Inilah 5 Pembelajaran Orangtua untuk Membentuk Kepribadian Anak: Mandiri dan Tanggung jawab

Perkembangan kepribadian anak akan berhenti di usia 12 tahun. Untuk itulah orangtua harus membentuk kepribadiannya sebelum menginjak usia tersebut.

Editor: Bejoroy
seattletimes
Ilustrasi. Buatlah suasana belajar menjadi menyenangkan. Seperti membuat suasana membaca buku dengan anak yang menyenangkan, atau mengajak anak memasak sambil berhitung dan mengenal warna. 

SRIPOKU.COM - Selama masa karantina di tengah pandemi Covid-19, orangtua menjadi memiliki banyak waktu bersama anak.

Lantaran banyaknya waktu bersama, Psikolog Anak, Remaja dan Keluarga, Rosdiana Setyaningrum, menyarankan orangtua untuk memanfaatkannya demi mengembangan kepribadian anak.

Ramalan Bintang Jumat 2 Oktober 2020: Gemini Perlu Memperhaitkan Citra Diri Sendiri

Curhat Orangtua di Palembang Selama Dampingi Anak Belajar Jarak Jauh, Kesal hingga Terpancing Emosi

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Rosdiana mengatakan, perkembangan kepribadian anak akan berhenti di usia 12 tahun. Untuk itulah orangtua harus membentuk kepribadiannya sebelum menginjak usia tersebut.

Perkembangan kepribadian anak perlu dibentuk sebagai bekal kehidupannya kelak.

Terkait hal ini, Rosdiana mengungkap tugas perkembangan kepribadian mendasar yang harusnya diajarkan oleh orangtua.

1. Mandiri

Anak harus belajar mandiri agar bisa menjalani hidupnya sendiri tanpa terus dibantu oleh orangtua.

Kemandirian juga akan berhubungan dengan kepercayaan diri pada anak.

7 Cara Sederhana Jaga Kekebalan Tubuh. (SRIPOKU.COM/BAYAZIR AL Rayhan)

“Karena jika bisa melakukan apa pun sendiri, dia akan percaya diri.”

Begitu kata Rosdiana dalam Media Briefing ‘Mencetak Anak Unggul dengan Cara Hidup Bijaksana dan Baik di Era PSBB’ yang digelar secara virtual pada Senin (28/9/2020) kemarin.

Ajarkan kemandirian sejak dini dengan meminta anak untuk membereskan mainannya sendiri, atau merapikan buku dan piring bekas makannya.

2. Tanggung jawab

Untuk anak yang sudah besar biarkan mereka mengerjakan tugas sekolahnya sendiri.

Orangtua juga tidak harus selalu membantu, biarkan anak menyelesaikan tugasnya sendiri.

“Kita harus lebih tegas, nanti kalau sudah tidak bisa baru tanya,” kata Rosdiana.

Dan jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

3. Menerima risiko

Anak harus belajar tentang risiko apa yang dilakukan karena tindakannya.

Misalnya, bila tidak mengerjakan tugas dari sekolah, risikonya adalah dihukum dan dimarahi guru.

4. Mengenali emosi

Ini tak hanya mengenal saja, tapi juga mengendalikan emosi.

Hal ini perlu diajarkan agar anak mampu melakukan manajemen emosi yang baik untuk membantu kehidupannya kelak.

“Ini panjang rentetannya, supaya dia bisa menjadi pemimpin yang baik kelak,” kata Rosdiana.

Update Sumsel Covid-19 Tgl 1 Oktober 2020.
Update Sumsel Covid-19 Tgl 1 Oktober 2020. (http://corona.sumselprov.go.id/)

5. Pengalaman belajar yang menyenanagkan

Buatlah suasana belajar menjadi menyenangkan.

Seperti membuat suasana membaca buku dengan anak yang menyenangkan, atau mengajak anak memasak sambil berhitung dan mengenal warna.

“Supaya mereka tahu kalau membaca dan berhitung itu menyenangkan,” ungkap Rosdiana.

Orangtua juga baik untuk tak mengeluh dengan banyaknya tugas dari sekolah di depan anak anak.

Sebab, anak akan melihat hal itu dan menyerap informasi bahwa sekolah adalah tempat yang tidak menyenangkan.

“Akhirnya dia tidak mau manjadi pembelajar seumur hidup,” kata Rosdiana.

Penulis: Dian Reinis Kumampung

Berita Ini Sudah Diterbitkan di Situs https://lifestyle.kompas.com/ dengan Judul:
5 Pembelajaran bagi Orangtua untuk Bentuk Kepribadian Anak

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved