Eksekusi Mati

'Papa Pergi Ya, Jaga Adik-adikmu' Kisah Pilu Anak Freddy Budiman yang Dieksekusi Mati, Sempat Sholat

Nama Freddy Budiman memang tak asing bagi masyarakat Indonesia. Freddy Budiman dikenal sebagai seorang gembong narkoba yang dieksekusi mati

Editor: Wiedarto
(Antara Foto/Idhad Zakaria)
Mendiang Freddy Budiman. 

Pada 27 Juli 2016, Fikri masih bisa bertemu sang ayah.

Di sana, Freddy menghabiskan waktu bersama sang anak, mulai dari makan hingga sholat berjemaah.

Freddy bahkan mengutarakan keinginannya untuk pergi ke Amerika Serikat karena dia tahu bahwa Fikri pernah mengunjungi negara adidaya itu pada tahun 2014.

Meski demikian, Freddy tak pernah membahas tentang kasus pengedaran narkoba yang menjeratnya di hadapan anaknya.

Ia hanya berpesan agar sang anak menjauhi barang haram tersebut.

Ia juga ingin melihat Fikri melanjutkan kuliah dan menjadi seorang pengusaha.

Baca juga: Siapa Fikri Fernanda, Anak Terpidana Mati Freddy Budiman, Kehilangan Sosok Ayah di Usia 9 Tahun

Setidaknya tiga nama aparat disebut dalam video testimoni dari Freddy Budiman yang diambil sebelum ia dieksekusi mati.
Setidaknya tiga nama aparat disebut dalam video testimoni dari Freddy Budiman yang diambil sebelum ia dieksekusi mati. (Antara Foto/Idhad Zakaria)

===

Pada 28 Juli 2016 atau sehari sebelum proses eksekusi mati, Freddy masih diizinkan untuk bertemu sang anak dan tiga anggota keluarga lainnya.

Lagi-lagi, Freddy tidak pernah membahas tentang kasus narkoba yang menjeratnya.

Freddy hanya menghabiskan sisa waktunya untuk sholat berjemaah dengan sang anak, makan bersama, mengaji, dan bercerita seputar kehidupan pribadi sang anak.

Sehari jelang eksekusi mati, Freddy sempat meminta satu permintaan kepada petugas LP Nusakambangan, yakni tidur bersama Fikri di dalam ruangan pribadinya.

Namun, permintaan Freddy ini ditolak petugas karena dikhawatirkan mengganggu psikologis Fikri.

Pada 29 Juli 2016 atau hari eksekusi mati, Freddy pun masih diberi kesempatan untuk bertemu Fikri.

Kala itu, Freddy berpesan kepada Fikri untuk menjadi laki-laki kuat dan bisa memperjuangkan kehidupannya.

"Pesan papa waktu itu adalah Dede (panggilan sang ayah kepada Fikri) boleh nangis sebanyak-banyaknya, setelah papa enggak ada."

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved