Covid19
MUI Sesalkan Terjadinya Kerumunan Massa, Pemicu Penularan Covid-19
MAJELIS Ulama Indonesia menyesalkan terjadi kerumunan massa dalam jumlah besar karena memperbesar risiko penularan Covid-19.
SRIPOKU.COM -- Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nadjamuddin Ramly, menyesalkan terjadinya kerumunan massa yang memperbesar risiko penularan Covid-19. MUI mengingatkan agar kasus serupa tidak terulang.
Nadjamuddin Ramly mengatakan, peristiwa kerumunan itu, seperti menghancurkan kerja keras semua pihak dalam 10 bulan terakhir dalam menanggulangi pandemi virus corona atau Covid-19.
“Kita sangat menyesalkan, kerja keras sepuluh bulan dihancurkan oleh kegiatan-kegiatan kerumunan dalam satu pekan terakhir,” kata Nadjamuddin dalam Rapat virtual Satgas Penanganan Covid-19, Senin(23/11).
Rapat yang berlangsung daring (dalam jaringan, online) itu berasal dari unsur Satgas berbagai daerah, BPBD, unsur TNI/Polri dan Dinas Kesehatan, utamanya yang ada di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Nadjamuddin Ramly menuturkan, MUI berkomitmen mendukung dan meminta Satgas Penanganan Covid-19 mengedepankan aksi penyelamatan jiwa manusia.
Baca juga: Simpatisan Habib Rizieq Diminta Tes Covid-19, Klaster Baru Kerumunan Massa
Baca juga: TNI Turunkan 900 Spanduk FPI dan Poster Terkait Habib Rizieq, Pangdam Jaya: Jika Bandel Kami Tangkap
“Umat Islam tahu betul, untuk dan atas nama penyelamatan jiwa manusia, yang wajib pun bisa diringankan. Wajib sholat jumat di masjid bisa dilakukan di rumah. Idul Fitri di lapangan, bisa di rumah. Wajib merapatkan shaf saat shalat berjamaah, bisa diatur menjadi berjarak," katanya.
" Itu semua atas nama dan demi penyelamatan manusia. Dalilnya pun jelas, baik dalil naqli maupun dalil aqli. Baik yang bersumber dari Alquran dan hadits maupun pemikiran ulama,” ujar Nadjamuddin.
Nadjamuddin Ramly mengatakan, tak kurang dari 12 fatwa sudah dikeluarkan MUI terkait situasi pandemi Covid-19. Antara lain, tata cara sholat bagi tenaga kesehatan yang tengah melakukan perawatan terhadap pasien Covid-19.
Berikutnya, fatwa mengenai pemulasaraan jenazah Covid-19, lalu sholat idul fitri dan sholat idul adha di rumah masing-masing, dan banyak fatwa lain.
Hal serupa disampaikan Perwakilan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) dr M Makky Zamzami. Ketua Satgas Covid-19 PBNU itu mengatakan, sudah selayaknya Satgas dan segenap pemangku kepentingan penanganan Covid-19 melakukan langkah kebijakan antisipasi terhadap musim libur akhir tahun 2020, bulan depan.
Mencermati kondisi psikis masyarakat yang berada pada tingkat kelelahan akut menjalani kehidupan sulit di masa pandemi, diperlukan strategi pendekatan yang diperbarui.
“Bila perlu, disesuaikan dengan kearifan lokal. Pesan-pesan protokol kesehatan, lebih baik jika dibuat berbeda antara satu bulan dan bulan yang lain. Bentuk, cara, dan strateginya berbeda, tetapi tujuannya sama,” kata Makky.
Sementara itu, Sekretaris Satgas Covid-19 PP Muhammadiyah, Arif Nur Kholis melaporkan, dari 82 rumah sakit Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Tanah Air, saat ini telah merawat 17.000 pasien Covid-19. Angka penambahan korban corona terus betambah dari hari ke hari. Untuk itu perlu terus digencarkan kampanye perubahan perilaku melalui berbagai tema.
Kampanye perubahan perilaku bukan tanpa hambatan. Hal yang sangat disesalkan adalah perilaku elite yang ada kalanya justru menurunkan persepsi masyarakat terhadap tingkat kepatuhan menjalankan protokol kesehatan.
Saat semua elemen masyarakat bekerja keras mengubah perilaku masyarakat agar disiplin menerapkan protokol kesehatan, sementara ada elite masyarakat lain yang justru abai, bahkan terkesan menabrak. Dampaknya sangat serius terhadap indeks persepsi masyarakat.
