Arogansi Kekuasaan Otomatis Akan Pupus Tatkala Sadar Sebagai Hamba Allah
Bulan suci Ramadhan sebagai bulan yang penuh Rahmat merupakan momentum untuk mereposisikan diri sebagai hamba Allah.
Malah Allah SWT memerintahkan kepada orang yang ria tersebut supaya minta pahala kepada orang-orang yang mereka riai ketika di dunia.
Oleh karena itu apapun yang mereka lakukan apabila didorong oleh ria, tidak ada nilainya sedikitpun di sisi Allah SWT.
Seseorang yang belajar dan mengajar serta suka membaca Al-Quran dimana ia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta iapun mengakuinya, lantas ditanya:
"Dipergunakan untuk apa nikmat itu?.
Ia menjawab "Saya pergunakan untuk belajar dan mengajar Al Quran, serta saya suka membaca Al Quran untukMu".
Sholat yang dilakukan hendaknya sholat yang; khusyu'. khudlur dan tadabbur fi jami'i qira'atina; Khusyu', ialah shalat yang dilakukan dengan tertib antara rukun-rukunnya dengan tuma'ninah.
Menurut istilah ahli hakikat; "Khusyu' adalah patuh pada kebenaran. Ada yang mengatakan bahwa khusyu' adalah rasa takut yang terus menerus ada dalam hati."(Kitab al-Ta'rifat, 98)
Untuk mengurangi gangguan konsentrasi (khudhur), maka hindarkan sesuatu yang menggangu seperti gambar-gambar yang ada di hadapan ketika shalat, sebagaimana Rasulullah SAW menyatakan ketika melihat sulaman di baju beliau;
"Berikan pakaian ini kepada Abu Jahm, tukarlah dengan baju yang tidak ada gambar-gambarnya, milik Abu Jahm, karena gambar-gambar itu telah melalaikan aku dari shalatku tadi."
Dalam riwayat lain;" sesungguhnya saya telah melihat gambar-gambar itu waktu sedang shalat, hampir menjadi cobaan bagiku."(HR.Bukhari, Muslim dan Abu Uwanah)
Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa, apabila apa-apa yang diucapkan di dalam shalat tersebut dimengerti dan dijiwai dari lubuk hati yang paling dalam (hati Nurani), maka shalat tersebut akan bermakna dan bernilai aflikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Maka setiap apa yang dia lakukan akan mendapat petunjuk dan hidayah Allah SWT dan shalat tersebut berfungsi "mencegah dari perbuatan keji dan munkar".
Apabila komitmen di dalam sholat tersebut di patuhi secara konsistent, maka aktifitas di luar shalatpun akan terkontrol, dan tetap mematuhi aturan-aturan Allah SWT.
Sebagai hasil dari shalat yang khusyu', khudhur dan tadabbur,terbuka hatinya untuk menyantuni kaum dhu'afa' dan bersilaturrahim.
Artinya dari keshalehan individual berdampak pada keshalehan sosial, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Seperti terjadi di masa Rasulullah SAW para sahabat diantaranya Saklaba yang minta dido'akan supaya menjadi kaya, ironisnya setelah memperoleh kekayaan yang berlimpah, yaitu peternakan kambingnya berkembang pesat.
Ketika datang petugas untuk menagih zakat kepadanya, timbul sifat bakhilnya, dan enggan mengeluarkan zakat.
Demikianlah ibadah dan akhlak itu mempunyai hubungan korelasi timbal-balik di mana yang satu saling memberi warna kepada yang lain.
Begitulah ibadah manusia itu akan memberi warna kepada akhlaknya, sedang sebaliknya, akhlaknya akan memberi warna pula kepada ibadahnya.