Bacaan Surat Al Kahfi Ayat 1-110 Lengkap Dengan Arti dan Keutamaannya Terhindar dari Fitnah Dajjal
Surat Al Kahfi ini, terkenal dengan kisah 7 pemuda yang tertidur lelap di dalam gua selama 309 tahun.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Surat Al Kahfi atau disebut juga Ashabul Kahfi adalah surat ke-18 dalam Al-quran, di mana Surat ini terdiri dari 110 ayat.
Adapun Surat Al Kahfi termasuk dalam golongan surat Makkiyah.
Sebab, Surat Al Kahfi ini, terkenal dengan kisah 7 pemuda yang tertidur lelap di dalam gua selama 309 tahun.
Kisah dalam Surat Al Kahfi ini, terjadi sebelum zaman nabi Muhammad salallahu'alaihi wassalam.
Sebab, para pemuda ini, bersembunyi di dalam gua untuk melarikan diri dari kekejaman Raja Dikyanus diceritakan secara jelas dalam Surat Al Kahfi.
Disebutkan dan dikisahkan oleh beberapa sejarawan Islam, terkait dengan Surat Al Kahfi itu bahwa, ketujuh pemuda tersebut bernama Maxalmena, Martinus, Kastunus, Bairunus, Danimus, Yathbunus dan Thamlika, serta seekor anjing bernama Kithmir yang dipercaya sebagai satu-satunya anjing yang masuk surga.
Berikut Keutamaan Surat Al Kahfi:
Terhindar dari Fitnah
Keistimewaan dan Keutamaan Surat Al Kahfi adalah dijauhkan dari fitnah dan pintu rezeki selalu terbuka, mendapatkan ampunan dan dilindungi Allah SWT.
Seperti dikatakan oleh Imam Syafi’i bagaimana Nabi Muhammad menyukai orang yang membaca Shalawat dan Surat Al Kahfi:
“Imam Syafi’i berkata, telah mengkhabarkan kepadaku Ibrahim bin Muhammad, ia berkata telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Abdurrahman bin Ma’mar,
Bahwa Nabi saw bersabda, ‘Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada hari Jumat’.
Beliau juga berkata, dan telah sampai kepadaku riwayat yang mengatakan bahwa barang siapa yang membaca surat al-Kahf maka ia dilindungi dari fitnahnya Dajjal.
Selanjutnya beliau mengatakan, bahwa saya menyukai banyak-banyak membaca shalawat kepada Nabi saw dalam setiap keadaan, sedang pada hari Jumat saya lebih menyukainya (dengan memperbanyak lagi membaca shalawat), begitu juga saya suka membaca surat al-Kahf pada malam Jumat dan siangnya karena adanya riwayat dalam hal ini” (Muhammad Idris asy-Syafi’i, al-Umm, Bairut-Dar al-Ma’rifah, 1393 H, juz, 1, h. 207)
Kemudian diperkuat oleh hadits Riwayat Muslim.