KKB Papua

"OPERASI Rebut Hati Rakyat," Gatot Nurmantyo Sebut Pisahkan Rakyat Biasa dengan KKB Papua

Ia menyebut pemerintah harus melakukan operasi untuk merebut hati dan pikiran rakyat di Papua.

Editor: Wiedarto
Kolase Sripoku.com
Jenderal TNI Purn Gatot Nurmantyo, mantan Panglima TNI 

Menurut Gatot, sehebat apapun operasi militer yang dilakukan, tidak akan bisa menyesaikan konflik di Papua.

Ia berharap pemerintah lebih mengedepankan operasi yang bertujuan merebut hati dan pikiran rakyat di Papua.

“Jangan mengharapkan menyelesaikan suatu kondisi Papua itu hanya dengan operasi militer, ini saya ingatkan. Tidak akan bisa, sehebat apapun tidak akan bisa.”

“Karena permasalahannya bukan hanya sekecil itu, operasi militer pun tidak bisa, operasi tempur tidak akan selesai. Harus operasi teritorial tadi, yaitu merebut hati dan pikiran rakyat,” ujarnya lagi.

Adapun langkah yang menurut Gatot Nurmantyo lebih tepat adalah memisahkan rakyat biasa dengan KKB.

Ia kemudian memberi contoh penyelesaian konflik tanpa operasi militer seperti yang terjadi di Aceh.

“Bagaimana memisahkan antara rakyat yang benar-benar NKRI atau yang masih terpengaruh kita pisahkan pelan-pelan, kalau itu tidak terjadi, maka tidak akan selesai, kita sudah punya pengalaman di tempat lain,” katanya.

Gatot Nurmantyo juga menyebut Pasukan Yonif 315/Garuda TNI sebagai prajurit rendah hati dan disiplin.

"Saya yakin yang mengatakan bahwa pasukan Batalyon 315 setan, hebat, bukan dari prajurit-prajuritnya."

Saya hafal betul bahwa prajurit-prajuritnya tidak pernah menunjukan kehebatan, tidak pernah menunjukan kelebihan-kelebihannya."

"Mereka adalah orang-orang yang rendah diri, disiplin, dan mempunyai jiwa-jiwa yang tinggi."

"Sehingga Batalyon 315 adalah salah satu batalyon yang menorehkan tinta emas dalam operasi-operasi," ujarnya.

Mengingat 3 Poin Tuntutan KKB/OPM

Artikel Kompas.com yang berjudul: KKB di Papua Bermuatan Politik, Siapa di Belakangnya?, yang telah tayang pada 23 November 2017 lalu, pernah mengulas siapa sosok di belakang KKB.

Pengamat teroris dan intelijen dari Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya berpendapat, pelaku penembakan hingga penyanderaan warga di Papua tidak bisa dilabeli sekadar Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). (Kini telah dilabeli Teroris).

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved