Meski di Tengah Pandemi, Wayang Orang Bharata Tetap Eksis Berkarya Lewat Pemanfaatan Konten Digital
Kondisi serupa juga dirasakan oleh para seniman wayang orang yang tergabung dalam Paguyuban Wayang Orang Bharata. Mereka terpaksa berhenti pentas
SRIPOKU.COM - Di masa pandemi ini banyak hal yang telah berubah.
Jika sebelumnya kita bebas berjalan ke mana saja, sekarang tidak lagi.
Andai pun memaksakan diri untuk berjalan, harus pakai masker dan menaati protokol kesehatan.
Belum lagi banyaknya saudara kita yang terpaksa nganggur dan banting setir jajali profesi lain akibat terkena PHK.
Intinya imbas oandemi sudah merambah ke mana-mana.
Segala sektor kehidupan.
Tak terkecuali seni dan budaya.
Sepanjang pandemi erbagai pagelaran seni terpaksa dihentikan.
Tutupnya gedung-gedung pertunjukan pun menjadi alasan dibalik hilangnya gegap gempita suasana pagelaran.
Ironisnya, enggak cuma para pecinta seni yang kehilangan sumber hiburan, para seniman pun kehilangan sumber mata pencariannya.
Baca juga: Jan Romain, Seniman Tulen yang Hobi Berkesenian, Menulis Puisi, Main Teater dan Senang dengan Basket
Situasi ini secara tidak langsung menim bulkan kekhawatiran tersendiri bagi para seniman.
Mereka khawatir, lamanya oandemi akan membuat kelestarian seni dan budaya perlahan menghilang.
Jika kelestarian seni hilang, maka hilang juga kesempatan mereka untuk berpentas dan meraup pundi-pundi rezeki dari para penonton.
Kondisi serupa juga dirasakan oleh para seniman wayang orang yang tergabung dalam Paguyuban Wayang Orang (WO) Bharata.
Mereka terpaksa berhenti mengadakan pentas rutin.
Baca juga: Mantan Duet Ida Royani, Benyamin Sueb, Seniman Serba Bisa Tampil Hebat di Google Doodle Hari Ini
Cerita ini turut disampaikan oleh seniman wayang orang sekaligus sutradara WO Baratha Teguh “Kenthus” Ampiranto.
Situasi pandemi membuat ia dan para rekannya terpaksa berhenti mengadakan pentas rutin.
“Adanya pagebluk, membuat kami jadi terpaksa tertunda berkarya, dulu, minimal seminggu sekali di malam minggu, kami mengadakan pentas Wayang Orang,” kata Kenthus.
Kenthus juga menceritakan, pertunjukan wayang orang tidak lagi diadakan semenjak adanya pandemi.
Jika dihitung, sudah 8 bulan lamanya ia dan rekannya tak lagi menaiki panggung
Untuk mempertahankan paguyuban, Wayang Orang Bharata hanya mengandalkan donasi maupun bantuan para sukarelawan.
“Ada berbagai donatur yang peduli akan WO, dan memberikan donasi seiklhlasnya,” lanjut Kenthus.
Tidak hanya pagelaran wayang orang di gedung pertunjukan, sanggar yang dikelola paguyuban ini pun sulit untuk memberikan pelatihan tari secara langsung akibat harus mematuhi protokol kesehatan.
Namun, Kenthus mengaku, situasi pandemi tak membuat para seniman putus asa.
Justru, kehadiran teknologi di era modern, menjadi sebuah harapan baru untuk tetap berkarya dan melestarikan kebudayaan.
“Pandemi ini membuat kami jadi lebih melek teknologi.
Baca juga: Kgs Wirawan Rusdi : Lemaknyo Jadi Dalang Wayang Wong Palembangtu Kito Pacak Kemano Bae, Gratis Pulo
Ternyata kami masih bisa berkarya melalui online, salah satunya melalui live streaming wayang orang dewasa dua minggu sekali,” lanjut Kenthus melalui wawancara telepon, Kamis (29/10/2020).
Kebangkitan WO
Ramainya penggunaan video conference di kala pandemi, disebut Kenthus sebagai tanda kebangkitan WO Baratha.
Hal ini ditandai dengan kembalinya pagelaran wayang orang yang diselenggarakan untuk merayakan 15 tahun National Geographic Indonesia.
Pagelaran virtual yang dilaksanakan pada 27 Juni 2020 silam, mengangkat tema “Sirnaning Pageblug” yang bermakna “Hilangnya Pandemi”.
Pagelaran tersebut terlaksana berkat kerja sama antara PT Pertamina (Persero) dan National Geographic Indonesia dalam rangka mencari solusi bagi pentas kesenian di tengah pandemi.
Tak tanggung-tanggung, pagelaran ini pun berhasil mencatat rekor MURI untuk kategori pagelaran Wayang Orang pertama secara online.
Meski begitu, Kenthus menyebut, pagelaran WO tetap berpegang teguh pada tradisi, yang berubah hanyalah cara penyampaiannya.
“Pakem tetap dijalankan, hanya saja cara penyampaian yang berubah, ini juga yang perlu diperhatikan.
Apalagi kendala biasanya ada di koneksi internet,” lanjutnya.
Kesuksesan pentas tari inilah yang membuat kolaborasi antara PT Pertamina (Persero) dan National Geographic Indonesia berlanjut.
Demi menjaga konsistensi dalam melestarikan kebudayaan bangsa Pertamina dan National Geographic Indonesia pun merangkul Paguyuban WO Bharata untuk menyelenggarakan Kelas Tari Dasar (Rantoyo) bersama WO Bharata pada Kamis, (5/11/2020).
Kenthus menyebut, kelas tari dasar merupakan salah satu langkah awal untuk menapaki dan melestarikan Wayang Orang melalui gerakan pemula.
Berbagai gerakan tari pada kelas ini merupakan teaser untuk pagelaran seni Hanoman Duta pada 8 November 2020.
“Gerakan dasar yang digunakan pada kelas Rantoyo ini merupakan cuplikan untuk agenda selanjutnya.
Harapannya, masyarakat terutama kaum muda, jadi sadar akan keindahan dan kebudayaan ini.
Gerakannya pun sederhana,” tutup Kenthus.
Tak hanya berfokus pada pelestarian wayang orang, kolaborasi juga ikut mendukung pelestarian Tari Bengkala Bali melalui sanggar Tari Kolok serta Tari Topeng sanggar Mimi Rasinah.
Ke depan, berbagai kelas serupa juga dapat dinikmati secara online.
Di samping itu, untuk mendorong peningkatan ekonomi para seniman dan masyarakat di tengah kondisi pageblug, National Geographic Indonesia dan PT Pertamina (Persero), tergerak untuk menghadirkan workshop virtual bertema pemanfaatan konten digital.
Baca juga: Dalang Palembang, Kgs Wirawan Rusdi : Saya Ingin Ada Mata Pelajaran Wayang Palembang di Sekolah
Salah satunya berupa pembuatan konten, sosial media, serta digital marketing, yang diselenggarakan pada bulan Oktober lalu.
Untuk menikmati keindahan seni wayang orang, sekaligus mengenal lebih dekat budaya Indonesia.
Anda dapat mengikuti langsung kelas tari ini, melalui laman pendaftaran Kelas Rantoyo.
Mari jaga kebudayaan bangsa mulai dari sekarang.