WARNING Pasca Vaksin COVID-19 'Anda Belum Aman' Jika Tunda Suntik Dosis Kedua Bisa Picu Mutasi Virus

Sebab, para penerima vaksin tahap pertama belum sepenuhnya aman, bisa memicu mutasi virus Covid-19 dengan varian baru. Jika hal ini terjadi,

Editor: Hendra Kusuma
Ist/handout
WARNING Pasca Vaksin COVID-19 'Anda Belum Aman' Jika Tunda Suntik Dosis Kedua Bisa Picu Mutasi Virus 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Bagaimana kabar vaksin di Indonesia? sebab vaksin Pfizer-BioNtech di Inggris mendapatkan protes dari para pakar. Mereka mengecam keputusan ekstrem di Inggris yang menunda suntik dosis vaksi tahap kedua.

Sebab, para penerima vaksin tahap pertama belum sepenuhnya aman, bisa memicu mutasi virus Covid-19 dengan varian baru. Jika hal ini terjadi, maka akan memicu persalan global.

Benarkah setelah menerima vaksin anda akan aman dari penularan Covid-19, hal inilah yang menjadi pertanyaan besar, sebab masing-masing vaksin memiliki tahapan-tahapan tersendiri dalam pemberian dosis.

Contoh vaksin Pfizer-BioNTech misalnya, terdapat dua kali pemberian dosis kepada penerima vaksin, dengan catatan jeda waktunya 42 hari dari penyuntikan dosis tahap pertama.

Berbeda dengan vaksin Sinovac yang hanya sekali suntik dosis, tetapi lagi-lagi pertanyaannya sejauh mana atau berapa persen kekuatan vaksin tersebut bagi tubuh.

Sebab, ada anggapan para pakar dan ahli yang menilai, Covid-19 atau Corona merupakan jenis virus yang sangat cepat bermutasi.

Ada kekhawatiran jika vaksin tersebut belum berfungsi 100 persen, maka akan terjadi rangkaian serangan virus Corona ke tubuh, karena terjadi penolakan, maka virus kemudian bermutasi untuk tumbuh di dalam tubuh, hal ini akan memicu gelombang baru dalam varian virus Corona yang akan lebih berbahaya lagi dan bisa menganggu dunia penelitian.

Epidemiologi Beri Peringatan

Dari Indonesia yang menggunakan vaksin Sinovac mendapatkan peringatan dari Ahll Epidemiologi Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia Hermawan Saputra menyarankan, agar tidak bebas berbergian atau berwisata setelah menerima vaksin.

"Ini vaksin punya beberapa tahap, selama itu tetapi harus hindari mobilitas ke sana kemarin. Harus dipantau kejadian ikutan pasca vaksin, yang mungkin timbul," ujarnya seperti dilansir dari komps.com.

Meski tak menyebut secara langsung bahwa tetap ada serangan dari virus Corona meski sudah divaksin, namun secara tersirat dijelas bahwa ada kejadian Ikutan pasca vaksin yang juga dikenal dengan kejadian ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI yang juga dikenal sebagai efek samping.

Sebab, setelah vaksin tahap pertama, maka si penerima vaksin ini tak boleh bebas ke sana kemari dan berinteraksi dengan yang belum menerima vaksin. Lebih baik di rumah atau menjalani protokol kesehatan dengan benar, sembari menunggu sebanyak 70 persen populasi masyarkat Indonesia yang menerima vaksin.

Aritnya meski sudah divaksin tetap harus waspada tinggi."Ada vkasin tetapharus waspada tinggi, ada vaksin juga tidak semua tiba-tiba DivaksinI, tapi bertahap dengan sasaran tentu karena dosis terbatas. Artinya mobilitas tetap ada, tetapi terkontrol dengan ketat, tidak boleh merdeka berwisata secara bebas kecuali aktivitas karena kebutuhan utama selain di rumah dulu," tegasnya.

Ketakutan Para Ahli akan Mutasi Covid-19 di Inggris

Ketakutan Pakar dan Ahli soal Mutasi virus Covid-19 varian baru di Inggirs mengemuka setelah ada keputusan aneh Inggris yang akan menunda pemberian dosis tahap kedua kepada penerima vaksin.

Seperti diketahui di Inggris menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech, dimana pemberian vaksin ini dilakukan dua tahapan.

Ketakutan para pakar karena pemberian vaksin di Inggris untuk tahapan kedua ditunda. Padahal dalam proses uji klinis hanya ditenggal dalam toleransi 21 hari hingga 42 hari dari pemberian dosis tahap pertama.

Seperti diketahui, ada dua tahap pemberian vaksi untuk jenis vaksi Pfizer-BioNTech, yakni pemberian dosis tahap pertama yang dikatakan kekebalan di tahap pertama mencapai 90 persen, kemudian menunggu jeda sekitar 21 hari hingga 42 hari, baru kemudian diberikan dosis kedua dengan asumsi uji klinis di pemerima vaksin mendapatkan kekebalan 100 persen.

Namun di Inggris justru menunda pemberian dosis kedua, dengan harapan dan memberikan kesempatan kepada semua warga untuk lebih banyak mendapatkan dosis tahap pertama, sehingga ditunda 12 minggu atau hingga 84 hari. Lamanya jeda inilah yang diprotes karena terlalu lama dan dikhawatirkan dalam kondisi baru 95 persen, Virus Covid-19 menyerang dan bisa bermutasi menjadi varian baru.

Seperti diketahui, kebijakan ini dikeluarkan pemerintah Inggris karena stok Pfizer-BioNTech tebatas, sehingga ditunda untuk suntik vaksin Pfizer-BioNTech tahap kedua.

Hal inilah yang ditakutkan oleh para pakar. Sebab strategi ekstrem Inggris ini bisa memicu dan memberikan kesempatan kepada Virus untuk bermutasi.

Memicu Mutasi Baru

Sementara dari Kompas.com seperti dilansir Sripoku.com, bahwa The Doctors' Association UK mengingatkan efek terhadap efikasi vaksin jika ditunda.

Hasil serupa juga dikatakan oleh pihak The British Medical Association, bahwa langkah penundaan "tidak adil" bagi mereka yang sudah mendaftar dan mendapat suntikan.

Karena itu, beberapa ahli menyebut ini sebagai hal tak biasa karena artinya secara sengaja melanggar prosedur yang sudah diteliti lewat proses uji klinis.

Pfizer sendiri sebagai pihak yang memproduksi vaksin mengatakan, tidak memiliki data apakah satu dosis vaksin saja sudah cukup bisa melindungi setelah 21 hari.

"Studi uji klinis tingkat tiga Pfizer-BioNTech didesain untuk mengevaluasi keamanan dan efikasi vaksin yang mengikuti jadwal pemberian dua dosis suntikan berjarak 21 hari," tulis Pfizer dalam pernyataan yang dikutip dari CNN, Sabtu (2/1/2021).

Sebab, Tidak ada data yang bisa menunjukkan efek perlindungan yang dihasilkan."Dari suntikan pertama dapat bertahan setelah 21 hari," lanjutnya.

Adapun Skema pemberian vaksin dosis kedua ala Inggris itu dikhawatirkan bisa memicu laju kecepatan mutasi virus corona, seperti yang dilansir dari DW Indonesia pada Rabu (13/1/2021).

"Terdapat kemungkinan, perubahan skema pemberian dosis kedua vaksin virus corona semacam itu akan mempertinggi laju mutasi virus," demikian peringatan Florian Krammer, peneliti vaksin dari Icahn School of Medicine di New York dalam sebuah konferensi pers Science Media Center (SMC).

Alasan Bisa Menjadi Pemicu Mutasi Baru

Sebab, setelah vaksinasi pertama, jumlah antibodi yang menetralkan virus masih rendah, dan ini bisa memicu infeksi tanpa gejala atau asimptomatik.

Sebab, dalam kasus semacam itu, ada kemungkinan munculnya varian Covid-19 yang mengalami mutasi yang lebih resisten terhadap antibodi yang baru terbentuk.

Bahkan sebesar apa risikonya, sangat sulit diprediksi, tetapi kemungkinannya relatif tinggi.

"Terutama jika pada kasus tingginya infeksi pada masyarakat, seperti yang terjadi di Inggris saat ini," kata pakar vaksin Kramer lebih lanjut.

Bisa Memicu Masalah Global

Maka itu, apa yang akan terjadi bisa picu masalah global baru "Varian virus baru ini akan jadi masalah global. Juga akan jadi masalah pada banyak kandidat vaksin yang saat ini sedang diteliti," demikian peringatan Krammer.

Peneliti vaksin dari New York itu menekankan, langkah berisiko tinggi semacam itu seharusnya tidak dilakukan.

Pakar Jerman Angkat Bicara

Dukungan untuk peringatan risiko mutasi virus semacam itu dilontarkan Hartmut Hengel, pakar virologi di rumah sakit Universitas Freiburg, Jerman.

"Kita baru saja mengenal laju kecepatan mutasi virusnya. Jadi tenggat waktu antara pemberian dosis vaksin virus corona pertama dan dosis kedua, harus diikuti dengan tegas," ujar Hengel.

Sementara itu, komite tetap vaksinasi Jerman (STIKO) menentang praktek penundaan pemberian dosis kedua vaksin virus corona seperti yang dilakukan pemerintah Inggris.

"Dosis kedua vaksin hendaknya diberikan dalam tenggat waktu yang sudah disepakati dalam pertimbangan pemberian izin, saat ini 42 hari," kata komisi vaksinasi itu dalam saran vaksinasi paling anyar.

Lembaga pengawas obat-obatan Eropa (EMA) dan Lembaga pengawas makanan dan obat-obatan AS (FDA) juga merekomendasikan pemberian dua dosis vaksin virus corona sesuai regulasi yang disepakati saat memberikan izinnya.

WHO Ungkap Tak Masalah

Sementara itu, Disebutkan, penundaan beberapa minggu pemberian dosis kedua vaksin, tidak sesuai dengan riset klinis maupun pertimbangan pemberian izin.

Namun ketua grup pakar imunisasi WHO (SAGE), Alejandro Cravioto awal Januari lalu mengatakan kepada para wartawan, dalam kasus tertentu, pemberian dosis kedua vaksin BioNTech/Pfizer bisa ditunda selama beberapa minggu.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved