Kapal Selam Hilang Kontak

PRABOWO Sebut KRI Nanggala Sudah Uzur Tapi Dipaksakan Operasional:'Peremajaan Segera Alat Perang'

Menurut Prabowo, kondisi alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia sudah tua dan perlu peremajaan alias modernisasi.

Editor: Wiedarto
grid
Ilustrasi Kapal Selam Nanggala 402 hilang di perairan Bali. Kini, Menhan Prabowo angkat bicara mengenai alutsista Indonesia sudah tua dan perlu peremajaan. 

SRIPOKU.COM, DENPASAR - "Banyak alutsista kita memang karena keterpaksaan, karena kita utamakan pembangunan kesejahteraan, kita belum modernisasi lebih cepat. Tapi sekarang ini mendesak, kita harus modernisasi lebih cepat lagi," ujar Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat konferensi pers di Base Opd Lanud I Gusti Ngurah Rai, Bali, Kamis (22/4/2021).

Menhan Prabowo menyampaikan itu setelah Kapal Selam Nanggala 402 hilang di perairan Bali dan hingga saat ini belum ditemukan.

Menurut Prabowo, kondisi alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia sudah tua dan perlu peremajaan alias modernisasi.

Adapun Kapal Selam Nanggala 402 atau KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan utara Bali sejak Rabu (21/4/2021) pagi.

Prabowo mengatakan, Indonesia sesuai perintah Presiden Joko Widodo akan melakukan peremajaan alutsista.

Menurut mantan Danjen Kopassus itu, peremajaan akan dilakukan tanpa memengaruhi usaha pembangunan kesejahteraan.

"Tapi intinya memang kita akan investasi lebih besar tanpa memengaruhi usaha pembangunan kesejahteraan," kata Prabowo.

"Kita harus modernisasi alutsista kita lebih cepat lagi dan kami yakin, saya yakin, bahwa dalam waktu dekat kelengkapan kita bisa modernisasi untuk tiga matra, darat, laut, dan udara," kata dia.

Adapun rencana modernisasi ini akan disusun dalam satu rencana induk (masterplan) untuk 25 tahun ke depan.

Saat ini, Kementerian Pertahanan bersama TNI sedang merumuskan dan rencananya akan rampung dalam dua hingga tiga pekan ke depan.

Jika sudah rampung rencana induk itu akan diserahkan ke Jokowi.

"Presiden telah memerintahkan saya satu tahun yang lalu bersama-sama pimpinan TNI menyusun suatu masterplan, rencana induk, 25 tahun yang memberi kepada kita suatu totalitas kemampuan pertahanan," kata dia.

Salah satu rencana induk ini yakni merumuskan pengelolaan dan pengadaan alutsista yang lebih tertib dan efisien.

Diberitakan sebelumnya, kapal selam milik Indonesia yaitu KRI Nanggala-402 hilang kontak pada Rabu (21/4/2021) pagi.

Kapal ini merupakan salah satu kapal selam yang resmi menjadi bagian dari alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia pada 1981.

Hilang kontaknya kapal selam buatan Jerman ini dibenarkan oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

Berdasarkan keterangannya, KRI Nanggala-402 diperkirakan hilang di perairan sekitar 60 mil atau sekitar 95 kilometer dari utara Pulau Bali, sekitar pukul 03.00 waktu setempat.

Kapal selam ini membawa 53 orang yang terdiri dari 49 ABK, seorang komandan satuan, dan tiga personel senjata.

Adapun kapal hilang kontak saat komandan pelatihan hendak memberikan otoritas penembakan torpedo.

Analisis Pakar Kelautan ITS

Terkait musibah itu, Pakar Kelautan ITS Wisnu Wardhana MSc PhD menjelaskan, sistem komunikasi dalam kapal selam ada 2, yaitu saat kapal di permukaan dan kapal dibawah permukaan air.

Jika berada di permukaan air, sebagian badan kapal selam muncul di permukaan komunikasi lewat radar yang relatif lebih stabil.

Kalau saat kapal di bawah permukaan (di air penuh) komunikasi melewati sonar (ada mekanisme bergetar) frekuensi ini yang dirambatkan melalui air.

"Kalau media komunikasi lewat air maka kualitas komunikasi tergantung dari karakter air. Misalkan arusnya tinggi, maka media komunikasi akan terbawa mengikuti arus air. Belum lagi parameter media komunikasi yg lain," terang Wisnu kepada surya.co.id, Kamis (22/4/2021).

Disebutkan, semua parameter media itu berinteraksi dengan satu sama lain.

Maka bisa terjadi resultan nol yang sampai ke penerima.

Ini yang dinamakan black out atau hilangnya kontak.

"Pada kasus Kapal Selam Nanggala ini harus dilihat dari beberapa sisi.

Apakah akibat media air yang resultannya nol ataukah kerusakan peralatan teknis," katanya.

Terkait terkait ditemukannya ceceran minyak, menurut Wisnu, bisa jadi merupakan minyak dari KRI Nanggala-402

Dijelaskan, dalam kapal selam, desain konstruksi ada yang namanya tangki pemberat (ballast tank).

Untuk kapal selam yang didesain tahun 1980an, maka kedalaman yang memungkinkan adalah 380 meter.

Tapi sekarang kemungkin itu hanya 300 meter.

"Jika dipaksa lebih dari itu, tangki pemberatnya ini seperti diremas karena ada gaya hidrostatik dari air yang meremas kapal selam. Kalau sampai ada oli dan cairan minyak di permukaan air ini Indikasi tangki pemberatnya rusak," katanya.

Jika sudah 300 meter strukturnya mulai berbunyi dan kollaps. Tangki rusak semua minyak keluar.

"Semua penyebab hrus diidentifikasi. Apakah kesalahan sistem, mesin atau pengemudi.

Jika kesalahan bisa diidentifikasi nantinya bisa menetralisir masalah.

Tetapi, selama KRI Nanggala-402 tidak bisa kontak maka tidak bisa menetralisir masalah," katanya.

Menurut Wisnu, jika mengacu pada kecelakaan kapal asing Kurf tenggelam di Rusia sampai dua bulan baru bisa ditangani. Jadi kapal selama mengalami kecelakaan nuklirnya meledak.

"Sementara di Indonesia ini kasus yang pertama, saya pikir ini menjadi refleksi pemerintah.

Menilai diri sendiri apa yg kurang dari (alutsista) Indonesia.

Kemungkinan pertama, prosedur operasi sudah bagus atau tidak.

Jika mau bagus, harus dipastikan sebelum berangkat. Kalau berangkat tidak oke berarti prosedur operasi belum lengkap.

Saat ini harapannya tim angkatan laut semaksimal mungkin bagaimana dengan cepat bisa menyelamatkan KRI Nanggala-402," pungkasnya.

Sosok Dansatsel yang ada di KRI Nanggala 402

Berikut ini profil dan biodata Kolonel Harry Setiawan, Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) Koamnado Armada (Koarmada) II yang ada di KRI Nanggala 402.

Kolonel Laut (P) Hari Setiawan (kanan) Komandan Kapal Selam Nanggala 402. (surya.co.id/ahmad zaimul haq dan foto dokumentasi keluarga)

Kolonel Harry Setiawan menjabat Dansatsel Koarmada II sejak 6 Maret 2021.

Itu artinya, dia baru sekitar satu bulan menjabat.

Ketika itu dia menggantikan Kolonel Laut (P) M. Iwan Kusumah.

Kolonel Harry Setiawan diketahui selama ini tinggal di daerah Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur.

Kabar Harry Setiawan di KRI Nanggala 402 dibenarkan Kolonel Laut (P) Kicky Salvachdie, kakak sepupunya.

"Mohon doanya untuk adik sepupu saya dalam kepadatan selamat. Kami terus menunggu informasi resmi," kata Kolonel Laut (P) Kicky Salvachdie.

Harry adalah alumnus SMA di Depok.

Dia lulus Akmil angkatan 1997.

Dia anak pertama dari tiga bersaudara.

Diceritakan Kicky, Ibu kandung Kolonel Laut Harry Setiawan, Ida Farida, terus menanyakan kondisi anaknya.

"Tante selalu menanyakan ke saya mengenai kabar dan kepastian KRI Nanggala. Beliau terus menelpon ke saya. Beliau ingin sekali ke Gedangan, Sidoarjo," kata Kolonel (P) Kicky Salvachdie kakak sepupu Hari.

Kicky menyebut bahwa Harry Setiawan dibesarkan dari keluarga TNI AU.

Di matanya, Harry adalah sosok cerdas dan sangat disiplin.

Selama menjadi komandan kapal selalu memprioritaskan tugas.

Hari saat ini tinggal di rumah dinas di Kompleks TNI AL Gedangan.

Komandan kapal selam ini dikaruniai empat anak.

"Tante tidak sabar ingin ke Sidoarjo. Tapi karana masih pandemi harus dicegah," kata Kicky.

Kabar terbaru, ibunda Harry terus mendesak dan akhirnya kini sedang menuju Sidoarjo untuk memastikan kondisi anaknya.

"Ibunya Mas Harry terus menelpon. Beliau ingin sekali menuju Surabaya untuk mengetahui kondisi keluarga Mas Harry," kata Kolonel (P) Kicky Salvachdie,'adik sepupu Harry.

"Mudah-mudahan perjalanan Tante Ida ke Surabaya lancar. Rencanaya Naik pesawat," kata Kicky. (Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Menhan Prabowo Angkat Bicara Kapal Selam Nanggala 402 Hilang: Alutsista Kita Sudah Tua, Dipaksakan, https://surabaya.tribunnews.com/2021/04/22/menhan-prabowo-angkat-bicara-kapal-selam-nanggala-402-hilang-alutsista-kita-sudah-tua-dipaksakan?page=all.

Editor: Iksan Fauzi

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved