Herman Deru: 'Potensi Wisata Alam di Sumsel Ada di Pagaralam dan OKU Selatan'

Deru: Kreatifitas dituntut dari seluruh pelaku usaha dari berbagi bidang usaha seperti PHRI, ASITA, dan pemerintah daerah

Editor: Azwir Ahmad
ho/sripoku.com
Tribun Network menggelar Webinar Nasional dengan tema Sumatera Travel Destination Summit 2021 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Tribun Network menggelar Webinar Nasional dengan tema Sumatera Travel Destination Summit 2021.

Acara ini dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Ketua Umum ASPPI Safor Madianto, Ketua Umum ASITA Nunung Rusmiadi, CEO Tribun Network Dahlan Dahi dan perwakilan dari PHRI serta dihadiri Gubernur se Sumatera.

Dipandu oleh moderator Hj. L. Weny Ramdiastuti yang merupakan Head of Newsroom Sriwijaya Post - Tribun Sumsel. Sebagai tuan rumahnya yaitu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). 

Pada acara Webinar ini juga ditampilkan video-video destinasi wisata yang ada di Sumatera, khususnya di Sumsel.

Untuk di Sumsel ditayangkan beberapa video seperti Gran Fondo di OKU Selatan, Dempo Park di Pagaralam, Bukit Cempol di Lahat dan lain-lain. Bahkan divideo juga ada ajakan #Payo ke Sumsel.

"Payo ke Sumsel itu maksudnya ajakan, yang artinya ayo atau mari ke Sumsel," kata Gubernur Sumsel H. Herman Deru saat memberikan kata sambutan di acara Webinar Nasional dengan tema Sumatera Travel Destination Summit 2021, Rabu (2/6/2021).

Lebih lanjut ia mengatakan, Weni ini  sangat kreatif, bisa membina hubungan yang begitu akrab antar kepala daerah dan pelaku usaha. 

"Sumsel juga sudah menayangkan video pendek dan sedikit narasi tentang Sumsel. Okupansi hotel di Sumsel masih lumayan. Tidak begitu berat kontraksinya di banding wilayah lain," katanya.

Menurut Deru, peran promosi sangat penting, seperti media dan juga media sosial serta lainnya.

Cerita keramahan dari masyarakat, cerita terjangkaunya harga dari semua aspek kuliner, transportasi dan lain-lain. 

"Kami merasakan buk Rusmiadi termasuk teman-teman lainnya, bahwa pariwisata ini adalah salah satu yang paling terdampak akibat Covid-19 yang sudah lebih dari 1 tahun. Bahkan teman-teman kita para pemimpin daerah yang menggantungkan PAD nya dari pariwisata bisa terkontraksi diatas 50 persen belanjanya, hanya karena rendahnya kedatangan tamu," ungkapnya.

Menurut Deru, kreatifitas dituntut dari seluruh pelaku usaha dari berbagi bidang usaha seperti PHRI, ASITA, dan pemerintah daerah.

Bahwa bukan harus menyerahkan dengan Covid-19, justru harus cerdik menyiasatinya. 

"Keberadaan Covid-19 itu tidak bisa ditampik, dan memang ada di antara kehidupan kita ini. Saya berharap kekompakan kita ini harus terjaga. Harmonisasi dari berbagai pelaku usaha yang tergabung dari berbagai organisasi seperti PHRI, ASITA, termasuk media massa seperti Tribun Network dan lain-lain, untuk memberitakan hal-hal yang baik. Jangan menceritakan seramnya kondisi," cetusnya. 

Di kesempatan ini Deru pun menyampaikan idenya, agar ini diperluas lagi pertemuan seperti ini.

Bisa mengajak menteri-menteri atau kepala lembaga juga duduk bersama. Agar produk regulasinya tidak tumpang tindih. 

"Jangankan pelaku usahanya, para turis juga jadi bingung. Satu sisi kita butuh pendapatan satu sisi modal transportasi ditutup. Padahal kenyamanan para turis ini perlu di jaga. Jagan seolah-olah bawak Covid-19, seolah diragukan keberadaannya," katanya.

Menurut Deru, untuk Sumsel potensi wisata alam terbatas artinya ada dua yang memang menonjol seperti di Pagaralam dan Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan.

Maka pemerintah daerah bisa mentriger seperti yang sudah sukses yaitu Gran Fondo, yang banyak orang tertarik dengan Gran Fondo.

Gran Fondo ini berbeda dengan Tour de Singkarak yang berupa prestasi.

Kalau Gran Fondo kolaborasi antara rekreasi dan prestasi.

Kalau dilihat jumlah pesertanya jauh dari Tour de Singkarak.

Namun ini barang baru karena baru dua kali, maka diharapkan bisa jadi agenda nasional dan masuk kalender nasional. 

"Harpannya ini bisa jadi juga untuk memperbaiki pemulihan ekonomi kita. Dengan keterbatasan jumlah kamar di hotel dan penginapan, tanpa sengaja ini juga menimbulkan ekonomi di keluarga seperti adanya homestay, layanan kuliner asli daerah tersebut dan lain-lain," katanya.

Lalu di Pagar Alam juga ada ide Sriwijaya Dempo Run.

Itu sudah bersama Tribun, hampir runing tapi ada kebijakan-kebijakan baru terkait Covid-19.

Padahal sudah sepakat dengan tetap menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes).

"Maka pada para pengambilan kebijakan  dipisahkan antara kerumunan dan olahraga. Jangan dinilai semua yang datang dikira berkerumun. Karena panitia juga bisa dilatih, bersama tim Satgas Covid-19," katanya.

Bahkan menurut Deru saking matangnya acara tersebut dipersiapkan, sampai menyiapkan heli untuk evakuasi kalau ada hal yang tidak diinginkan. Itu saking seriusnya.

"Maka dari itu ayo kita bergotongroyong. Pariwisata itu kalau bisa dengan istilah lama satu kali dayung dua tiga pulau terlampau. Caranya bisa dibuat kesepakatan antara Kabupaten/Kota atau Provinsi tetangga. Jadi tidak melulu destinasi wisatanya tunggal," cetusnya.

Jadi turis baik domestik maupun luar negeri bisa lebih hemat.

Misal tujuan Sumatera, ada istilah Sumbangsel yaitu Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Jambi.

Ini kan ada satu buah rumpun terdiri dari lima provinsi. Inikan ada yang menonjol misal kemelayuannya, atau adatnya. 

Jadi jangan digiring hanya ke alam seperti gunung, pantai dan lain-lain.

Alangkah baiknya ini bisa sebagai ajang bertukar kebudayaan paling tidak informasinya.

Wisatanya bisa juga dibuat klaster, misal berbasiskan alam, lalu wisata berbasiskan religi dan lain-lain.

Misal di Sumsel ada ziarah Kubro, ini bisa ditingkatkan lagi promosi nya. 

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    Komentar

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved