Berita Palembang

Saat Warga Palembang Mandi Air Kuning Berkarat, Belum Nikmati Air Bersih PDAM, Warga : Sampai Bosan

Pagi baru saja menyapa, Kamis (21/1/2021). Rayuana ibu rumah tangga di Merah Mata, Kota Palembang ini sudah memulai aktivitasnya.

Penulis: maya citra rosa | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Maya Citra Rosa
Kondisi sumur yang digunakan warga Palembang untuk mandi dan mencuci karena belum menikmati air bersih, Kamis (21/1/2021) 

Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Pagi baru saja menyapa, Kamis (21/1/2021).

Rayuana ibu rumah tangga di Merah Mata, Kota Palembang ini sudah memulai aktivitasnya.

Mulai dari mencuci, mandi dan lainnya.

Untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya itu, ia harus mengambil air sumur dari belakang rumahnya.

Maklum sejak lima tahun tinggal di rumahnya itu, mereka sekeluarga memanfaatkan air sumur itu.

Tragisnya, air sumur yang digunakan warga warna kuning dan berkarat.

Namun warga mengaku terpaksa. Karena tak ada pilihan lagi.

Karena sampai saat ini penyaluran air PDAM Tirta Musi belum masuk hingga ke wilayahnya.

Dia bercerita, setiap hari untuk kebutuhan mandi, mencuci dan lain sebagainya, dia harus menyaring air dari sumur karena kualitas air yang kuning berkarat.

Air tersebut berasal dari sumur galian yang dulunya adalah rawa-rawa yang dijadikan sumur, sehingga kualitas air tidak dapat menjadi lebih bening lagi.

"Kalau sehari-hari ya dari sumur, tapi kalau minum kami beli air galon," ujarnya, Kamis (21/1/2021) mengawali cerita.

Rayuana mengeluhkan masalah PDAM ini dengan nada yang kesal, dia sudah bosan karena terlalu sering mengajukan untuk masuknya air PDAM ke wilayahnya.

"Dulu kami sering mengajukan, sekarang sudah bosan ngurusin air ini yang belum masuk sampai sekarang," keluhnya.

Menurutnya, pipa PDAM sudah ada terlihat dipasang, namun aliran air belum dilakukan hingga saat ini.

Tidak hanya dirinya, tetangga sekitar rumahnya pun belum mendapatkan aliran air bersih, padahal wilayahnya termasuk ramai penduduk.

Dia meminta pemerintah untuk segera mengalirkan air bersih hingga ke wilayahnya, sehingga suplai air bersih dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Kota Palembang.

Selain itu, warga lainnya yang memiliki permasalahan sama adalah Aditya Salam, di Perumahan Rompok Alam Fromula, Sematang Borang Palembang, selama dua tahun terakhir hanya bisa mengandalkan sumur yang dibuatkan oleh pihak developer.

"Kami pakai air sumur itu tau sendiri kualitas air yang berasal dari bekas timbunan rawa, pasti kuning," ujarnya.

Sejak pindah ke perumahan tersebut pada Tahun 2019 lalu, keluarganya hanya bisa mengandalkan air dari sumur yang kuning dan berkarat.

Hal tersebut karena sumur tersebut dibuat dari timbunan rawa yang membuat kualitas air buruk dan tidak layak.

"Kami sudah bilang ke pihak PDAM, tapi katanya harus ada minimal 5 rumah yang mengajukan, padahal di daerah sini sudah ramai rumah," ujarnya.

Begitu pun dirasakan warga Perumahan Griya Lembah Hijau, Perumnas Sako Baru, Palembang, Nurhayati yang harus menutup sumur bor rumahnya karena kualitas airnya yang tidak bagus.

Air sumur yang kuning dan berkarat tidak layak pakai untuk pemakaian sehari-hari, sehingga keluarganya seringkali kesulitan untuk mendapatkan air bersih.

Parahnya, keluarganya hanya bisa mengandalkan penampungan air hujan atau membeli air yang dijual per dirigen.

"Kami harus beli air sekitar Rp.2.500 per dirigen atau Rp.190.000 per tengki mobil. Lebih susah lagi kalau musim kemarau," ujarnya.

Kesulitan ini sudah dirasakan keluarga dan warga sekitar yang sudah menempati perumahan tersebut lebih dari 3 tahun terakhir.

"Katanya disini mau dipasang, tapi sudah 3 tahun kami disini belum ada PDAM Tirta Musi yang masuk," ujarnya.

Harnojoyo Akui Produksi Kurang

Walikota Palembang Harnojoyo mengatakan ia pun tak menampik jika masih banyak masyarakat Kota Palembang yang kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan, belasan ribu daftar tunggu di PDAM yang harus diselesaikan tahun ini.

"Keluhan distribusi air ke perumahan yang banyak belum dilakukan, terutama perumahan di pinggiran kota," katanya.

Harnojoyo mengatakan, produksi air PDAM masih belum mencukupi, maka saat ini tengah meningkatkan produksi air dan ditargetkan 2022 menambah kapasitas air dengan pembangunan Intake yang dilakukan.

Terutama dengan pendapatan PDAM di 2020 yang mencapai Rp100 miliar, diharapkan akan memperbaiki pelayanan kepada masyarakat.

"Dengan dibangunnya intake dengan ratusan liter perdetik di Karang Anyar, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air saat ini," katanya.

Sementara itu, Dirut PDAM Tirta Musi, Andi Wijaya menjelaskan mereka belum dapat memastikan kapan jadwal bagi 15 ribu pelanggan baru tersebut untuk dilakukan pemasangan.

"Saat ini saja produksi air 4000 liter perdetik untuk total 293.874 Sambungan Rumah (SR), masih minus 385 liter perdetik. Jadi, banyaklah pelanggan dari pada hasil produksi," ujarnya

Meski minus, namun Andi menegaskan, mereka terus berupaya agar secepatnya para pelanggan yang masuk daftar tunggu untuk bisa dilakukan pemasangan.

"Sekarang kita sudah menambah kapasitas produksi 150 liter perdetik dan ini akan terus kita tingkatkan," ujarnya.

Mayoritas, calon pelanggan baru yang terdaftar di waiting list berasal dari kawasan komplek perumahan yang biasanya pemasangan dilakukan secara serentak dalam satu komplek.

"Di 2021 ini bisa menyelesaikan daftar tunggu 15.000 KK mereka ini paling banyak di perumahan kawasan Gandus, Tanjung Barangan dan Sukarame," jelasnya. (Sripoku.com Maya/ Rahmaliyah)

Baca juga: Harga Beras, Cabai, Telur, Hingga Gula di Sumsel Versi PIHPS Per 21 Januari

Baca juga: WARISAN Keluarga Sejak Tahun 1893, Kitab Berusia 127 Tahun Ini, Ukir Sejarah Biden: 10 Kali Disumpah

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved