Sejak Mahasiswa Sudah Senang Pergi ke Hutan atau Desa dan Naik Gunung
Saya, setiap ada kesempatan, di luar waktu mengajar di sebuah perguruan tinggi, menyempatkan diri ke luar kota bersama suami, mahasiswa atau anak saya
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - SEJAK mahasiswa ibu dua anak ini senang bepergian ke hutan dan desa. Baginya keluar masuk hutan itu sudah biasa.
Kenapa dan bagaimana ceritanya sehingga Dian Maulina, isteri Cerpenis dan Jurnalis Taufik Wijaya ini jatuh cinta dengan hutan dan gunung, berikut penuturannya kepada wartawan Sriwijaya Post Aminuddin baru-baru ini.
T : Katanya ibu sering keluar masuk hutan dan desa. Sejak kapan dan apa saja yang dilakukan?
J : Sejak mahasiswa [FKIP Unsri- angkatan 1990], saya sudah senang pergi ke hutan atau desa, termasuk naik gunung.
Lalu, ketika saya terlibat dalam South Sumatra Forest Fire Management Project [SSFFMP] tahun 2000-an awal, saya lebih sering berkunjung ke desa dan hutan yang berada di wilayah pesisir timur Sumatera Selatan.
Dari kegiatan ini saya banyak menemukan berbagai persoalan.
Bukan hanya soal hutan yang sudah habis, juga nasib kaum perempuannya.
Mereka kelompok yang merasakan dampak dari kerusakan lingkungan itu.
Baik secara kesehatan maupun ekonomi.
Saya kemudian sibuk mengajar di sebuah perguruan tinggi swasta, dan fokus mengurus anak yang saat itu berusia sekolah.
Tapi setelah anak saya kuliah [ISI Yogyakarta], saya punya waktu luang lagi.
Saya, setiap ada kesempatan, di luar waktu mengajar di sebuah perguruan tinggi, menyempatkan diri ke luar kota.
Baik bersama dengan suami saya, Taufik Wijaya, seorang jurnalis lingkungan, atau pergi dengan mahasiswa atau anak saya.
Alhamdulillah, di usia yang sudah tidak muda lagi, tahun 2019, saya kembali naik Merbabu [Jawa Tengah] dan Gunung Kerinci [Jambi].
Berbagai bukit juga saya mendaki, seperti Bukit Serelo, Bukit Gatan, Bukit Cogong, Bukit Maras, termasuk ke sejumlah goa purba seperti Goa Harimau dan Goa Batu [Napallicin].
Selama lima tahun terakhir, saya sudah mengunjungi banyak tempat di Sumatera dan Bangka-Belitung [Kecuali ke Sumatera Utara dan Aceh].
Mulai dari wilayah pesisir hingga gunung. Bertemu dengan beragam suku.
Melihat banyak sungai, danau, rawa, hutan, laut.
Baik yang masih bagus maupun sudah rusak oleh berbagai aktivitas ekonomi ekstraktif, seperti perkebunan monokultur, penambangan [emas dan batubara] dan lainnya.

T : Bagaimana dengan keluarga, misalnya anak?
J : Kebetulan anak saya kuliah di Yogyakarta [ISI Yogyakarta].
Sementara suami saya, Taufik Wijaya, seorang jurnalis yang fokus pada persoalan lingkungan dan budaya.
Jadi pas ke lapangan [hutan dan desa] sering bersama.
Minat kami beda.
Dia lebih fokus hubungan lingkungan [hutan. sungai, gunung, mangrove, laut] dengan budaya, sementara saya lebih fokus pada persoalan perempuan dan kekayaan flora dan fauna.
T : Apa yang melatarbelakangi ibu sehingga tertarik dgn kegiatan sekarang?
Suka dengan alam.
Tapi kemudian saya juga melihat banyak persoalan masyarakat yang hidup di desa, sekitar hutan, gunung, laut, sungai atau danau.
Saya mencoba belajar dan kemudian apa yang saya dapatkan saya bagikan ke tempat lain.
Saya berposisi sebagai media. Media yang menyerap pengetahuan juga membaginya.
T : Berapa lama biasanya waktu yang dihabiskan keluar masuk hutan?
Biasanya seminggu.
Tapi saat masa pandemic Covid-19 yang membuat proses belajar-mengajar dilakukan secara online, saya terkadang hingga satu bulan di lapangan.
Saya dapat mengajar dari jarak jauh.
T : Tolong ibu ceritaken pengalaman selama bertugas keluar masuk hutan?
J : Pengalamannya biaso bae.
Tapi yang jelas, hutan kita memang sudah berangsur rusak.
Kekayaan flora dan fauna kita terus berkurang.
Udara di sekitar hutan, gunung, kini berangsur panas.
Baik oleh perambahan, aktivitas penambangan liar, serta perburuan satwa liar.
Termasuk pula banyak masuknya perkebunan monokultur.
Yang miris, masyarakatnya mengalami kerugian.
Baik secara ekonomi, kesehatan, hingga tradisi dan budayanya. Kaum perempuan yang sangat merasakannya.
Saya pikir, semua umat manusia mulai saat ini harus berpikir soal lingkungan.
Pandemi Covid-19 merupakan bukti kerusakan ini.
Sebetulnya sudah banyak virus sebelumnya akibat kerusakan lingkungan, tapi Covid-19 ini sungguh sangat terasa di masa sekarang ini.
Seharusnya ini menjadi pembelajaran bagi kita bersama.
Sudah saatnya kita berpikir demi kehidupan yang nyaman dan sehat, dibandingkan mengejar kehidupan yang makmur tapi merusak lingkungan.
Menyusahkan orang banyak, termasuk menyusahkan keturunan kita kelak.
T : Selain dosen ibu juga management teater Potlot. Sejauh ini apa yang telah ibu lakukan untuk kemajuan Potlot?
J : Saya terlibat di Teater Potlot karena suami saya juga orang Teater Potlot.
Sejak mahasaiswa saya memang senang dengan seni teater.
Saya terlibat karena saya senang dengan Teater Potlot yang menyuarakan persoalan lingkungan hidup.
Saya bukan actor, jadi hanya manejemen atau teknis yang dapat saya berikan.
T: Ada tidak ibu keterkaitan antara teater dengan tugas lain ibu keluar masuk hutan?
J : Jelas ada.
Hampir semua produk kebudayaan itu, termasuk seni, jelas terkait dengan lingkungan, khususnya hutan.
Kenapa? Sebab hutan yang memberi kehidupan dan yang telah membangun peradaban manusia hingga saat ini.
Teater pada awalnya merupakan tradisi manusia mensyukuri atas alam yang diberikan Tuhan.
Ritual manusia ini yang kemudian berkembang menjadi seni pertunjukan, teater.
Jadi, jika teater tidak prihatin dengan kondisi lingkungan saat ini, cukup aneh.
Dia lupa dengan sejarah dirinya.
T : Rencana ke depan ibu baik yang terkait teater maupun keluar masuk hutan?
J : Saya tengah mengumpulkan beragam [data] mengenai kekayaan flora dan fauna yang masih tersisa, dan bagaimana hubungannya dengan manusia, khususnya kaum perempuan.
Mudah-mudahan menghasilkan buku hehe ...

Biofile
Nama : Dian Maulina
TTL : Palembang, 18 Mei 1970
Suami. : Taufik Wijaya
Anak :
- Bachtiar Syahri Wijaya
- Abdurrachman Che Wijaya [Alm]
Pendidikan : S-2 Manejemen Pendidikan Unanti
Pekerjaan : Dosen lepas
Aktivis
Alamat. : Jalan Ki Anwar Mangku Lrg Sriraya II No.14 RT.40 Plaju Ulu Palembang
No Telepon : 0821-1675-5939