Sensasi Memancing di Hulu Sungai Batang Empu, Ala Komunitas KAMI-MLM Habis Akhir Pekan
Memancing ke lokasi yang masih perawan di hulu-hulu sungai memberikan kepuasan yang berbeda.KAMI-MLM memancing ke HUlu Sungai Batang Empu Muratara
Penulis: Ahmad Farozi | Editor: Azwir Ahmad
SRIPOKU.COM, MUSIRAWAS - Bagi Komunitas Awak Media Musi Rawas, Lubuklinggau dan Muratara (KAMI-MLM), memancing ikan bukanlah profesi.
Mereka juga tidak tergolong dalam komunitas pemancing profesional. Tapi memancing ikan sudah menjadi bagian kegiatan favorit anggota KAMI-MLM.
Mendapatkan ikan bukan hal utama yang mereka ingin dapatkan, tapi sensasi memancing ke lokasi yang masih perawan di hulu-hulu sungai memberikan kepuasan yang berbeda.
Itulah sebabnya pada akhir pekan personil KAMI-MLM melakukan aktifitas mencari ikan dalam kemasan berpetualang di alam bebas. Mencari lokasi-lokasi memancing dengan suasana alam perawan dan masih banyak ikannya.
Salah satu lokasi favorit KAMI-MLM adalah hulu Sungai Batang Empu yang terletak diwilayah Desa Tanjung Agung Kecamatan Karang Jaya Kabupaten Muratara.
Sungai Batang Empu melintasi dua desa diwilayah Kecamatan Karang Jaya, yaitu Desa Tanjung Agung dan Desa Rantau Telang.
Dibagian hilir sungai ini, adalah Desa Muara Batang Empu yang memecah sungai Batang Empu masuk kealiran Sungai Rupit.
Aliran Sungai Rupit ini mengalir dibeberapa desa di Kecamatan Karang Jaya dan Kecamatan Muara Rupit.
Diwilayah Kecamatan Karang Jaya, Sungai Rupit mengalir mulai dari Desa Lubuk Kumbung, Sukaraja, Muara Batang Empu, Suka Menang, Terusan, Kelurahan Karang Jaya dan Desa Embacang.
Selanjutnya aliran sungai Rupit mengalir diwilayah Kecamatan Muara Rupit, mulai dari Desa Tanjung Beringin, Batu Gajah, Noman, Maur, Bingin Rupit dan Kelurahan Rupit.
Selanjutnya Sungai Rupit terjun ke Sungai Rawas di Kecamatan Muara Rupit yang merupakan ibukota Kabupaten Muratara.
Hulu Sungai Batang Empu sangat cocok untuk berpetualang sembari mencari ikan, karena alamnya masih alami dan segar dengan ikan yang berlimpah.
Ikan-ikan khas sungai deras dengan bebatuan banyak dijumpai dilokasi ini. Seperti ikan Kebarau, Semah, Lampam, Langli, Selimang, Baung dan aneka jenis ikan khas lainnya.
Perjalanan Menuju Lokasi
Dengan menyewa mobil perjalanan dimulai dari Kota Lubuklinggau menuju Desa Tanjung Agung Kecamatan Karang Jaya Kabupaten Muratara.
Sebelumnya semua perlengkapan sudah dipersiapkan, yang utama tentunya terkait alat pencari ikan, seperti pancing, jaring dan bubu.
Kemudian alat-alat memasak sederhana dan bumbu-bumbu dapur seperti garam, cabai dan juga beras dibawa untuk persiapan memasak ikan hasil perolehan dilokasi.
Tak lupa pula, gula dan kopi juga termasuk dalam barang bawaan untuk memancing ini. Setelah seluruh persiapan lengkap, mereka kemudian berangkat dengan suasana riang gembira.
Untuk mencapai Desa Tanjung Agung dari Kota Lubuklinggau menghabiskan waktu perjalanan darat sekitar satu setengah jam.
Setelah tiba di Desa Tanjung Agung, mobil dititipkan di rumah warga setempat.
Perjalanan dilanjutkan dengan menyewa motor ketek (perahu motor, red) untuk mencapai lokasi atau spot-spot memancing.
Lokasi memancing yang hendak dituju memang tak bisa dijangkau melalui jalur darat, tapi harus melewati jalur sungai dengan menggunakan alat transportasi motor ketek atau perahu dengan penggerak mesin.
Biaya sewa motor ketek ini berkisar Rp200-250 ribu sekali jalan. Tergantung jauh dekatnya lokasi yang akan dituju.
Beberapa lokasi yang sering dituju adalah spot Lubuk Butak, Ulu Tapik dan Ulu Leko yang merupakan anak Sungai Batang Empu.
Untuk mencapai lokasi-lokasi tersebut, dari Desa Tanjung Agung memakan waktu perjalanan sungai sekitar 2-2,5 jam.
Suasana perjalanan menuju Ulu Sungai Batang Empu ini menjadi sensasi tersendiri. Suasana alam sekitar di kanan kiri sungai masih sangat alami.
Bukit-bukit hijau sangat menyejukkan mata. Aliran sungai yang deras dan jernih serta banyak bebatuan Napal yang besar dibeberapa titik lokasi juga sangat menawan.
Selama perjalanan sungai ini terkadang juga memacu adrenalin, ketika perahu melintasi jeram-jeram sungai yang cukup deras sehingga terguncang diterjang arus sungai.
Namun karena pengemudi perahu ketek sudah terlatih, beberapa jeram dengan batu-batuan besar dapat dilalui.
Pada saat lain, perahu melintasi lubuk dengan aliran air yang tenang sehingga perahu ketek dapat meluncur nyaman. Perjalanan pun semakin terasa nikmatiseraya memandang lukisan alam yang mempesona.
"Yang kami cari bukan sekedar ikan, tapi sensasinya. Mulai dari perjalanan menuju lokasi sampai aktifitas mencari ikan pakai pancing, bubu atau jaring, itu rasanya tak tergantikan," ungkap Taufik Gonda, kordinator KAMI-MLM, kepada Sripoku com.
Dapat Ikan Langsung Dimasak
SETELAH menempuh perjalanan sungai menggunakan perahu ketek sekitar 2 - 2,5 jam, maka tibalah dilokasi tujuan.
Setelah menurunkan perlangkapan selanjutnya memilih lokasi yang nyaman di pinggir sungai untuk tempat singgah. Bebatuan besar dibawah pohon rindang jadi salah satu tempat untuk meletakkan barang-barang bawaan.
Memandang suasana alam sekitar dan mendengar alunan suara air sungai yang mengalir dilokasi spot memancing ini jadi paduan simponi yang melenakan mata dan telinga.
Rasa penat dalam perjalanan hilang seketika. Perasaan menjadi segar dan menyatu dengan suasana alam sekitar.
Usai beristirahat personil pemancing petualang KAMI-MLM pun memulai aktifitasnya.
Ada yang memasang bubu, jaring dan juga ada yang memilih spot untuk lokasi mancing. Aktifitas memancing ini tak kalah sensasionalnya.
Dengan air sungai yang jernih maka ikan-ikan pun dapat terlihat dari daratan. Sisik-sisiknya yang sesekali berkilau terkena cahaya, seolah mutiara yang mengundang untuk dijamah.
Tak memakan waktu lama, ikan-ikan berhasil didapat. Ada yang masuk jaring, bubu atau kena pancing. Semua dikumpulkan dalam wadah yang sudah dipersiapkan.
"Kilap-kilap ikan didalam sungai kadang terlihat jelas dari darat. Karena ikannya memang banyak dan masih ada yang cukup besar," kata Faisal, salah seorang anggota KAMI-MLM.
Menjelang senja, ikan-ikan hasil tangkapan mulai dibersihkan. Sebagian pemancing ada yang mempersiapkan bumbu ala kadarnya dan menyalakan api, kemudian menanak nasi.
Ikan yang dipanggang mengeluarkan aroma yang membangkitkan selera. Ikan yang sudah dipanggang dimakan bersama.
"Rasanya tak ada duanya. Makan ikan hasil tangkapan sendiri dari sungai. Ikannya segar ditambah suasana alam sekitar. Kalau mau tau rasanya cobalah," kata Tolil, salah seorang pemancing petualang lainnya.
Aktifitas mencari ikan di hulu sungai, dilakukan para anggota KAMI-MLM sampai malam hari. Mereka menginap dilokasi dengan peralatan seadanya.
Dilokasi memancing selain ikan, ada juga yang mendapat udang sungai yang cukup besar. Semua hasil tangkapan kemudian dikumpulkan, untuk dibawa pulang keesokan harinya. Semua dibagi rata untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh untuk keluarga masing-masing. (ahmad farozi)