Tetap Eksis Berkarya,  Sastrawan Pinggiran (KOPI) Meluncurkan Tig Buku Puisi di Tengah Pandemi 

Bambang Widiatmoko mengapresiasi sejumlah kegiatan sastra yang dihelat dari tingkat nasional, daerah hingga komunitas sastra di wilayah pelosok desa

Editor: aminuddin

SRIPOKU.COM, BANYUMAS - Pandemi tidak menyurutkan para sastrawan mandek dalam berkarya.

Tetap eksis dengan serba keterbatasan. 

Itulah yang dilakukan Komunitas Orang Pinggiran Indonesia (KOPI).

Komunitas ini tetap mendorong perlindungan dan pengembangan sastra dari pinggiran.

Mereka yang menamakan diri sebagai sastrawan pinggiran meluncurkan tiga buku puisi.

Tiga buku puisi itu yaitu Mubeng Beteng karya Bambang Widiatmoko, Tarian Pembawa Angin karya Tri Astoto Kodarie dan Di Desa Berpuisi antologi tiga penyair dari KOPI.

Hadir dalam acara itu tiga penyair nasional Bambang Widiatmoko, Tri Astoto Kodarie dan Badarudin Amir.
 

Acara sastra yang bertajuk 'Di Desa Berpuisi' diselenggarakan di rumah Presiden Geguritan, Wanto Tirta di Desa Kracak, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas pada Sabtu (7/11/2020) malam.
 

Baca juga: Roh Rakai, Salah Satu Judul Puisi Minggu Kita Hari Ini Karya Penyair Riau Bernama H Dheni Kurnia

Acara tersebut juga sekaligus memperingati Hari Pahlawan 10 November.

Selain meluncurkan buku dan pembacaan puisi bersama, mereka juga berbagi pengalaman saat mengikuti Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (Munsi) III di Jakarta pekan lalu.

Bambang Widiatmoko mengapresiasi sejumlah kegiatan sastra yang dilaksanakan dari tingkat nasional, daerah dan hingga komunitas sastra di wilayah pelosok desa.

Pasalnya di tengah pandemi saat ini tidak seluruh agenda sastra dapat terselenggaranya.

Momen-momen literasi dan sastra di tingkat komunitas dengan tatap muka langsung di masa pandemi terbilang menjadi suatu yang mewah.
 

Menurutnya, banyak acara lain gagal karena dinilai tak aman secara kesehatan, seperti contohnya Borobudur Festival terpaksa dilaksanakan daring, juga
Festival Bintan dan Kepulauan Riau.
 

Baca juga: Hari Puisi Indonesia 2020, Sejumlah Penggiat Sastra di Palembang Deklamasikan Puisi Bersama Pejabat

"Terakhir Peringatan Hari Puisi Indonesia yang harusnya puncak acara 26 Juli ternyata sampai sekarang belum ada kepastian dilaksanakan kapan karena Jakarta masih diberlakukan PSBB dan sebagainya," ujar Bambang dalam rilisnya, Senin (9/11/2020).

Ia berpendapat, kegiatan sastra idealnya bisa dilaksanakan tidak hanya bersifat nasional, tetapi diharapkan dapat dilaksanakan di tingkat lebih bawah lagi baik kabupaten hingga komunitas-komunitas sastra.

Gerakan sastra yang dilaksanakan di tingkat daerah hingga level komunitas dinilai efektif dalam menampung, mengembangkan dan mendongkrak kuantitas dan kualitas karya sastra dari para peminat sastra.

"Dengan kegiatan di Desa Berpuisi sastra akan semakin membumi.

Mereka semakin terlindungi dan terarahkan menuju kualitas yang lebih
baik.

Kita menjadi tahu bahwa misalkan karya mereka sudah cukup banyak, namun kualitasnya perlu ditingkatkan," ungkapnya yang juga seorang penyair sebagai penggerak berbagai even sastra dan literasi berskala nasional dan daerah ini.

Penyair asal Sulawesi Selatan, Badarudin Amir mengatakan, geliat sastra daerah dan komunitas saat ini terbilang cukup bagus.

Ia mencontohkan di wilayahnya telah beberapa kali even sastra yang mengangkat dan berbasis dari kekayaaan tradisi lokal.

Hal ini pun cukup efektif untuk mendorong dan menampung minat bersastra dari warga daerah dan komunitas sastra yang tak mungkin seluruhnya tertampung dalam even sastra tingkat nasional yang terbatas.

"Di tempat kami ada Festival La Galigo dan juga berbagai kegiatan sastra lainnya.

Jadi kegiatan ini menjadi sarana kami untuk bisa mendorong regenerasi minat sastra Indonesia sekaligus menjaga kekayaan tradisi lokal yang ada," tambahnya.

Dalam kegiatan Di Desa Berpuisi ini turut membacakan puisi dan berbagi pengalaman, sejumlah penggerak sastra komunitas di Banyumas antara lain Edi Pranata PNP, Wanto Tirta, Nanang Anna Noor, Jarot Setyoko, Dewandaru Ibrahim, Hamidin Krazan, Riswo Mulyadi, Trisnatun Abuyafi, Afaf Mutia Zahwa, Imam Burhanudin, Khusnul Khuluqi dan sebagainya.

Dari kegiatan ini juga muncul ide dan komitmen bersama bahwa gerakan literasi dari pinggiran akan terus dijalankan meskipun dilaksanakan swadaya oleh masyarakat dan komunitas. 

https://jateng.tribunnews.com/2020/11/09/di-tengah-pandemi-sastrawan-pinggiran-banyumas-tetap-berkarya-luncurkan-tiga-buku-puisi 

 
 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved