Teknologi Militer

 TNI Kembangkan Seragam Tempur Berbasis Elektronik, Dilengkapi GPS dan Sepatu "Pintar" 

Politeknik TNI-AD mengembangkan seragam tempur dilengkapi teknologi elektronik canggih. Pakaian seragam dilengkapi sejumlah komponen elektronik.

Editor: Sutrisman Dinah
youtube
Ilustrasi Pasukan Khusus Denjaka. 

 SRIPOKU.COM -- Politeknik TNI Angkatan Darat (Poltekad) mengembangkan seragam angkatan darat berbasis elektronik yang disebut Gamad Elektro. Gamad Elektro merupakan seragam pasukan yang dilengkapi komponen canggih berbasis teknologi.

Gamad Elektro dilengkapi sebuah helm yang memiliki kamera untuk mengidentifikasi lawan atau kawan, sebuah GPS (global positioning system, sistem penentu posisi global) yang mampu mengkoordinasikan titik lokasi antara pasukan.

Selain itu, dilengkapi senjata yang dilengkapi hollow yang sudah terintegrasi dengan sebuah GPS Tracker, sebuah robot intai, dan sebuah sepatu smart charging yang mampu mensuplai energi listrik.

Gamad Elektro dikembangkan lima mahasiswa Poltekad, Sertu Wahyu Taufik Al-Huda, Serda Mohamad Suprayadi, Serda Shamsa Indrawan Putra, Sertu Deni dan Serda Puspito.

Baca juga: SBY Resmikan Universitas Pertahanan Indonesia

Baca juga: Mahasiswa Universitas Pertahanan Sentul Belajar Perspektif Media dengan Sriwijaya Post

Salah satu penggagas, Serda Mohamad Suprayadi menjelaskan, pengembangan Gamad Elektro bertujuan untuk membuktikan bahwa TNI AD bisa memproduksi alat utama sistem pertahanan (alutsista) secara mandiri.

Pengembangan alutsista rancangan Poltekad ini, merupakan bentuk tindak lanjut atas arahan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yagar Indonesia bisa mandiri dalam mengembangkan alutsista.

"Kami mau menunjukkan bahwa kami ini sebenarnya mampu, sebenarnya bisa. Seperti yang dibilang Menhan Prabowo, untuk menciptakan alutsista secara mandiri," kata Suprayadi di Poltekad Malang, Jawa Timur, Kamis kemarin.

Diharapkan berbagai alutsista yang dikembangkan Poltekad ini, dapat diajukan dalam tahap penelitian dan pengembangan lebih lanjut.

Suprayadi mengatakan, produk-produk alutsista yang dikembangkan Poltekad mampu bersaing dengan produk alutsista milik militer asing. "Produk-produk dari Poltekad ini kita rasa mampu bersaing," katanya.

Atas dasar itu Suprayadi berharap agar pemerintah berkenan memberikan bantuan dengan mendatangkan spesifikasi yang lebih baik untuk upaya pengembangan alutsista di Poltekad.

"Jadi ada harapan supaya Gamad Elektro ini bisa kemudian dapat bantuan dari Pemerintah untuk ada pengembangan lebih lanjut," pungkas Suprayadi.

Keunggulan Gamad Elektro

Suprayadi menjelaskan, maksud dan fungsi berbagai macam komponen yang ada pada Gamad Elektro. Sebagai bagian dari alutsista, Gamad Elektro dilengkapi mulai dari helm yang dilengkapi sebuah kamera untuk mengidentifikasi lawan atau kawan, hingga sepatu smart charging yang mampu mensuplai energi listrik.

Untuk helm yang mampu mengidentifikasi lawan atau kawan, kata Suprayadi, diciptakan agar pasukan di lapangan tidak kesulitan ketika berada di medan tempur.

Kamera pada helm tersebut dilengkapi sebuah sensorik untuk mendeteksi kawannya. "Adanya helm Gamad Elektro ini membuat para prajurit tidak akan kesulitan untuk menentukan siapa kawan dan lawan," jelas Suprayadi.

Gamad Elektro juga dilengkapi GPS yang mampu mengkoordinasikan titik lokasi antara pasukan. GPS itu berfungsi mengirimkan titik koordinat, sehingga satuan atasan bisa dengan mudah memonitor lokasi pasukan di lapangan.

Kemudian sebuah senjata yang dilengkapi hollow yang sudah terintegrasi dengan GPS-tracker. Fungsi utama hollow yang diintegrasikan dengan GPS-tracker ini yakni agar berbagai pergerakan yang terjadi pada senjata pasukan langsung termonitor dengan sebuah android.

"Sehingga saat ada pergerakan, walau hanya berpindah beberapa meter, sudah langsung termonitor pada sebuah android," kata Suprayadi.

Berikutnya komponen robot intai yang ada pada Gamad Elektro. Robot intai ini dilengkapi kamera untuk mendapatkan gambar maupun kegiatan yang dilaksanakan pada saat pengintaian.

Tujuan utama pengembangan robot intai ini guna meminimalisir personel yang melaksanakan pengintaian di lapangan.

"Hanya dengan sebuah robot, dengan beberapa sensor sebagai sistem otomatis. Jadi kita tidak perlu datang ke tempat langsung, karena bisa hanya dengan monitor di android saja. Jadi pergerakan semua lewat android," katanya.

Selanjutnya yakni sepatu smart charging yang mampu mengisi daya listrik dengan memanfaatkan fleksibilitas badan para pasukan. Ide awal mengembangkan sepatu smart charging yakni situasi para prajurit yang kerap kehabisan energi listrik saat bertugas menjaga perbatasan.

"Di mana melihat prajurit sedang bertugas, dengan keadaan keterbatasan energi listrik di daerah perbatasan, sehingga kita membuat sebuah terobosan atau ide, dengan memanfaatkan fleksibilitas badan," ucap Suprayadi.

Energi Listrik yang dihasilkan sepatu smart charging saat ini masih bergantung pada kapasitor atau penyimpanan. Selama tahap pengembangan, sepatu smart charging teruji mampu menghasilkan 20 volt energi listrik dengan bergerak 100 langkah.

Apabila langkah prajurit yang menggunakan sepatu smart charging dipercepat dengan berlari, maka pengisian energi listrik akan lebih cepat, tegangan yang dihasilkan pun akan lebih besar.

"Jadi kita tidak perlu lagi bingung pada saat patroli di daerah perbatasan tidak ada energi listrik, bagaimana nanti HT, alat komunikasi dan yang lainnya, karena itu kita masih terkendala. Dengan sepatu ini setiap perjalanan akan mengisi energi listrik," jelas Suprayadi.

Bobot Gamad Elektro

Suprayadi mengungkapkan, Gamad Elektro memiliki bobot yang lebih berat daripada seragam TNI AD pada umumnya. Helm pada Gamad Elektro beratnya sekira 3 kilogram, sepatu smart charging beratnya sekira 2,5 kg, berat robot intai hanya 1,5 kg.

Sementara senjata yang dilengkapi hollow yang diintegrasikan dengan GPS Tracker, beratnya seperti senjata pada umumnya.

"Kekurangannya hanya bertumpu pada beban (Gamad Elektro), namun masih dipikul," ujar Suprayadi.

Semua komponen yang digunakan dalam merakit Gamad Elektro berasal dari dalam negeri, sehingga biaya produksi Gamad Elektro tidak terlalu mahal.Biaya produksi untuk robot intai kurang lebih sebesar Rp 12 juta, biaya produksi helm yang mampu mengidentifikasi lawan atau kawan sekitar Rp 4 juta - Rp 5 juta, sementara untuk pengembangan GPS Tracker menghabiskan biaya sekitar Rp 3 juta - Rp 4 juta.

"Kemudian untuk yang sepatunya sendiri, saya habis itu sekitar Rp 3,5 juta. Untuk pergantian plat, kemudian untuk pemodelan, itu yang mahal," kata dia.

"Kalau masalah komponen, kami merancang sendiri. Kami rancang bangun yang ada, kami modifikasi. Untuk yang sepatu menurut saya tidak terlalu mahal, hanya saja masalah desain yang masih terkendala," papar Suprayadi. *****

Penulis: tribun network/genik

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved