KISAH Sukses Hasan Aziz, Dulunya Berjualan di Kios Pasar Inpres, Kini Berkibar dengan Diva Mart

Kepercayaan ini, menjadi alasan CSR PTBA memberikan suntikan dana karena Hasan tidak sampai 2 tahun mampu melunasi pinjaman modal.

Penulis: Ardani Zuhri | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM/Ardani Zuhri
KISAH Sukses Hasan Aziz, Dulunya Berjualan di Kios Pasar Inpres, Kini Berkibar dengan Diva Mart 

SRIPOKU.COM, MUARA ENIM - Pribadi yang tangguh dan pantang menyerah itulah tempaan yang didapat oleh seorang Hasan Aziz. Ia lahir di Kerinci Jambi 1973 silam.

Bersama kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai pedagang keliling, Hasan  muda kerap bersama-sama dengan sang ayah dalam berjuang mencari nafkah. Lampung, Belitang, Lahat  dan kota-kota lain di Sumatera Selatan dan sekitarnya menjadi kota terpenting tujuan bisnisnya.

Hasan bercerita, ia mendampingi ayahnya berjualan di Batam hampir sekitar lima tahun lamanya.

Hasan yang masih remaja tidak sungkan dan tidak malu membantu menawarkan dagangan kepada pembeli. Dia memaklumi, karena profesi pedagang rantauan adalah mata pencaharian satu - satunya dari kedua orang tuanya.

Selama di Batam, pria berdarah Minang, Sumatera Barat ini, mencoba berbagai profesi pekerjaan untuk sekedar membantu kehidupan ekonomi keluarga, mulai dari menjadi kuli bangunan, bekerja di lapangan golf bahkan profesi pedagang kaki lima pernah dilakukan. 

Di kota ini pula, Hasan melabuhnya cintanya kepada wanita bernama Warna, yang dinikahinya di Padang Pariaman, Sumatera Barat tahun 1998.

Tak lama setelah melangsungkan pernikahan, Hasan menuju Kabupaten Lahat dengan maksud untuk membantu usaha dagang orang tuanya. Di Kabupaten ini, hasrat menjadi pengusaha mulai tergali.

Padahal, semula tidak ada keinginan dari pria tamatan SMA ini untuk jadi pedagang.

Lantaran jarak Kabupaten Lahat dengan Kabupaten Muara Enim tidak terlalu jauh, hingga terdengar oleh Hasan ada peluang usaha untuk berjualan di Bumi Serasan Sekundang.

Alhasil, dengan mengucap Bismillah, Hasan dan istri berani diri menetap di Kabupaten Muara Enim pada tahun 1998 dengan modal uang pinjaman dari keluarga, ia memberanikan mencoba peruntungan berjualan klontongan di kios ukuran 3 x 4 meter di Pasar Inpres Muara Enim dengan harga sewa Rp 9 juta.

Selama berjualan di Kios ini, jatuh bangun sudah dirasakan Hasan dan istri. Namun demikian, dengan tetap berpegang kuat pada keinginan untuk maju, usaha kelontongan tetap dijalani. 

Dan pada tahun 2002, kendala yang selama ini dialami terkait permodalan mulai ditemukan jalan keluarnya. Dengan menjadi binaan mitra Corporate Social Responsibility (CSR) PT Bukit Asam Tbk (PTBA) suntikan dana sebesar Rp 10 juta didapatnya yang digunakannya untuk mengembangkan usaha.

Seiring dengan meningkatnya penjualan dan butuh tambahan modal usaha. CSR PTBA kembali memberikan kepercayaan permodalan untuk Hasan sebesar Rp 25 juta dan kemudian Rp 35 juta.

Kepercayaan ini, menjadi alasan CSR PTBA memberikan suntikan dana karena Hasan tidak sampai 2 tahun mampu melunasi pinjaman modal.

Berbekal modal dari CSR PTBA, Hasan mulai mengembangkan usahanya.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved