakan dua lempeng bumi adalah Marcquarie yang berada di antara Selandia Baru dan Benua Antartika dengan kekuatan 8,1 SR,” ujarnya.

Unggahan ini sudah dilihat 381 ribu kali, disukai lebih dari 22,7 ribu pengguna dan mendapat lebih dari 675 komentar.

Benarkah Indonesia akan lenyap dari peta Bumi? para ahli sudah menjelakan, teori itu bisa saja terjadi, tetapi masih sangat lama bahkan puluhan hingga ratusan juta tahun mendatang. Wallahua'lam bissawab

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved