Menyambut Titah Tuhan Dalam Kehidupan
Sikap beragama seseorang antara lain diwujudkan dalam bentuk ketaatan. Ketaatan atas perintah dan larangan Tuhan merupakan unsur terpokok.

Oleh : John Supriyanto
Penulis adalah Dosen Ilmu Al Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah dan Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an (STIQ) Al-Lathifiyyah Palembang
Sikap beragama seseorang antara lain diwujudkan dalam bentuk ketaatan.
Ketaatan atas perintah dan larangan Tuhan merupakan unsur terpokok bahkan esensi beragama itu sendiri.
Respon atas perintah dan larangan itu pula yang kemudian menjadi nilai dan kualitas keagamaan seseorang.
Upaya bergegas menjalankan perintah, lalu menghindar dan menjauh dari semua larangan dalam bahasa agama disebut dengan taqwa, sebuah acuan standar kemuliaan manusia di ‘mata’ Tuhan.
Lalu, bagaimana implementasinya? Ternyata, menjalankan perintah tidak jauh lebih penting daripada meninggalkan larangan.
Meninggalkan larangan bersifat permanen, totalitas, dan tanpa kompromi apapun dan bagaimanapun keadaannya.
Sedangkan dalam menjalankan perintah, agama masih mempertimbangkan kadar kesanggupan masing-masing orang.
Inilah sesungguhnya prinsip dasar ketaatan dalam beragama.
Dalam sebuah hadits misalnya diungkapkan : “apa saja yang aku larang atas kamu maka tinggalkanlah; dan apa saja yang aku perintahkan kepada kamu maka lakukanlah sesuai kadar kemampuanmu” (HR. Bukhari-Muslim).
Al Qur’an juga memperkuat sabda Nabi Saw. di atas dengan menyatakan : “maka bertaqwalah kepada Allah Swt. sesuai dengan kesanggupanmu” (Qs. At-Taghabun : 16).
Mengapa meninggalkan larangan harus totalitas, mutlak dan tanpa bargaining?.
Sebab, semua orang pasti bisa meninggalkannya.