Kasus Banjir Kalsel
Belajar Dari Kasus Banjir Kalsel, Tambang Batubara Jadi Sorotan Sebagai Penyebab
Penyebab banjir besar yang melanda Kalimatan Selatan masih saja pro-kontra di tengah masyarakat.
SRIPOKU.COM--Penyebab banjir besar yang melanda Kalimatan Selatan masih saja pro-kontra di tengah masyarakat.
Bahkan Presiden Jokowi pernah mengemukan bahwa musibah banjir besar yang terjadi disebabkan tingginya debit hujan.
Namun dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia ( Walhi ) seperti diwartakan TRIBUN-MEDAN.COM, menyorot dan mengkritisi peralihan fungsi lahan di Kalimantan Selatan menjadi tambang batubara dan perkebunan sawit sebagai pemicu banjir besar yang terjadi di 11 Kabupaten/Kota.
Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Selatan Kisworo Dwi Cahyono mengatakan 50 persen dari lahan di Kalimantan Selatan telah beralih fungsi menjadi tambang batubara dan perkebunan sawit.
Rinciannya yakni tambang 33 persen dan kelapa sawit 17 persen.
Kisworo Dwi Cahyono menyebut, banjir di Kalimantan Selatan pada Januari 2021 merupakan banjir terbesar sejak 2006.
"Melihat bencana yang selalu terulang. Bahkan setelah 2006, awal tahun 2021 ini bisa dikatakan banjir terbesar dan terluas di Kalimantan Selatan melingkupi 11 Kabupaten/Kota," kata Kisworo saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/1/2021).
Menurut dia banjir kali ini menandakan kondisi darurat terkait ruang dan bencana ekologis di Kalsel.
"Presiden datang ke Kalsel kalau hanya menyalahkan hujan dan sungai mending tidak usah ke Kalsel.
Sudah sering saya dan Walhi Kalsel ingatkan bahwa Kalsel dalam kondisi darurat ruang dan darurat bencana ekologis," katanya.
Oleh karena itu, ia mengaku tidak kaget apabila bencana ekologis itu terjadi saat ini dan terparah dari tahun-tahun sebelumnya.
Kisworo mengatakan, banjir kali ini merupakan yang terparah sejak 2006.
Meski demikian, kata dia, banjir kali ini sudah bisa diprediksi terkait cuaca oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Namun, ia menilai pemerintah lagi-lagi tidak siap dan masih gagap dalam penanganannya.