APA Itu Virus Delta, Virus Varian Baru yang Bahaya, Penularannya hanya 5-10 Detik, Kenali Gejalanya

Seperti kita ketahui, Virus Corona adalah virus yang mematikan, sudah berjuta juta jiwa yang menjadi korbanya.

Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM/ANTON
Ilustrasi varian Delta dari virus corona, penyebab tsunami Covid-19 di India. 

SRIPOKU.COM - Virus Corona merupakan virus yang saat ini menghantui dunia bahkan Indonesia

Virus Corona atau Covid-19 ini Dudah masuk tahun ketiga sejak akhir tahun 2019 virus ini hadir.

Tak sampai disitu, Virus Corona ini ternyata memiliki banyak varian, terbaru Virus Varian Delta.

Bahkan Virus berbahaya yang datang dari India ini sudah ada di Indonesia, termasuk Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Darimana sebenarnya asal virus ini dan kenapa virus ini dikatakan lebih berbahaya dari virus corona?

Seperti kita ketahui, Virus Corona adalah virus yang mematikan, sudah berjuta juta jiwa yang menjadi korbanya.

Jika Virus Corona ini berbahaya, lantas bagaimana varian Delta yang katanya lebih mematikan?

Begini penjelasannya.

Varian Delta yang awalnya ditemukan di India kini telah menyebar di seluruh dunia, salah satunya Indonesia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan varian tersebut terdeteksi di lebih dari 80 negara dan terus bermutasi saat menyebar.

Penelitian telah menunjukkan varian ini bahkan lebih menular daripada varian lainnya. Bahkan varian ini disebut bisa menular hanya dalam beberapa detik.

Pejabat WHO juga mengatakan ada laporan bahwa varian Delta menyebabkan gejala yang lebih parah, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi kesimpulan tersebut.

Menurut Ahli Mikrobiologi Profesor (Prof). Dr. dr. Yuwono, M. Biomed, virus Covid-19 varian delta itu adalah varian dimana ada perubahan pada protein spike atau protein s, protein yang ada di permukaan virus.

"Sampai sejauh ini varian Covid-19 hanya lebih muda menular atau menginfeksi, tapi tidak bertambah soal keganasannya," kata Prof Yuwono saat dikonfirmasi Tribun Sumsel, Senin (7/6/2021).

Lebih lanjut Prof Yuwono menjelaskan, bahwa varian delta ini lebih lincah atau lebih mudah untuk menginfeksi. Lalu lebih tahan terhadap enzim protease

"Enzim protease ini yang digunakan tubuh untuk menghancurkan kuman atau virus, kalau ada nempel di tubuh kita. Jadi kalau yang varian beta ini dia lebih tahan," ungkapnya.

Baca juga: Seorang Mahasiswi Nekat Melawan 3 Pelaku Begal, Terjadi dari Motor Langsung Bangkit dan Peluk Pelaku

Masih kata Prof Yuwono, bisanya kalau bukan varian delta, begitu nempel dihancurkan oleh enzim protease. Tapi kalau varian delta, dia nggak hancur. Oleh karena itu disebut tahan terhadap antibodi.

"Lalu tahan terhadap imunitas alami yang dimiliki manusia. Karena itu relatif bisa dijumpai pada anak-anak. Kalau selama ini anak-anak lebih tahan terhadap Covid-19, tapi untuk varian delta ini anak-anak juga lebih mudah terinfeksi," ungkapnya.

Namun menurut Prof Yuwono jangan dibuat menakutkan, maksudnya anak-anak jadi lebih mudah terinfeksi terdapat vairan delta, dikarenakan kalau sebelumnya anak-anak sulit terinfeksi. Kalau yang varian delta ini anak-anak lebih mudah terinfeksi.

"Virus Covid-19 ini juga belajar seperti manusia. Kalau sebelumnya sulit kena ke anak-anak, sekarang mudah. Tapi kalau bukti lebih ganas tetap tidak ada. Jadi baik varian India, delta dan lain-lain belum ada bukti lebih ganas. Namun memang lebih cepat menular," jelasnya.

Menurut Prof Yuwono, dalam satu bulan bisa saja timbul satu varian dari corona ini, jadi bisa dibayangkan. Misalkan, kalau sekarang sudah ada 20 varian artinya bisa jadi 40 varian dan seterunya.

"Sampai sejauh ini varian Covid-19 hanya lebih muda menular atau menginfeksi tapi tidak bertambah soal keganasannya. Kalau kematian meningkat, itu karena komorbid," cetusnya.

Menurut Prof Yuwono yang juga sebagai Dirut RS Pusri mengatakan, semakin banyaknya varian tentu akan semakin banyak mendapatkan tantangan, terutama dalam hal vaksin. 

"Lalu kita dari anak-anak sampai lansia harus waspada. Kalau sebelumnya lebih waspada ke lansia, yang punya komorbid. Tapi sekarang mulai dari anak-anak sampai lansia harus waspada," 

Meskipun begitu menurut Prof Yuwono, harus tetap tenang, karena semua varian Covid-19 tidak terbukti menambah keganasan hanya menambah daya tular. 

"Jadi tetap terapkan protokol kesehatan (Prokes) 3M atau bahkan 5M. Itu cara mencegahnya, dan tetap memperkuat imunitas tubuh kita," pesannya

Gejala Varian Delta

Selama pandemi, ahli di seluruh dunia telah memperingatkan bahwa gejala utama COVID-19 adalah demam, batuk terus-menerus, dan kehilangan rasa atau penciuman dengan beberapa variasi dan tambahan lainnya.

Daftar gejala terbaru CDC, termasuk kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan diare sebagai kemungkinan gejala infeksi.

Sementara itu gangguan pendengaran, gangguan lambung yang parah, dan pembekuan darah yang mengarah ke gangren, gejala yang biasanya tidak terlihat pada pasien Covid, telah dikaitkan oleh dokter di India dengan varian Delta.

Sakit perut, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, gangguan pendengaran, dan nyeri sendi adalah beberapa penyakit yang dialami pasien COVID-19, menurut enam dokter yang merawat pasien di seluruh India.

Seberapa cepat ia menular?

Melansir Kompas.com dalam artikel yang berjudul Fakta Varian Corona Delta: Seberapa Menular, Gejala, hingga Risiko.

Varian virus corona Delta terus menyebar dengan cepat ke berbagai belahan dunia.

Dilansir dari Medical News Today, varian delta SARS-CoV-2 — secara ilmiah dikenal sebagai garis keturunan B.1.617.2 — pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan pada Desember 2020 di India.

Pada April 2021, varian Delta menjadi jenis virus corona yang paling banyak menyebar dan menjadi penyebab lonjakan kasus Covid-19 di India. Menurut sumber tepercaya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sejak itu varian ini telah dilaporkan di 80 negara.

Baru-baru ini, ada kekhawatiran – terutama di Inggris dan Amerika Serikat – bahwa varian Delta dapat menimbulkan gelombang Covid-19 lain yang bisa menghambat upaya nasional dan internasional untuk mengurangi penularan pandemi.

Menurut laporan terbaru dari Public Health England (PHE), varian Delta mungkin telah menjadi varian dominan di Inggris.

"Dengan 74 persen kasus infeksi SARS-CoV-2 dan 96 persen kasus sekuensing dan genotipe yang disebabkan oleh varian Delta ini," tulis laporan PHE.

Di AS, data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyebutkan proporsi kasus Covid-19 baru yang dikaitkan dengan varian Delta sebesar 2,7 persen.

Ini adalah data pengawasan genomik selama 2 minggu, terhitung 8-22 Mei 2021.

Baru-baru ini, mantan komisaris Food and Drug Administration (FDA) Dr. Scott Gottlieb mencatat bahwa sekitar 10 persen kasus baru Covid-19 disebabkan oleh varian Delta.

Dr. Anthony S. Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, telah memperingatkan bahwa negara mana pun yang memiliki varian Delta harus khawatir bahwa akan ada lonjakan infeksi, terutama jika sebagian besar penduduk negara belum divaksinasi.

“Kami telah melihat bahwa ketika varian Delta menyebar di antara orang-orang yang tidak divaksinasi, itu bisa menjadi dominan dengan sangat, sangat cepat,” kata Fauci.

Seperti diberitakan Kompas.com sebelumnya, kasus varian Delta di Indonesia telah ditemukan di 6 provinsi Indonesia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Siti Nadia Tirmizi mengatakan, ada 148 kasus infeksi varian baru yang ditemukan di Indonesia.

Dari 148 kasus tersebut, 107 di antaranya adalah kasus Covid-19 varian Delta yang tersebar di DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah.

Kasus Covid-19 varian Delta paling banyak ditemukan di Jawa Tengah dengan 75 kasus. Angka ini mendominasi kasus infeksi varian Delta secara nasional, yakni lebih dari 70 persen kasus nasional.

Seberapa menular varian Delta?

Berdasarkan data dari Inggris, varian Delta sekitar 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha.

Prof Wendy Barclay, profesor virologi dan kepala Departemen Penyakit Menular di Imperial College London di Inggris, menjelaskan bahwa varian Delta lebih menular daripada yang sebelumnya karena beberapa mutasi kunci pada protein lonjakan, yang memungkinkan virus untuk menembus dan menginfeksi sel sehat.

“Varian Delta memiliki dua mutasi penting dalam protein lonjakannya, atau set mutasi,” katanya.

“Salah satunya ada di situs pembelahan furin, yang menurut kami cukup penting untuk kebugaran virus di saluran napas.”

“Virus asli yang muncul di Wuhan kurang optimal dalam hal itu, jadi menular tetapi mungkin tidak semenular itu (varian Delta). Varian Alpha mengambil satu langkah untuk meningkatkannya dengan mutasi tertentu, dan varian Delta telah membangunnya dan mengambil langkah kedua sekarang, langkah yang lebih besar, menuju peningkatan mutasi,” kata Prof. Barclay.

Baca juga: WASPADA! Virus Corona di Palembang Tembus 15 Ribu, Kecamatan Gandus Kini Berstatuskan Zona Merah

Meningkatkan Resiko Rawat inap

Menurut sebuah studi Skotlandia yang diterbitkan di The Lancet pada 14 Juni lalu, varian Delta meningkatkan risiko rawat inap hingga dua kali lipat dibandingkan dengan varian Alpha.

Kesimpulan itu merujuk ke 19.543 kasus komunitas Covid-19 dan 377 rawat inap yang dilaporkan di Skotlandia antara 1 April dan 6 Juni 2021.

Orang yang memiliki penyakit penyerta alias komorbid memiliki risiko lebih besar untuk dirawat di rumah sakit.

Mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap lebih terlindungi

Merujuk ke studi yang disebut di atas, terungkap bahwa mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap memiliki risiko lebih rendah untuk menjalani rawat inap.

Namun menurut studi yang digelar Public Health England (PHE), dosis pertama vaksin Covid-19 tidak terlalu efektif untuk melindungi seseorang dari virus varian Delta, dibandingkan dari virus varian Alpha.

Di Indonesia, celakanya, varian Delta sudah teridentifikasi di sejumlah daerah. Satgas Penanganan Covid-19 pun menyebut varian ini sebagai salah satu penyebab tingginya kasus baru infeksi virus Corona selama satu-dua pekan terakhir.

Bisa Lewat Cairan Pernafasan Bisa Menular 5-10 Detik

Fakta juga menunjukkan dan hal ini diungkapkan oleh Ahli epidemiologi UNSW Mary-Louise McLaws mengatakan bahwa, virus dapat menyebar dengan mudah di pusat perbelanjaan karena aliran udara.

"Maka anda harus waspada. Apalagi jika berada di dalam ruangan atau di pusat perbelanjaan atau berbelanja, perubahan aliran udara (biasanya) rendah, yang biasanya terjadi," kata profesor McLaws.

Dia juga mengatakan, ketika seseorang berada dalam periode viral load tinggi dan dia memiliki banyak cairan pernapasan.

Maka dia mungkin menghasilkan lebih banyak partikel dengan ukuran berbeda, dia menjadi lebih menular.

Dilansir Sripoku.com dari The Guardian, Kamis (24/6/2021), hal ini diungkapkan oleh Kepala Petugas Kesehatan Queensland, Dr Jeannette Young, juga mengatakan varian Delta diindikasi dapat menular bahkan dengan kontak singkat yang mengarah ke transmisi.

Bahkan durasi yang diperlukan bagi virus ini untuk menular hanya sekitar 5-10 detik.

“Pada awal pandemi ini, saya berbicara tentang kontak dekat selama 15 menit yang menjadi perhatian."

"Sekarang sepertinya 5 sampai 10 detik itu menjadi perhatian. Risikonya jauh lebih tinggi sekarang daripada setahun yang lalu,” kata Dr Young.

Jenis Virus Terkuat yang pernah ada

Virus Delta dikabarkan sebagai virus paling kuat diantara Virus Corona.

Hal ini diungkapkan oleh WHO seperti dilansir dari NBC News yang menyatakan, jika virus ini sudah menyebar 85 negara dan lebih cepat.

Kasus penularannya memang sangat cepat dan bahaya.

"Varian Delta 40 persen lebih menular di bandingkan Virus Alpha. Indikasinya, satu orang yang terinfeksi akan bisa menularkan virus tersebut kepada 7 hingga 8 orang yang berpapasan atau berkomunikasi dengannya," jelasnya.

Bukti lainnya, yang menjadi rusukan adalah kasus di Australia, ketika rekaman di CCTV yang diungkapkan oleh ABC, 22 Jnui 2021 lalu, jika dua orang yang berbelanja di Shopping Center Wstfiled Bondi Junction Autralia berpapasan dengan dua orang yang saat ini terfeksi Covid-19.

Bahkan mereka nyaris tidak melakukan kontak apapun, tetapi bisa tertular, ada asumsi meski mereka hanya sebentar berpapasan, tetapibisa tertular dengan cepat.

Diduga Memanfaatkan Kondisi Udara

Diduga virus ini semakin pintar ketika melakukan penularan. Hal ini dikatakan oleh Chief Health Officer Negara Bagian, Dr Kerry Chant seperti dilansir dari kompas.com, bahwa dia mencurigai jika dua orang lainnya terinfeksi Covid-19 dengan cara yang sama. Yakin melalui udara.

"Kami tahu ada tiga orang yang terpapar pada 12 Juni dan 13 Juni," kata Dr Chant.

Maka itu, dia mengatakan pihaknya benar-benar memiliki rekaman CCTV dari pertemuan itu dan pada dasarnya adalah persilangan individu jelas mereka hanya berpapasan sebenarnya saja.

Mereka jelas saling berhadapan tetapi secara harfiah seseorang bergerak melintasi satu sama lain untuk sesaat, dekat, tetapi sesaat.

"Dalam dua kasus lain, kami belum dapat, dengan rekaman CCTV, melihat titik persimpangan yang sama persis, tetapi kami tahu mereka berjarak 20 meter, masuk di tempat yang berbeda pada waktu yang sama atau di area itu. Jadi kami menduga mereka memang menyeberang," imbuh Dr Chant.

Sementara itu, Perdana Menteri Gladys Berejiklian menambahkan bahwa pertemuan itu "sangat singkat". Secara harfiah orang-orang itu bahwa tidak secara fisik saling menyentuh, tetapi dengan cepat datang ke wilayah udara yang sama dan virus berpindah dari satu orang ke orang lain.

"Begitulah menularnya," kata dia.

Seperti diketahui, CCTV secara teratur digunakan dalam investigasi yang dilakukan oleh NSW Health untuk melacak perjalanan kasus dan mengidentifikasi setiap momen penularan yang mungkin terjadi.

Baca juga: Tanpa Vaksin Bisa Kendalikan Virus Covid-19, Begini Kata Epidemilog Asal Perhatikan 2 Hal Penting

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved